...༻⎚༺...
Dalam perjalanan, Diva menyuruh Ray menyetir mobil untuknya. Sementara perempuan itu duduk di kursi belakang.
Hening menyelimuti suasana. Sesekali mata Ray melirik ke kaca spion untuk memperhatikan Diva. Perempuan tersebut baru mendapatkan panggilan telepon dari seseorang.
"Ada apa?" ujar Diva. Orang yang meneleponnya ternyata adalah Bram.
"Bisakah kita bertemu sekarang?" kata Bram dari seberang telepon.
"Bertemu? Sekarang?" Diva sontak bingung. Mengingat statusnya dan Bram sudah bercerai. Dia sempat berpikir kalau lelaki itu mencoba mendekatinya lagi. Harapan yang dirasakan Diva tersebut membuktikan bahwa dirinya masih menyimpan sedikit rasa pada Bram.
"Iya. Apa kau sibuk? Kalau sibuk, aku akan--"
"Tidak! Dimana kita akan bertemu?" potong Diva.
Bram lantas memberitahukan lokasi dimana mereka akan bertemu. Dia dan Diva akan bertemu di sebuah cafe populer.
Setelah bicara ditelepon, Diva langsung menyuruh Ray untuk putar balik. Ia menyuruh lelaki itu menemaninya ke cafe terlebih dahulu.
Ray menurut saja. Dia mengarahkan mobil ke tempat tujuan yang di inginkan Diva.
Setibanya di tempat tujuan, Diva langsung masuk ke cafe. Di sana Bram sudah menunggu. Sedangkan Ray disuruh tetap menunggu di mobil.
Ray mengamati dari kejauhan. Atensinya tertuju pada lelaki yang kini ditemui Diva.
"Tunggu dulu," ujar Ray. Dia segera membuka kacamatanya. Lalu mencoba mengamati lebih jelas lelaki yang bersama Diva.
"Dia pasti mantan suaminya itu. Wajahnya benar-benar mirip denganku," gumam Ray sembari memegangi wajahnya. Dia sendiri sebenarnya adalah Brian. Lelaki itu sengaja menyamar karena ingin menjaga Alan dan Aron.
Tetapi penampakan Bram sekarang membuat Brian tertarik untuk mencari tahu perihal keluarganya.
Di sisi lain, Diva sedang duduk berhadapan dengan Bram. Dia menanyakan alasan kenapa pria itu ingin menemuinya.
"Aku ingin memberikan ini padamu. Datanglah!" kata Bram seraya menyodorkan kertas karton yang tampak mewah. Kertas tersebut tidak lain adalah undangan pernikahan.
Pupil mata Diva membesar. Dia tak menyangka Bram akan mendapat penggantinya dengan cepat. Pupus sudah harapan Diva yang awalnya mengharapkan Bram kembali. Wajahnya seketika memucat.
"Bagaimana kabarmu dan anakmu?" tanya Bram. Sukses menyadarkan Diva yang sedang terpaku.
"Ba-baik. Aku pastikan akan datang," tanggap Diva terbata.
"Syukurlah. Aku harap kita bisa terus menjalin hubungan baik," ucap Bram. "Dan satu hal lagi. Aku mohon saat anakmu besar nanti, kau beritahu dia kalau aku bukan ayahnya yang asli. Karena yang aku tahu semua orang menganggapnya begitu," sambungnya.
"Iya. Kau tidak usah cemaskan itu." Diva menyahut dengan datar. "Ya sudah. Kalau tidak ada lagi, aku sebaiknya pergi sekarang." Yang Diva inginkan sekarang adalah pergi secepat mungkin dari hadapan Bram.
Dengan langkah cepat, Diva kembali ke mobil. Dia dan Ray segera melanjutkan perjalanan pulang.
...***...
Saat di rumah, Diva memperkenalkan Ray dengan Alan dan Aron. Tugas lelaki itu bukan mengurus kedua bayi tersebut, melainkan menjaga keamanan mereka.
"Kau tidak perlu cemaskan apapun. Aku akan menjaga Alan dan Aron dengan semua kekuatanku!" kata Brian yang kini sedang dalam mode menyamar jadi Ray.
"Kau bisa bekerja mulai sekarang. Kamarmu ada di belakang!" ujar Diva. Dia terlihat bermain dengan Alan dan Aron terlebih dahulu.
"Paa..." bayi Alan tiba-tiba berucap begitu sambil mengulurkan tangan ke arah Brian.
"Paa!" hal serupa juga dilakukan Aron sedetik kemudian. Diva sontak mengerutkan dahi sambil menatap Brian yang sedang menyamar.
'Bagaimana dua bayi ini bisa tahu kalau aku ayah mereka?' batin Brian.
"Pa? Kenapa kalian memanggilnya Papa? Dia bukan papa kalian," ucap Diva yang berbicara pada Alan dan Aron.
Dua baby sitter terlihat masih berada di ruangan. Mereka tersenyum melihat Diva berinteraksi dengan bayi Alan dan Aron.
Brian pergi ke kamar untuk meletakkan barang-barangnya. Dia mendengus kasar sambil memperhatikan rumah mewah Diva.
"Benar-benar rumah yang luar biasa," komentar Brian. Padahal itu bukan pertama kalinya dia di sana. Namun rumah mewah Diva yang bentuknya bak istana selalu membuat Brian kagum. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Oleh sebab itu, Brian harus melepaskan semua penyamarannya.
Di waktu yang sama, Diva sedang berada di dapur. Dia sedang memasak untuk hidangan makan malam.
Sambil menunggu hidangan matang, Diva memilih bermain ponsel. Saat itulah dia lupa dengan masakannya.
Bau gosong mulai tercium. Asap tebal bahkan mulai mengepul.
Diva kaget sekali. Terlebih dia memilih duduk di teras belakang.
Diva bergegas berlari ke dapur. Dia berteriak histeris karena melihat api yang telah membakar wajannya.
"Apiii! Tolong!" Diva panik sekali. Saking paniknya, dia jadi linglung dan bingung harus berbuat apa selain berteriak.
Kebetulan sekali kamar Brian menjadi tempat yang paling dekat dengan posisi Diva. Mendengar teriakan Diva, Brian langsung mengambil handuk dan keluar. Sambil berlari, dia lilitkan handuk tersebut ke pinggul.
Tanpa pikir panjang, Brian ambil alat pemadam kebakaran, lalu dia datangi sumber api berada.
Bresss!!!
Brian menggunakan alat pemadam kebakaran dengan baik dan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Anonymous
hahhaa...ketauannn
2023-12-19
0
Diana Susanti
up next kak
2023-12-19
1
Diana Susanti
hahahaha 😝😝😝😝 lupa penyamaran nya
2023-12-19
1