...༻⎚༺...
Brian mengambil beberapa tisu dari meja. Dia mendekati Diva, lalu memberikan tisu yang tadi dirinya ambil.
"Thanks." Diva mengambil tisu pemberian Brian. Dia bersihkan air mata di wajah serta lendir yang ada di hidungnya.
Hening menyelimuti suasana. Kala itu Brian mengingat Alan dan Aron, sekarang dia tahu alasan dua bayi tersebut menyukainya.
'Tapi bagaimana bisa Alan dan Aron tahu kalau aku ayah mereka? Si kembar itu sepertinya memang tak biasa,' batin Brian. 'Mungkin sebaiknya aku bantu saja wanita ini sebagai tanggung jawabku. Lagi pula sepertinya aku perlu bantuannya untuk mencari tahu masa laluku,' lanjutnya.
Brian berjongkok ke hadapan Diva. "Berhentilah menangis. Aku akan membantumu mencari Alan dan Aron," ucapnya.
"Apa kau tahu dimana mereka?" Diva menatap penuh harap.
"Untuk sekarang tidak. Tapi aku bisa membantumu untuk mencari tahunya. Yah... Meski sepertinya tidak mudah," ujar Brian.
"Baguslah kalau begitu. Sebagai ayah Alan dan Aron kau memang harus bertanggung jawab," tukas Diva yang akhirnya berhenti menangis. Ia perlahan berdiri.
"Jadi kita akan kemana sekarang?" tanya Diva.
"Aku kenal ketua gangster. Setahuku dia tahu banyak tentang Clara," jawab Brian.
"A-apa? Ketua gangster? Apa tak ada orang lain?" Diva merasa cemas.
"Kau ingin menemukan si kembar atau tidak?" timpal Brian.
"Tentu saja mau. Aku akan lakukan apapun! Te-termasuk menemui ketua gangster sekalipun," sahut Diva tergagap.
Brian hanya tersenyum miring. Dia dan Diva segera beranjak dari hotel starlight. Keduanya kini berjalan di area parkiran.
"Apa pusingmu sudah sembuh?" tanya Diva.
"Sudah lebih baik sejak dalam perjalanan ke sini. Mana kuncinya? Biar aku yang menyetir," tanggap Brian.
Diva lantas melemparkan kunci mobilnya pada Brian. "Sepertinya benar kau tadi pura-pura pusing. Biasanya pusing itu sembuhnya lama," komentarnya.
"Terserah kau mau percaya atau tidak." Brian masuk ke mobil lebih dulu. Kemudian barulah Diva menyusul. Keduanya duduk bersebelahan di kursi depan.
Brian segera membawa Diva ke tempat mereka bisa menemui si ketua gangster. Tepatnya di sebuah bar tersembunyi yang terletak di pinggiran kota.
"Kau yakin tempatnya di sini?" tanya Diva sambil memeluk tubuhnya sendiri. Mengingat lokasi yang didatanginya sekarang tampak kumuh dan kotor.
"Kenapa? Apa kau berharap kita akan ke sebuah mansion? Tentu tidak. Ayo!" sahut Brian seraya hendak turun dari mobil.
"Tunggu!" Diva mencegah pergerakan Brian. Ia memegangi lengan lelaki itu.
"Ada apa lagi?" Brian mengerutkan dahi.
"Bagaimana kalau aku menunggu di sini?" Diva tersenyum canggung. Berharap Brian menyetujui keinginannya.
"Aku sebenarnya tidak masalah. Tapi ini wilayah rawan penjahat. Lagi pula, apa kau akan mempercayai segala apa yang kukatakan nanti?"
Diva mendengus kasar. Dia tak punya pilihan lain selain mengikuti Brian masuk ke bar. Namun saat Diva baru keluar mobil, Brian menghentikan langkahnya. Pria itu mengamati penampilan Diva yang sangat formal dan rapi. Perempuan tersebut mengenakan blazer dan rok selutut yang ketat. Diva bisa kena sasaran para penjahat karena terlihat mengenakan pakaian tak biasa.
"Buka blazermu!" pinta Brian.
Diva segera menutup dadanya dengan tangan menyilang. "Kurang ajar! Kau mau apa?!" timpalnya dengan mata melotot.
"Orang-orang di sini akan tahu kalau kau adalah--"
"Aku tidak akan menuruti permintaanmu! Dasar buaya! Selalu saja mencari kesempatan dalam kesempitan!" potong Diva mencibir.
Brian memutar bola mata jengah. "Ya sudah. Bertindaklah sesuka hatimu. Tapi aku ingatkan padamu, kalau kita sedang berada di wilayah penjahat!" ucapnya dengan penuh penekanan.
"Aku tahu!" Diva menanggapi sambil memasang raut wajah berani.
"Menyebalkan sekali. Harusnya malam itu aku tak masuk ke kamarmu." Brian segera melangkah menuju bar.
"Ya. Harusnya malam itu aku dorong saja kau dari balkon!" balas Diva. Dia dan Brian tak berhenti berdebat.
"Bagus sekali. Aku pikir itu lebih baik dari pada tidur denganmu dan melahirkan bayi kembar," sahut Brian.
"Jangan menghina bayi-bayiku! Dasar ayah durhaka!" Diva yang kesal, menendang betis Brian.
"Ah!" Brian mengerang kesakitan. Dia menatap tajam Diva. Tetapi perempuan itu berlalu melewatinya dan berjalan lebih dulu ke bar.
Brian tercengang. "Sepertinya aku tidak yakin ingin meminta bantuan wanita itu," gumamnya yang segera menyusul Diva. Kini keduanya sudah masuk ke bar.
Brian bertanya pada penjaga bar mengenai keberadaan orang yang dia cari. Setelah itu, dirinya dan Diva di antar ke sebuah ruangan.
Bau alkohol yang menyeruak menyambut. Diva yang tak terbiasa dengan suasana tak mengenakkan itu, berulang kali mengibaskan tangan ke depan hidung.
Sementara Brian, dia menghampiri seorang lelaki yang tampak merangkul dua wanita seksi sekaligus. Dia tidak lain adalah ketua gangster yang ingin Brian temui. Ketua gangster itu sering di sapa JJ.
"Brian! Kau kah itu? Aku tak menyangka kau berani muncul di hadapanku setelah tak mau membayar hutang jutaan dolar padaku," tukas JJ. Dia awalnya fokus melihat Brian, tetapi saat Diva muncul, atensinya teralih.
"Wah... Kau tidak sendirian. Apa kau akan membayar hutangmu dengan menjual wanita ini?" tebak JJ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
dian
lanjutkan ceritanya bikin penasaran
2023-12-12
1
Maria Lina
mampus kau diva dsr bebal hu di tdurin penjahat baru tau rasa hu
2023-12-11
1