Bab 9 - Anakku?

...༻⎚༺...

Badai terjadi selama semalaman. Parahnya saat terjadi badai, bayi Alan dan Aron tak berhenti menangis. Brian sangat kewalahan menenangkan kedua bayi tersebut.

"KUMOHON DIAM! Aku sudah tak tahan!" keluh Brian lantang. Namun keluhannya itu justru membuat tangisan Alan dan Aron menjadi-jadi.

Brian melakukan segalanya yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. Dari mula mengganti popok, membuat susu, bahkan menimang bayi secara bergantian.

Brian mungkin bisa saja bersikap kasar pada Alan dan Aron, tetapi karena Clara menyuruhnya untuk menjaga si kembar, maka dia tak punya pilihan lain.

Hampir semalam Brian terjaga. Dia baru tertidur saat jam 3 dini hari. Parahnya dia tertidur dalam keadaan duduk sambil memegangi Alan dan Aron di masing-masing tangannya.

Ketika pagi tiba, badai akhirnya reda. Brian perlahan membuka mata dan menemukan dirinya dalam keadaan memeluk Alan dan Aron.

Entah kenapa kala itu Brian ingin memperhatikan Alan dan Aron. Anehnya dia merasa senang saat melihat kedua bayi itu tenang.

"Nah... Kalau begini kan bagus," komentar Brian sembari terus mengamati wajah Alan dan Aron yang terlelap. "Kalian tampan sekali. Pantas saja si Clara itu sangat ingin memiliki kalian," tambahnya yang merasa kagum sejenak. Akan tetapi itu tidak berlangsung lama. Brian menggeleng tegas dan segera meletakkan Alan dan Aron ke sofa.

"Apa yang kupikirkan? Ini karena aku terjebak bersama mereka semalaman." Brian merasa tak percaya dengan dirinya sendiri. Dia segera bersiap untuk pergi ke hotel yang telah dipesankan Clara. Dirinya tak mau mengulur-ulur waktu lagi.

Bersamaan dengan itu, Brian mendapat telepon dari Clara. Wanita tersebut ternyata datang lebih cepat dari yang dijanjikan. Brian pun senang mengetahuinya. Sekarang mereka bertemu di kamar suit.

"Kau membawa bayarannya bersamamu kan?" tanya Brian.

"Tentu tidak," jawab Clara. Dia tampak menghampiri Alan dan Aron. Menatap kagum kedua bayi itu.

"Kenapa tidak? Apa kau tidak akan membayarku?!" timpal Brian.

"Tenanglah, Bodoh! Sekarang zaman sudah canggih. Aku hanya perlu mentransfer uangnya padamu! Kau pikir aku mau repot-repot membawa uang tunai padamu?" balas Clara.

"Kau benar. Tapi kau harus mengirimkan uangnya sekarang," kata Brian mendesak.

Clara menatap malas Brian. Dia yang tadinya hendak menggendong salah satu si kembar, jadi urung melakukannya.

"Dasar tidak sabaran!" cibir Clara. Dia segera mengirimkan uang bayaran pada Brian. Setelah itu, lelaki tersebut disuruh pergi.

Brian terdiam di tempat. Anehnya dia merasa berat berpisah dengan Alan dan Aron. Kedekatan yang terjadi semalaman selama badai benar-benar memberikan dampak kuat padanya.

"Kenapa kau masih di sini?" Clara menatap heran Brian. "Jangan bilang kau tak mau berpisah pada bayi-bayi ini?" tukasnya.

"Enak saja. Tentu tidak! A-aku hanya penasaran dengan apa yang akan kau lakukan pada mereka," ucap Brian yang sedikit tergagap.

Clara tersenyum tipis. "Aku akan menjadikan mereka anakku," ungkapnya.

"Aneh sekali. Padahal kau wanita. Kenapa tidak melahirkan anak sendiri saja?" tanggap Brian.

Clara langsung melotot. "Kau sebaiknya pergi sekarang!" usirnya tegas.

"Oke, oke. Aku akan pergi. Galak sekali." Brian segera beranjak pergi. Setelah itu dia tidak tahu lagi bagaimana nasib Alan dan Aron.

Kini Brian telah mendapatkan uang yang dirinya inginkan. Pertama-tama dia ingin melepaskan Issac dari penjara. Brian juga tak lupa menghubungi Erick.

Memang Brian adalah penjahat. Meskipun begitu, dia tipe orang yang setia kawan. Jadi dirinya tidak akan melupakan temannya begitu saja.

Sekarang Brian kembali ke apartemennya. Di sana dia mempersiapkan diri untuk menyamar. Brian kebetulan akan mendatangi kantor polisi untuk menebus kebebasan Issac.

Ketika dalam proses bersiap, bel pintu mendadak berbunyi. Brian lantas membuka pintu.

Orang yang datang ternyata adalah Diva. Meskipun begitu, Brian hanya mengenalinya sebagai ibu dari Alan dan Aron.

"Kau!" seru Diva dengan raut wajah marah.

Brian ingin cepat-cepat menutup pintu. Akan tetapi Diva dengan cepat menahan pintunya. Aksi saling tarik menarik terjadi, sampai Diva menang dengan melayangkan tendangan ke alat vital Brian.

"Ugh..." Brian reflek memegangi organ intimnya dengan dua tangan. Dia sangat kesakitan.

Saat itulah Diva bisa masuk ke apartemennya. Ia segera mencari kedua buah hatinya. Namun seberapa keras dirinya mencari, dia tidak menemukan Alan dan Aron dimana-mana.

"Katakan dimana kedua anakku, keparat!" timpal Diva.

"Tunggu sebentar. Biarkan aku bernafas... Kau sendiri tadi yang menyerangku. Ini butuh waktu reda beberapa menit," ujar Brian sembari duduk ke sofa. Dia masih merasakan sakit di alat vitalnya.

"Memang Alan dan Aron juga anakmu, tapi aku tidak akan membiarkan mereka hidup bersamamu!" tukas Diva.

Brian kaget mendengarnya. Dia menatap Diva dengan serius. "Apa katamu? Anakku?" tanyanya.

Terpopuler

Comments

Maria Lina

Maria Lina

no 1 thor...lgi ya thor plissss penasatan ni ya thor🙏🙏

2023-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!