--- ADEGAN RAMON,
Dibelakang gedung Rumah Sakit, Ramon sedang membuat janji bertransaksi.
“Seharusnya kau membawa pacarmu untuk kemoterapi secara rutin dan cuci darah. Obat hanya penghilang rasa sakitnya, sedangkan Virusnya terus berkembang ke jaringan tubuhnya.”
“Aku tahu itu Dok, saat ini hanya obat-obatan inilah yang mampu aku berikan kepadanya.”
“Aku salut kepadamu, meski pacarmu mengidap kangker kau masih Setia merawatnya. Apakah pacarmu begitu istimewa?”
“Apakah Dokter sedang mencari calon pacar? Aku ada beberapa teman wanita yang bisa direkomendasikan hehehe.”
“Apa mereka mau jadi kelinci percobaanku yang ku bedah di Lab hahaha, tidak. Aku hanya bercanda, cepatlah pulang dan berikan obat ini lada pacarmu.”
“Nanti aku akan sampaikan salammu padanya, dia sangat berterimakasih karena Dokter sudah memberikan resepnya. Mungkin setelah ini, bukan aku lagi yang akan menebus obatnya lagi Dok.”
“Memangnya kau mau pergi kemana?”
“Aku ada pekerjaan di luar daerah, dan gajinya lumayan besar sekali. Setelah itu mungkin pacarku akan rutin kemoterapi dan mengkonsumsi obat secara teratur.”
“Apa kau sudah mendapat pengasuh untuk pacarmu?”
“Belum Dok, semoga pacarku bisa mengurus dirinya sendiri selama aku pergi.”
“Sepertinya kau akan pergi sangat lama, tunggu. Apakah kali ini misimu berbahaya?”
“Bahaya adalah mainan laki-laki, aku hanya melakukan hobiku saja. Yang kebetulan sedikit melanggar hukum hehehe.”
“Hei, jangan bercanda. Aku tahu anak yang baik, bekerjalah yang benar. Jika kau tak punya uang, aku akan bantu biaya pacarmu berobat.”
“Terimakasih Dokter, selama ini pacarku mampu bertahan hidup karena jasamu. Aku tidak ingin berhutang Budi lebih banyak lagi. Selain itu, aku tahu Dokter menjual resep ini secara terselubung bukan.”
Ucapan Ramon akhirnya membungkam mulut Dokter. Dirinya selama ini tak bisa berbuat banyak hal, selain bekerja serabutan. Tak banyak uang yang berhasil Ramon hasilkan.
“Dokter, aku pamit dulu ya. Pacarku sudah menungguku di stasiun.”
“Dah,” melambaikan tangannya saat Ramon berlalu.
Dokter muda itu, memakai kacamatanya lagi dan memasuki gedung Rumah sakit tempatnya bekerja.
*
*
*
---STASIUN,
Hujan turun lebat, dan orang-orang mencari tempat untuk berteduh. Seorang wanita yang sudah berada di Stasiun berdiri dan menggunakan ponselnya.
“Ck, apa dia terjebak hujan ya. Kok ponselnya tidak diangkat sih?”
Raut wajahnya mulai panik, memikirkan hal lain yang mungkin terjadi.
“Maaf sayang, tadi aku beli payung di minimarket. Ini aku bawakan susu hangat, minumlah.” Ucap Ramon yang datang menghampiri.
“Terimakasih, aku gelisah memikirkanmu.” Mengambil susu hangat kemasan dari tangan Ramon.
“Oiya, ini obatmu.”
“Kenapa sudah kau belikan lagi? Bukannya stok bulan ini masih ada.”
“Aku lupa mengatakannya, kalau aku dapat tawaran pekerjaan di Bali. Gajinya besar, kau bisa kemoterapi lagi sayang!”
“Hiks... Hiks... benarkah?”
“Iya benar, kita akan bersama lebih lama lagi.” Ramon memeluk erat tubuh kekasihnya.
Dan mereka naik kereta untuk menuju apartemen kekasihnya tinggal.
*
*
*
Sudah dua hari Frayza dikurung dalam toilet, selama itu pula dia minum air dari keran. Tubuhnya menggigil kedinginan seperti balok es. Dan dia tersenyum tipis, seolah tahu ajalnya sudah tiba.
“Eh sejak kapan toilet ini dipalang?” petugas ledeng yang berpatroli mengecek lapangan.
Dicongkellah pake dan dibuang kayu yang menyilang di pintu.
“Hadeh, dikunci pula.” Memilah kunci duplikat yang menggantung di sabuk celananya.
Klek, klek ceklekkkk pintu toilet itu terbuka. Air sudah meluber dan udaranya engap dingin. Cahaya matahari mampu memecahkan cakrawala sehingga ruangan itu tak lagi gelap.
“Dasar sapi, keran belum dimatikan sampai air meluber banyak begini. Meluber bagai waduk saja pantas saja tampungan air cepat ludes ternyata biang keroknya ini.” Kesal mendapati keran mengalirkan air.
Setelah selesai menutup keran, dirinya curiga melihat bilik yang di plang kayu lagi. Perasaanya semakin curiga, dan bergidik ngeri. Dan lewat saluran radio, dia memanggil satpam untuk menemaninya membuka bilik tersebut.
“Ya Tuhan, mayat!!!” Satpam berteriak.
“Hah!” diikuti tukang ledeng yang melotot melihat tubuh Frayza yang sudah memucat.
Satpam melaporkan kejadian ini, dan menimbulkan kegaduhan. Seluruh karyawan yang sibuk bekerja menjadi penasaran dan mengerumuni toilet tersebut.
“Hai, ini jam bekerja kenapa kalian berhamburan pergi?”
“Bos, ada mayat ditemukan!”
“Hah, mayat?”
“iya, mayat di dalam Toilet.”
“Apa ada mayat? Apa kau tahu itu siapa?”
“Frayza, anak dari Singapura Bos. Sudah dua hari dia menghilang, lebih tepatnya sejak hari jum’at pagi. Ternyata dia dikurung di toilet, naas sekali nasibnya. Kini mayatnya ditemukan oleh tukang ledeng yang berpatroli.”
Tak disangka, ternyata Frank membuat kesalahan fatal. Dia meminta mengerjai Frayza, tapi orang suruhannya bertindak lebih sadis dari arahannya.
“Frayza!” memeluk tubuh gadis itu yang sudah dingin.
“Tuan, sebentar lagi Ambulan datang.”
“Jangan sampai berita ini tersebar, kalau sampai pihak kepolisian tahu. Maka kalian semua akan menanggung resikonya, paham!” bentak Frank.
Tim medis datang membawa tandu untuk mengangkat tubuh Frayza. Sementara Frank memberikan ancaman kepada siapapun, akan memberikan hukuman berat jika hal ini sampai bocor. Tak terkecuali dua orang wanita suruhannya yang bertugas sebagai eksekutor Frayza.
“Apa yang kalian lihat, kembali bekerja!” bentak Frank kesetanan.
Dirinya tak menyangka bila hal fatal terjadi, karena itu dia bergegas menyusul Frayza ke Rumah Sakit.
*
*
*
---ADEGAN RAMON,
Sudah beberapa hari ini Ramon tak kunjung menjumpai Frayza. Dari teman kamarnya Frayza tak dapat informasi yang berarti. Terkadang jawaban mereka berubah-ubah seolah ketakutan bila membahas Frayza. Akhirnya Ramon memberanikan diri, pura-pura menjadi tukan servis AC panggilan. Untuk mencari tahu jawabannya sendiri, karena perasaanya tak tenang. Ia mendengar desas-desus tentang penemuan mayat. Tapi dirahasiakan dari kelayak umum.
“Apakah kau bisa membersihkan mesin blower?” tanya satpam saat memeriksa kartu pengenal Ramon.
“Tentu, tunjukan saja padaku.”
“Baiklah, ikuti saja tukang ledeng itu. Dia akan menunjukkan tempatnya.”
Setelah silih berganti melakukan pekerjaannya, tukang ledeng keceplosan bicara. Dari ceritanya diketahui bahwa ada gadis yang ditemukan di toilet dalam keadaan terkurung selama dua hari. Dan di bawa ke Rumah Sakit terdekat setelah ambulans datang.
“Kapan dia ditemukan Pak?”
“Tadi pagi, saat aku patroli seperti biasa.”
Tanpa pikir panjang lagi, Ramon berlari menyusul ke Rumah Sakit yang disebutkan tadi. Dan ketika hendak mengambil motornya diparkiran, tanpa sengaja mobil Frank menabraknya.
“Apa kau pikir mobilku ini transparan! Lihat ulahmu yang ceroboh itu menabrak, minggir sana. Aku ada urusan penting!” celoteh Frank yang mengamuk.
Tubuh Ramon masih tersungkur ditanah, dia masih ingat wajah Frank kala itu bersama Frayza.
“Dasar miskin!” ujar Frank kesal melihat Ramon.
Menyadari waktunya tak banyak lagi, Frank membuang beberapa lembar kertas uang ke Ramon. Lalu pergi melajukan mobilnya meninggalkan area parkiran.
“Memang, orang miskin sepertiku harga dirinya bisa dibeli dengan uang.” Sambil memunguti uang yang berceceran di tanah yang disebar Frank.
Usai memungut uang itu, Frank lalu pergi ke Rumah Sakit dimana Frayza dibawa. Dirinya berharap bila orang yang menjadi buah bibir itu bukanlah Frayza, melainkan orang lain saja. Dan berharap, Frayza dalam keadaan baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
fieThaa
pengen aku lemapr tuh si Frank ke kutub utara
2020-11-23
1
Anyle Tiwa
2 likes
2020-11-23
0