The Extraordinary Twins

The Extraordinary Twins

Bab 1 - Apa Dia Suamiku?

...༻⎚༺...

Seorang perempuan berjalan terseok-seok di koridor hotel. Dia berusaha berpegangan ke dinding yang ada di dekatnya agar tidak jatuh. Perempuan itu bisa dibilang sudah cukup mabuk.

Diva Costanza, itulah namanya. Dia seringkali dipanggil Diva. Memiliki paras cantik jelita serta badan molek menggoda walau sudah bersuami.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Diva tiba di kamar yang dirinya cari. Dia segera masuk ke sana.

Diva berulangkali menggunakan ponselnya untuk menelepon Bram, lelaki yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Akan tetapi suaminya tersebut tidak kunjung menanggapi panggilannya.

"Dia sedang apa? Kenapa tidak juga menjawab panggilanku?" gumam Diva. Kini dia memutuskan mengirim pesan. Dia memberitahu kalau dirinya ingin bertemu di hotel bintang lima.

Di sisi lain, terjadi keributan di sebuah kamar yang berada di beberapa lantai atas kamar Diva berada. Seorang lelaki berpakaian serba hitam sedang beraksi mengambil barang berharga dari pemilik kamar.

Lelaki berpakaian serba hitam itu bernama Brian Brooks. Dia merupakan penjahat berpengalaman. Brian diketahui sudah ahli mencuri, menipu, dan juga menculik.

Kala itu Brian sendirian. Kedua temannya sudah dia suruh pergi. Brian sekarang bertugas mencari batu berharga langka. Kebetulan korbannya kali ini adalah seorang profesor Antropologi.

"Bri! Kau harus cepat-cepat keluar dari situ! Polisi dalam perjalanan menuju kamarmu!" Suara Erick memberitahu lewat earphone yang menempel di telinga Brian.

"Baiklah!" sahut Brian.

"Kau harus keluar sekarang! Mereka sudah mendekati pintu!"

"Apa?!" Brian kaget sekali. Terlebih dia belum menemukan benda yang dirinya cari. Meskipun begitu, Brian memilih tidak menyerah.

Brian terus cari batu berharga incarannya. Sampai akhirnya dia bisa menemukannya.

"Dapat!" seru Brian kesenangan. Akan tetapi kesenangannya tak berlangsung lama saat terdengar suara pintu terbuka.

"Sial!" umpat Brian. Buru-buru dia mencari jalan keluar lain dari kamar. Yaitu tepatnya ke balkon. Di sana Brian melompat ke bawah.

Karena sudah berpengalaman, dengan mudah Brian menuruni dinding dan turun ke balkon lainnya. Tanpa pikir panjang dia masuk ke sebuah kamar secara acak.

"Sepertinya kamar ini kosong," gumam Brian sembari membuka penutup wajahnya.

"Babe? Kau kah itu?" Suara seorang perempuan sukses mengagetkan Brian. Dia tidak lain adalah Diva. Kamar yang dimasukinya ternyata adalah kamar perempuan tersebut.

"Babe?" Dahi Brian berkerut dalam. Namun bersamaan dengan itu, dia terpaku menyaksikan penampilan Diva yang hanya berlilitkan handuk. Rambut Diva juga tampak basah. Membuat kecantikannya sangat menggoda.

"Aku tadi sengaja membasahi diriku agar bisa lebih sadar dari mabuk. Dan sepertinya cukup berhasil," kata Diva seraya berjalan mendekat. Dia mengira Brian adalah suaminya. Bagaimana tidak? Wajah lelaki itu sangat mirip dengan Bram. Mungkin hanya luka kecil di atas bibir Brian yang menjadi pembedanya.

"Kau mengenalku?" tanya Brian keheranan.

"Astaga, Babe. Apa kau bersandiwara untuk mengerjaiku? Dan lihat pakaian aneh yang kau pakai sekarang. Apa kau berusaha terlihat keren?" timpal Diva.

"Apa?..." Brian semakin bingung. Apalagi ketika Diva sudah berdiri di hadapan dan menyentuh pundaknya.

"Ayolah! Aku tidak mau basa-basi malam ini. Aku pikir kau mungkin bosan dengan suasana rumah," ungkap Diva.

"Maaf. Kau sepertinya salah orang. Aku bukanlah--" ucapan Brian terpotong karena Diva mendadak membekap mulutnya dengan ciuman.

Mata Brian membulat sempurna. Dia yang tadinya ingin cepat pergi, jadi terbuai. Apalagi ketika bibir Diva bergerak dengan intens. Perempuan tersebut juga sengaja menggoda dengan menyentuh area pribadi Brian.

Brian melepas tautan bibirnya dari mulut Diva sejenak. Ia berucap, "Baiklah kalau ini maumu. Pastikan kau tidak menyesal karena melakukannya!"

Brian sendiri adalah lelaki berjiwa bebas. Dia juga merupakan casanova yang sudah berpengalaman menemui banyak wanita. Tentu godaan kecil dari Diva membuatnya tidak tahan.

"Aku--" Diva hendak menjawab, tetapi tidak bisa. Sebab kali ini Brian yang mencium bibirnya. Alhasil terjadilah pergulatan lidah di antara keduanya.

Sentuhan yang di awali dengan ciuman perlahan menjadi lebih intim. Diva dan Brian bahkan saling melucuti pakaian satu sama lain hingga tak tersisa. Malam itu mereka melakukan hubungan intim tanpa mengetahui identitas satu sama lain.

Ketika pagi telah tiba, Diva perlahan membuka mata. Dia tampak acak-acakan dalam keadaan masih telanjang.

Dahi Diva berkerut tatkala tidak menemukan Brian yang dirinya kira suaminya. Lelaki itu menghilang seperti ditelan bumi.

"Mungkin dia ada pekerjaan penting." Diva mencoba berpikir positif. Dia segera mengenakan pakaian.

"Tadi malam Bram sangat luar biasa. Apa dia sengaja minum obat kuat kali ini?" gumam Diva yang mengingat kegiatan panasnya tadi malam. Di akhir dia tertawa sendiri karena merasa lucu.

Memang akhir-akhir ini Bram tidak pernah menyentuh Diva setelah divonis mandul oleh dokter. Sementara Diva sendiri tidak pernah lelah untuk membangun kepercayaan diri suaminya. Dia juga bertekad akan selalu bersama Bram meski mereka tak bisa memiliki anak. Diva berusaha keras menjaga keharmonisan rumah tangganya sebisa mungkin. Sayangnya, Bram seringkali lebih memilih pekerjaan dari pada menghabiskan waktu untuk bermesraan dengan Diva.

Setelah bersiap, Diva pulang ke rumah. Dia bertemu Bram yang hendak pergi bekerja.

"Babe! Ternyata kau--"

"Aku harus pergi sekarang! Ada pekerjaan penting yang harus di urus!" potong Bram yang pergi dengan tergesa-gesa.

"Berhati-hatilah!" ujar Diva dengan senyuman lebar. Dia sebenarnya ingin membicarakan perihal tadi malam, namun urung karena Bram sepertinya tak bisa diganggu.

...***...

Satu bulan berlalu. Selama beberapa hari Diva mengalami mual saat pagi. Sampai di suatu waktu dia kelelahan dan pingsan.

Bram yang cemas, segera membawa Diva ke rumah sakit. Saat itulah Bram mengetahui bahwa Diva hamil.

Dada Bram rasanya menyesak. Bagaimana tidak? Sebagai suami, dia sadar kalau dirinya tak pernah menyentuh Diva akhir-akhir ini. Terlebih Bram menderita kemandulan.

Kesimpulan Bram hanya satu. Diva pasti hamil dengan lelaki lain!

Bram segera mendatangi Diva yang telah sepenuhnya pulih. Perempuan itu tampak sumringah, mengingat dia mengira sedang mengandung anaknya Bram.

"Babe! Kau sudah tahu kan? Aku hamil!" ungkap Diva antusias. Ia tersenyum simpul.

Berbeda dengan ekspresi Bram yang tampak cemberut. "Siapakah ayah dari anak dalam perutmu itu?" tanyanya serius. Akibat keseriusan tersebut, suasana terasa tegang.

Senyuman Diva sontak hilang. "Apa maksudmu? Tentu saja kau ayahnya!" tanggapnya.

Terpopuler

Comments

Junifa

Junifa

kok gak ada notif kalau author rilis cerita baru

2023-12-11

1

Anonymous

Anonymous

kisah yg menarik...lanjut thor

2023-12-06

1

Diana Susanti

Diana Susanti

lanjut kak mantab 👍👍👍 grazy up nya kak love you full 😚😚😚😚 semangat

2023-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!