...༻⎚༺...
Brian dan Erick mendatangi polisi. Namun Issac sudah tidak ada. Dari sana Brian tahu kalau Diva bersungguh-sungguh ingin mencari Jax Jones.
"Dia benar-benar perempuan gila!" gumam Brian sembari melepas topeng wajah untuk penyamarannya. Dia dan Erick sedang berada di mobil.
"Perempuan? Kau membicarakan siapa?" tanya Erick yang bingung.
"Ibunya si kembar. Karena dialah juga gosip yang tidak-tidak tentangku jadi beredar," tanggap Brian.
"Lalu apa sekarang? Apa kita tetap mencari Issac?"
"Sudah biarkan saja. Aku yakin perempuan itu tidak berbahaya."
"Ya, tentu. Cepat atau lambat, Issac pasti akan menemui kita." Erick segera menjalankan mobil.
Sementara Brian, dia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sejujurnya ada perasaan khawatir dalam hatinya. Akan tetapi Brian terus saja berusaha menyangkal hati nuraninya tersebut.
Brian pulang ke apartemen. Dia menjalani aktifitas seperti biasa.
Setelah makan malam, biasanya Brian menonton televisi. Saat itu ada sekilas berita. Kebetulan sekali berita yang ada di televisi membahas perihal meningkatnya angka aborsi serta bayi terlantar. Entah kenapa hal itu menyentuh hati Brian. Terlebih saat dia mengingat bahwa dirinya adalah anak sebatang kara.
"Sial! Diva dan si kembar itu terus mengganggu pikiranku," keluh Brian seraya memegangi kepala.
"Kau kenapa? Terlihat gelisah sekali sejak dari kantor polisi tadi. Jangan-jangan kau mencemaskan Issac?" tanya Erick. Sejak tadi dia duduk di sofa sebelah Brian.
Brian tak menanggapi pertanyaan Erick. Ia justru berdiri dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian Brian keluar dengan jaket dan celana jeans.
"Kau mau kemana?" tanya Erick.
"Ada sesuatu yang harus aku urus." Brian beranjak begitu saja. Erick hanya terdiam melihatnya. Meskipun begitu, lelaki itu tak tertarik untuk ikut.
Brian mengemudikan mobilnya dengan laju menuju bandara. Dia yakin Diva langsung mencari Jax Jones. Brian juga bisa menebak tujuan perempuan itu membawa Issac bersamanya.
Setibanya di bandara, Brian segera mencari Diva. Dia berkeliling cukup lama sampai akhirnya dirinya melihat Diva dari kejauhan yang berjalan menuju pesawat jet.
Brian bergegas berlari. Petugas keamanan yang berjaga bahkan diterobosnya dengan brutal. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Akan tetapi Brian tak peduli selama tujuannya sekarang tidak tercapai.
Brian semakin melajukan larinya saat melihat Diva sudah memasuki pesawat jet. Untung saja usaha Brian berhasil mendatangi pesawat itu tepat waktu.
Kedatangan Brian ke pesawat jet sempat dicegah oleh pengawal. Namun sekali lagi dia berhasil menerobos hingga akhirnya bisa menemui Diva.
"Tunggu dulu..." ujar Brian dengan nafas terengah-engah akibat kelelahan berlari.
Diva mengerutkan dahi. Sedangkan Issac yang duduk di belakangnya tampak tersenyum senang.
"Kedatanganmu ke sini pasti karena temanmu ini kan? Biarkan aku meminjamnya! Anggap saja ini sebagai bayaran atas hutang yang telah aku lunasi untukmu!" tukas Diva.
"Tidak. Aku tidak datang untuk itu," sahut Brian.
"Lalu?" tanya Diva.
"Aku akan ikut!" Brian duduk begitu saja ke salah satu kursi. "Tolong urus orang-orang yang mengejarku itu," katanya.
Diva terperangah melihat sikap tak tahu malu Brian. Walaupun begitu, dia sebenarnya lega lelaki tersebut ikut dengannya.
'Entah angin apa yang membuatnya tiba-tiba berubah pikiran,' komentar Diva dalam hati.
Diva lantas menghentikan petugas keamanan serta pengawal yang mencoba mengejar Brian. Dia menyebutkan kalau pria itu ikut bersamanya.
Sementara Issac, dia keheranan melihat Diva yang langsung menurut dengan perintah Brian.
"Ada apa ini? Bagaimana bisa perempuan itu menurut langsung padamu?" selidik Issac.
"Dia--"
"Aku tidak menurut! Aku hanya melakukan hal yang harus dilakukan!" potong Diva yang telah kembali. Dia duduk ke hadapan Brian. Menyilangkan kakinya dengan anggun.
"Apa kau tahu? Temanmu ini sangat bodoh. Dia menculik dan menjual anaknya sendiri," ungkap Diva.
"Apa?!" Issac membulatkan mata.
Brian langsung menghela nafas panjang. Dia sepertinya tak bisa menutupi kebenaran lagi. Terutama dari temannya.
"Si kembar yang kita culik itu ternyata anakku. Jadi jangan bertanya dan kaget lagi. Mengerti?" Brian melotot ke arah Issac.
Mulut Issac menganga tak percaya. Setelah itu, dia tertawa pecah.
"Lucu sekali. Ini pasti lelucon kan?" Issac sepertinya tak langsung percaya. Namun kini dia mendapat pelototan dari Diva.
"Lelucon? Apa wajahku terlihat sedang seperti bercanda?" timpal Diva. Issac pun langsung tertunduk.
Pembicaraan mereka berakhir disitu. Pesawat yang mereka tumpangi berangkat. Mereka akan pergi ke Spanyol, yaitu tempat dimana Jax Jones menetap.
Saat dalam perjalanan, Issac tampak tertidur. Sedangkan Diva dan Brian sama-sama terjaga. Keduanya saling membuang muka. Membiarkan keheningan menyelimuti. Hingga secercah rasa penasaran membuat Diva ingin bertanya.
"Jadi, kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Diva.
"Anggap saja ini sebagai kepedulianku pada si kembar. Aku tidak mau dia bernasib sama sepertiku," jelas Brian.
"Tentu saja tidak! Aku tidak akan membiarkan nasib si kembar akan sama sepertimu! Pokoknya jangan sampai. Huhh!" balas Diva. Membuat Brian seketika mendengus kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments