Memutar ulang waktu, Lima tahun lalu,
Hari kelulusan sekolah adalah akhir menyandang status siswa. Lembaran brosur dan formulir beasiswa sudah ia kantongi.
“Ayaaahhh... Ibu... Aku lulus dengan nilai terbaik. Lihatlan ini formulir rekomendasi beasiswaku di beberapa Universitas terbaik.” Menyodorkan kepada orang tuanya.
“Fray, duduklah!” Perintah ibuku.
Anak gadis itu duduk di kursi teras, tempat favorit ayahnya bersantai. Ada beberapa tanaman bonsai mahal yang terpampang. Koleksi burung kicau yang bermacam-macam jenis dari berbagai daerah.
“Fray, dengarkan ayah bicara.” Mulai serius bicara.
“Baik ayah,” Perasaan Fray sudah pasrah.
“Kondisi keuangan ayah yang pas-pasan ini. Sepertinya kau tidak bisa lagi melanjutkan pendidikan di Universitas. Dan kedua adikmu masih duduk di bangku sekolah. Juga membutuhkan banyak biaya. Franda sudah kelas 2 sekolah kejuruan kecantikan dan Julian jurusan perfilman. Kedua adikmu membutuhkan biaya yang banyak. Jujur kami sangat bangga memiliki anak sulung yang pandai. Kami hanya bisa menyekolahkanmu di sekolah swasta di pinggiran kota. Tapi ayah dan ibu yakin kau bisa menerima keputusan kami.” Ayah Fray menjelaskan.
“Iya Fray, kau anak gadis dan sulung di keluarga ini. Jika kau nge-kost di luar kota, akan sangat riskan. Terlebih lagi pergaulan bebas jaman sekarang. Ibu tidak mau kau terjerumus hal negatif. Selain itu, ibu juga mulai sakit-sakitan jika terlalu lama lembur menjahit. Jadi bantulah ibu mengembangkan usaha kita. Ibu akan menggajimu jika ada pekerjaan,kau bersedia bukan?” Rayu ibunya Fray.
“Tapi aku bisa bekerja sambil kuliah bu, akan berhemat untuk biaya hidupku. Dan ayah-ibu hanya perlu menyokong biaya semesterku.” Berusaha meyakinkan.
Braaaakkkk, ayah Faryza membanting koran diatas meja. Lalu berlalu dengan wajah masamnya. Keputusan ayahnya adalah ujung dari diskusi ini. Sedangkan ibunya akan tunduk dengan hal yang sama. Yaitu Frayza berhenti melanjutkan pendidikannya ke Universitas.
“Bu, walaupun gelar Diploma 3 saja aku tidak berhak?” Fray berdiri dan memuncak emosinya.
“Fray, belajarlah menjahit dan membuat pola. Ibu akan memasukkanmu di tempat kursus di pinggir kota dekat sekolahmu dulu!” Perintah ibunya.
Muntahan kata-kata tertahan di mulut Frayza. Dia berdiri seorang diri di teras rumah yang asri. Yah, Frayza memang gadis yang memiliki banyak bakat. Hanya saja dia tidak memiliki kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih kompeten lagi. Orang tuanya berada di kamar, sepertinya sedang sibuk.
“Fray, ayah dan ibu akan pergi ke acara. Nanti kami pulang malam, tolong masak untuk Franda dan Julian juga ya. Mereka sedang ingin makan-makanan diet. Jadi kalau kau tidak berselera, masaklah mie instan. Ambil uangnya diatas kulkas dalam kotak belanja harian. Jaga rumah baik-baik ya, oiya hari ini ibu membeli bibit bunga baru. Tolong pindahkan ke pot-potnya ya. Dan jangan lupa siram tanamannya, adik-adikmu pasti lelah kembali dari les.” Kalimat penutup kepergian kedua orang tuanya.
Mobil melaju keluar pekarangan, pintu gerbang dikunci kembali. Seragam putih abu-abu sejak masuk awal hingga lulus. Tampak lusuh dan pudar. Setiap kali kemeja putihnya kusam, Fray mengambil jeruk nipis di pekarangan untuk mencerahkan warna putihnya. Untuk warna abu-abu roknya, Fray mengakalinya dengan menyetrika bagian dalam rok tersebut. Sehingga warna tetap solid dan tahan lama. Eh kok Author bagi tips hemat ya hehehe.
Lembaran kertas ditangan Fray terus dipandangnya. Dibaca isi dan program studi yang ditawarkan oleh masing-masing Universitas, agar menarik calon mahasiwa. Bahkan gurunya menyarankan agar Fray mengambil salah satu. Karena amat disayangkan bila kemampuannya terhenti karena faktor biaya. Alasan klise ini seperti kutukan yang tak akan pernah terputus.
“Haaahhh haaahhh hiks hiks hiks upppbbbsss.” Fray memasukkan semua kertas brosur kedalam mulutnya.
Dia menjejalkan kedalam mulutnya, maksutnya apa ini anak. 'Setiap orang mengenyam pendidikan, sedangkan aku sudah mmengunyah brosur pendidikan ini (guman Fray dalam hati)'. Fray menangis hingga tertidur. Dia menyumbat mulutnya agar tak berteriak meluapkan emosinya. Itulah cara nyentrik Frayza.
“Woiii kak, bukakan pintunya!!!” Suara teriakan adiknya didepan pagar.
Frayza membuang kertas yang basah kesembarang tempat. Dia berlari keluar rumah, dengan masih mengenakan kaos kakinya yang bolong bagian tumit dan jempol.
“Tidur ya kak?” Ucap Franda menatap jengkel.
“Ya pastilah tidur, diakan pemalas. Lihat saja penampilannya yang kacau itu cih.” Hina Julian terhadap penampilan kacau kakaknya.
“Cihh kak kak payah sekali kau ini. Jangan sampai kau telat memasak, kami sudah lapar. Kalau selesai kami mandi belum kau siapkan juga. Maka aku laporkan kepada ayah dan ibu. Kau pasti akan dihukum hahaha.” Ancam. Franda.
“Sudahlah kak, ayo masuk rumah. Udara petang ini mulai dingin; kak Fray tolong buatkan aku susu coklat. Antar di studioku ya, jangan lama.” Julian pergi merangkul Franda dengan akrab.
Apa? Aku ini siapa untuk mereka ini?! Kenapa adik-adikku semena-mena kepadaku. Apa karena aku anak sulung, jadi mereka seenaknya meminta tanpa berusaha. Aku juga harus meladeni hal sepele, yang bisa mereka kerjakan sendiri. Mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri. Sedangkan aku tak pernah dihargai sama sekali. Aku pastikan kelak kalian lebih sukses dariku. Sehingga kalian bisa membayar pelayan, bukan memperlakukan saudari tuamu ini sebagai pesuruh.
Fray lebih dahulu menyiapkan hidangan makan malam dan membuat susu panas untuk Julian. Setelah kedua adiknya selesai mandi dan makan. Barulah ia mandi dengan tenang tanpa gangguan. Fray, sangat menyukai air dan suhu dingin. Ketika mandi dia bisa berjam-jam dan itu dilakukan ketika dirinya stres berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Allena Purnomo
maaf ini Art,babysitter ato anak tiri???sadiiisss bener itu keluarga.
2021-07-28
0
Mυɳҽҽy☪︎⃠⃝IIS ais⃟𝐲𝐚𝐡
frey anak angkat bukan thor aduh nie kasian
2021-06-19
0
🩸biru
aku baru baca 2 bab kek nya fray di anak tirikan deh 🤣..bener g thor
2021-04-27
3