Bab 3 - Menghilangnya Si Kembar

...༻⎚༺...

Mata Diva membulat tatkala dia mendengar bayi dalam kandungannya kembar. Itu seperti teguran keras yang sampai ke hatinya.

"Ke-kembar?" Diva membeo tak percaya. Sebenarnya dia merasa berat menggugurkan kandungannya. Namun perasaan itu jadi tambah kuat saat mendengar kalau bayi yang ada dalam kandungannya ada dua nyawa.

Kini Diva dan Nathalie sudah keluar dari klinik. Keduanya baru memasuki mobil.

"Jadi bagaimana?" tanya Nathalie sembari tersenyum. Membawa Diva untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan sebenarnya adalah rencananya. Ia melakukan itu agar Diva tidak jadi menggugurkan kandungan.

Nathalie yakin putrinya berhati baik. Sentilan kecil seperti menyaksikan adanya kehidupan di dalam perut kemungkinan besar bisa merubah keputusan Diva.

"Sepertinya tidak, Mom. Aku akan mempertahankan mereka. Rasanya aku tidak sanggup jika harus menggugurkan dua nyawa sekaligus," ungkap Diva. Dia memilih untuk tidak menggugurkan kandungannya.

"Pilihan yang bijak. Kau tidak perlu cemas, aku dan ayahmu akan selalu berada di sisimu. Jadi jangan khawatirkan apapun," tutur Nathalie yang merasa lega mendengar keputusan akhir Diva.

Hari demi hari berlalu. Bayi kembar yang ada dalam perut Diva sudah lahir ke dunia. Mereka diberi nama Alan dan Aron. Jujur saja, kedua bayi itu sangat tampan. Memiliki mata biru, kulit putih bersih, dan hidung mancung. Meski kembar, ada perbedaan yang mencolok di antara keduanya. Yaitu warna rambut. Alan memiliki rambut pirang, sedangkan Aron berambut dengan warna hazel.

Saat melahirkan di rumah sakit, Alan dan Aron bahkan membuat heboh banyak orang karena ketampanan mereka. Banyak orang yang merasa iri dengan rupawannya anak kembar Diva. Hal tersebut berhasil membuat Diva merasa bahagia. Perempuan itu tidak menyesal karena sudah mempertahankan kehidupan Alan dan Aron.

Kehadiran Alan dan Aron merubah hidup Diva secara drastis. Kelucuan mereka membuat dirinya melupakan segala beban hidup. Diva bahkan mulai bangkit dan bekerja seperti dulu. Kebetulan Diva mempunyai pekerjaan di bidang arsitektur. Ia terkadang bisa bekerja di rumah atau di luar rumah.

Sejak kecil, Alan dan Aron terbiasa hidup dengan kemewahan. Itu semua karena kakek dan neneknya sangat menyayangi mereka. Samuel bahkan sudah membelikan mobil untuk Alan dan Aron.

Sekarang usia Alan dan Aron telah menginjak 9 bulan. Keduanya sama-sama memiliki perkembangan yang cepat. Baik Alan dan Aron, keduanya sudah bisa merangkak.

Diva baru pulang bekerja. Dia langsung pergi mendatangi kamar Alan dan Aron. Dua anaknya itu sedang dijaga oleh dua pengasuh.

"Bagaimana mereka hari ini?" tanya Diva.

"Mereka bermain dengan baik seperti biasa, Nyonya," jawab Eva. Salah satu pengasuh Alan dan Aron.

"Kebetulan selama satu minggu ini aku tidak ada kerjaan. Jadi kalian bisa memakai hari itu untuk cuti," kata Diva.

"Nyonya yakin ingin kami cuti?" Sofia memastikan.

"Iya. Lagi pula kalian tahu betapa pintarnya Alan dan Aron. Aku tidak mau kesibukanku membuatku jauh dari mereka. Jadi jika ada waktu, aku ingin berlama-lama bersama mereka," jelas Diva.

"Aku sebenarnya tak masalah tidak cuti. Jujur saja, aku dan Sofia sangat betah menjaga Alan dan Aron. Mereka sangat tampan, pintar dan lucu," ujar Eva.

"Begitulah mereka," tanggap Diva seraya tersenyum puas.

"Menurut anda Alan dan Aron meniru sikap ayah atau ibunya?" tanya Sofia.

Senyuman Diva seketika pudar. Dia selalu risih jika ada seseorang menanyakan perihal ayahnya Alan dan Aron. Apalagi semua orang selalu menganggap si kembar itu adalah anaknya Bram. Tidak ada yang tahu kalau Alan dan Aron adalah anaknya Diva bersama seorang lelaki asing.

"Kalian sebaiknya bersiap!" Diva memilih tak menjawab pertanyaan Sofia. Dia berlagak sibuk mengamati Alan dan Aron yang sedang tidur.

"Baik, Nyonya." Sofia dan Eva segera pergi. Mulai hari itu, Diva akan menjaga Alan dan Aron. Walaupun begitu, dia terkadang dibantu oleh Nathalie.

Setiap sore, Diva rutin mengajak Alan dan Aron jalan-jalan ke taman belakang. Diva tampak menenangkan kedua anaknya yang tiba-tiba menangis bersamaan. Ia cukup kewalahan karena itu. Akan tetapi sebagai ibu, dia terlihat tenang dan sabar menghadapinya.

Dari jauh, seorang lelaki terus mengamati aktifitas Diva bersama bayi kembarnya. Perlahan dia menekan earphone yang terpasang di salah satu telinga.

"Aku rasa sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukannya," ucap lelaki bersetelan pelayan itu.

"Apa kau pelayan baru?" pelayan lain tiba-tiba datang dan bertanya. Namanya adalah Jordan.

"Aku hari ini menggantikan pamanku. Kenalkan aku Kevin. Aku di sini menggantikan Richie!" jawab pelayan lelaki misterius itu.

"Ah, Richie? Ada apa dengannya?" tanya Jordan.

"Dia kecelakaan kemarin. Dia sangat butuh biaya perawatan, jadi aku menggantikannya sekarang," jawab si pelayan lelaki misterius.

"Oh begitu." Jordan percaya dan segera berlalu pergi.

Sementara sang pelayan lelaki misterius itu kembali fokus dengan tugasnya. Dia tidak lain adalah Brian Brooks.

Tujuan Brian ada di rumah keluarga Costanza sekarang karena dia berencana menculik bayi Alan dan Aron. Lelaki itu berniat akan beraksi nanti malam.

Penampilan Brian sekarang dalam mode penyamaran paripurna. Dia mengenakan kumis serta bantalan perut agar terlihat buncit seperti pria baruh paya.

Brian sendiri sama sekali tak mengenali Diva. Itu karena dia tidak pandai mengingat wajah orang, terutama orang asing. Casanova sepertinya juga tak pernah menganggap sebuah hubungan intim itu hal spesial. Bagi Brian bercinta adalah hal biasa dan kebutuhan yang dimiliki manusia.

Selama satu hari Brian mengamati keadaan terlebih dahulu. Melihat Diva menjaga seorang diri dua anaknya, dia merasa itu adalah momen yang tepat untuk beraksi.

Saat sore, Brian diam-diam meletakkan pengharum ruangan buatannya. Pengharum itu berguna untuk membuat orang yang ada di ruangan tertidur saat menghirupnya. Bahkan pada bayi sekali pun.

...***...

Malam telah tiba. Diva dan bayi kembarnya telah tertidur. Kala itu dia membawa Alan dan Aron tidur bersamanya di kamar.

Semua penghuni rumah jatuh tertidur akibat pengharum ruangan milik Brian. Brian yang merupakan pembuat pengharum ruangan tidur itu tentu tidak menjadi korban. Sebagai pembuatnya, dirinya juga memiliki penawar. Yaitu kopi kuat yang sudah diminumnya lebih dulu sebelum menyebar aroma pengharum.

Perlahan pintu kamar Diva terbuka. Orang yang masuk adalah Brian. Ia masih mengenakan setelan penyamarannya. Brian tampak membawa kereta bayi khusus anak kembar. Perlahan Brian alihkan Alan dan Aron ke dalam kereta.

Sebelum pergi, Brian tak lupa mengambil semua pengharum ruangan yang sempat di pasangnya. Dia juga menyempatkan diri merusak rekaman CCTV. Setelah itu, barulah dia pergi sambil membawa bayi Alan dan Aron. Dua temannya sudah menunggu di depan dengan menggunakan truk berukuran sedang.

Satu malam berlalu. Diva terbangun dari tidur. Hal yang dia cari tentu adalah Alan dan Aron. Akan tetapi dua bayi kembar itu tidak ada. Bahkan ketika Diva mencari ke segala penjuru rumah. Ia juga bertanya pada semua pelayan. Sayangnya tidak ada yang tahu Alan dan Aron dimana.

"Bayi-bayiku..." Diva terisak. Karena begitu kaget dengan menghilangnya Alan dan Aron, dia sampai pingsan.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

menarik, cerita kembar dan hub brian bram

2023-12-09

0

Maria Lina

Maria Lina

dsr bodoh brian tu anak mu bodoh hadeh..nyesel nyesel lo nanti wkwk

2023-12-04

2

Diana Susanti

Diana Susanti

dasar Brian koplak

2023-12-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!