...༻⎚༺...
Tangisan bayi tanpa henti membuat Brian kelimpungan. Dia yang bingung, lantas mencari tahu di internet. Dirinya pun mendapat informasi yang sama seperti Issac sebelumnya.
"Perlukah aku membeli susu dan popok?" Brian berdecak kesal. Meskipun begitu dia tak punya pilihan lain.
"Tapi aku tak bisa meninggalkan mereka di sini! Arrgh..." Brian mencengkram kepalanya sendiri. Alhasil dia membawa Alan dan Aron pergi bersamanya keluar.
Anehnya Alan dan Aron berhenti menangis saat dibawa jalan oleh Brian.
"Dasar dua setan kecil! Tapi aku harus tetap membeli popok dan susu. Oke, Brian! Kau hanya perlu bertahan sampa lusa." Brian menyemangati dirinya sendiri. Ia membawa Alan dan Aron menggunakan kereta bayi.
Di waktu yang sama, Diva baru saja memasuki gedung apartemen Bram. Sekarang dia hanya perlu mendatangi unit mantan suaminya tersebut.
Pintu lift perlahan terbuka. Diva segera melangkah keluar dan ingin bergegas menemui Bram. Namun langkahnya harus terhenti tatkala menyaksikan pemandangan tak mengenakkan.
Terlihat Bram berciuman panas dengan seorang wanita. Diva mematung di tempat. Dia merasa canggung untuk memanggil Bram, tetapi di sisi lain dirinya perlu bicara pada lelaki itu terkait Alan dan Aron.
"Bram!" Diva akhirnya memilih memanggil Bram. Lagi pula dia ingin menemukan kedua anaknya secepat mungkin.
Bram dan wanita yang bersamanya otomatis berhenti berciuman. Mereka menoleh ke arah Diva. Terlihat Bram langsung memasang raut wajah cemberut.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" timpal Bram.
"Harusnya aku yang marah padamu!" balas Diva. Dia merasa yakin kalau Bram lah yang menculik kedua anaknya.
Bram mengerutkan dahi heran. Dia menyuruh wanita yang bersamanya masuk ke unit apartemen. Sementara dirinya segera menghadapi Diva.
"Apa maksudmu harusnya kau yang marah?!" Bram menuntut penjelasan.
"Kau sudah mengambil kedua anakku! Sekarang kembalikan mereka!" ujar Diva.
"Apa?! Mengambil anakmu?! Apa kau pikir aku sebodoh itu?! Anak itu adalah hasil perselingkuhanmu! Melihatnya saja aku tidak sudi, apalagi mengambilnya!" tegas Bram.
"Lalu apa ini?! Kau menyewa truk untuk membawa bayi-bayiku." Diva memperlihatkan rekaman CCTV yang dia dapat dari pemilik truk.
"Apa ini? Aku tidak pernah datang ke tempat ini!" bantah Bram.
"Lihatlah orang ini! Jelas-jelas dia adalah kau!" Diva bersikeras karena dirinya sangat yakin. Dia kini memperlihatkan gambar Brian yang diperbesar.
Bram seketika terdiam. Dia memperhatikan gambar yang diberikan Diva dengan seksama.
"Dia memang bukan aku!" ungkap Bram. Raut wajahnya sekarang berubah menjadi lebih datar. "Dia kembaranku!" lanjutnya.
"Apa?!" Diva kaget sekali. Kelopak matanya seketika melebar. "Bukankah kau tidak punya saudara kembar? Lalu bagaimana..." Diva tak tahu harus berkata apa.
"Itulah masalahnya. Keluargaku merahasiakan perihal fakta itu. Aku bahkan mengetahui kalau aku punya kembaran baru-baru ini," kata Bram.
"Kalau begitu dialah yang membawa Alan dan Aron. Tapi kenapa? Apa kau..." Diva hendak menuduh kalau kemungkinan penculikan yang dilakukan Brian ada kaitannya dengan Bram.
"Tentu tidak! Aku bahkan sama sekali tidak mengenal kembaranku itu. Bertemu dan bicara pun tak pernah!" ucap Bram.
"Kalau begitu lelaki yang tidur di hotel denganku malam itu adalah dia..." Diva membekap mulutnya sendiri. Dia merasa sulit untuk percaya.
"Apa?!" Bram bisa melihat kekhwatiran yang ditunjukkan Diva.
"Lelaki yang tidur di hotel denganku malam itu kemungkinan adalah saudara kembarmu!" timpal Diva. Ia menatap nanar Bram. "Kenapa kau tidak pernah mengatakan ini sebelumnya padaku?"
"Sudah aku bilang kalau aku baru mengetahuinya!"
"Kapan?!"
"Mungkin sekitar beberapa bulan lalu."
Diva mencengkeram kepalanya dengan satu tangan. Fakta yang dia ketahui sekarang sangat sulit diterima.
"Apa berarti anakmu itu adalah anakmu bersama kembaranku?" tanya Bram. Dia jadi merasa bersalah karena terlalu keras pada Diva sebelumnya. Sekarang Bram tahu kenapa Diva selalu percaya kalau lelaki yang tidur di hotel dengannya malam itu adalah dirinya.
"Bukankah sudah jelas?!" balas Diva.
"Apa anakmu hilang? Mungkin lelaki itu tahu kalau anakmu adalah anaknya. Makanya dia membawanya pergi." Bram memberikan asumsinya.
Diva lantas berpikir. Apa yang dikatakan Bram kemungkinan ada benarnya. Semakin cemaslah Diva. Dia ingin bergegas menemukan Alan dan Aron bagaimana pun caranya.
"Apa kau punya petunjuk mengenai saudara kembarmu itu?" tanya Diva.
"Aku pernah mencoba mencari tahu tentangnya. Dari informasi yang kudapat, dia melakukan beberapa tindak kejahatan. Namanya adalah Brian Brooks. Kau bisa mencarinya di catatan kepolisian. Setahuku dia pernah dipenjara dua kali. Karena itulah aku enggan menemuinya. Siapa yang mau memiliki saudara seorang kriminal?" jelas Bram panjang lebar.
Diva tidak mengatakan apapun. Ia pergi begitu saja. Tujuannya sekarang adalah kantor polisi.
"Dia memang ayah Alan dan Aron. Tapi aku tidak akan membiarkan anak-anakku berada dalam didikan seorang kriminal!" imbuh Diva yang melajukan kecepatan mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Anonymous
mantap kak, masi baca
2023-12-09
0
Diana Susanti
lanjut kak
2023-12-07
1