Bertemu Laras

Dalam perjalanan pulang dari kantor, Evan tak sengaja melihat Laras berdiri di pinggir jalan.

Evan yang terlewat sengaja putar balik. Jujur, Evan masih belum menerima keputusan laras dan keluarganya.

Evan juga mau menanyakan, selama ini, 4 tahun bersama kenapa bisa dengan mudahnya Laras meninggalkan Evan hanya karena ia mendadak berada diketerpurukan ekonomi.

“Laras!” Evan menatap wanita yang dulu amat dicintainya. Wanita yang membuat ia berjuang dengan keras untuk bisa membahagiakannya. Wanita yang dulu ia kira akan jadi pendamping dan akan hidup bersama dengannya sampai tua.

Laras mendengar suara yang sagat familiar. Saat menoleh ia terkesiap, Evan membuka helmnya. Laras terihat tidka percaya, penampilan Evan tidka berubah, masih sama seperti dulu walau sekarang mengggunakan motor kemana-mana.

“Evan? Kamu,” Laras tercekat, ia bingung dan tidak tahu akan bicara apa. Rasa bersalah membuat ia tidak sanggup untuk bicara, bahkan menatap Evan saja ia sangat takut.

“Laras! Kita harus bicara! Aku butuh penjelasan dan alasan kamu! Aku butuh penjelasan kamu mengenai hubungan kita 4 tahun lalu! Bagaimana mungkin kamu bisa dengan mudahnya membatalkan pernikahan kita di malam sebelumnya?” Evan terlihat kecewa, namun ia butuh penjelasan dari sisi Laras.

Evan butuh penjelasan bagaimana sebenarnya perasaan Laras padanya. Apa laras tak pernah mencintainya selama 4 tahun bersama.

“Evan Aku-“ sebuah klakson mobil menghentikan ucapan laras. Seorang pria turun dari mobil tersebut. “Sayang, kenapa menunggu disini?”

“Pak Joni?” Mata Evan membulat, ia melihat Joni menghampiri laras, memanggil dengan panggilan mesra lalu merangkul pinggang laras dengan posesif.

“Oh, Apa kabar Evan? Lama tidka berjumpa! Kamu sekarang kerja apa? Hmmm ojek online ya? Waduuh style pakaian kamu maish kayak bos seperti dulu ya?” Joni berkata dengan nada sinis, seolah merendahkan Evan.

Evan menaikkan sudut bibirnya. “Sekarang aku mengerti! Aku bisa paham dengan ini semua! Semoga kamu benar-benar bahagia Laras! Terima kasih untuk kekecewaan dan rasa sakit nya!” Evan memasang kembali helmnya. Melajukan motornya kembali ke rumah. Evan tak akan memikirkan ini lagi.

Evan tidak akan bersedih dan butuh kejelasan lagi, semuanya jelas sekarang. Laras memang bukan wanita baik, ia hanya cinta harta, bukan orangnya.

Evan sampai dirumah, membuka helmnya lalu mengetuk pintu. Jawaban slam terdengar dari dalam, lalu pintu nya terbuka sedikit. Evan langsung masuk, perasaannya masih campir aduk.

Alina menyium tangan Evan lalu menyunggingkan senyum tulusnya. “Aku ambilkan minum dulu ya mas, kamu duduk dulu aja!” Alina kembali ke dapur, ia mengambilkan segelas the manis.

Kepala Evan masih memikirkan tadi, ia benar-benar tak menyangka. Helaan nafasnya berat membuat Alina penasaran.

“Kerjaannya berat ya hari ini?” tanya Alina pelan. Evan menoleh pada Alina. Klai ini Alina sengaja memakai make up walau masih terlihat natural, bajunya pun juga sangat cantik, dress satin model sabrina.

“Al, kesini! Aku butuh kamu!” Evan merentangkan tangannya meminta Alina masuk ke dalam pelukannya.

Alina menurut, lalu beringsut dan masuk kedalam pelukannya Evan. Baiklah, dengan yakin Evan akan memulai hidup baru tanpa bayang-bayang Laras. Wanita yang dulunya sangat ia cintai.

“Al, aku mau mencintai kamu dengan sepenuh hati, tapi hatiku maish sulit berpaling dari dia!” bisik Evan dengan jujur.

“Dia? Mantan kamu?” tanya Alina memastikan. Evan mengangguk, dagunya ia topangkan pada bahu Alina.

“Apa yang membuat kamu sangat mencintainya Mas?” tanya Alina, walau hatinya sedikit nyeri, ia mencoba untuk tenang, Alina anggap ini uian dalam rumah tangganya. Ujian itu dilewati dengan fikiran tenang, kalau emosi tidak akan selesai dan hasil nya tidak akan baik.

Evan menggeleng. Evan melepas tubuh Alina dari dekapannya, tapi tangannya masih pada punggung Alina.

“Al, apa kamu marah? Aku pria jahat, aku bahkan masih punya rasa untuk wanita lain saat kamu sudah mau menyerahkan diri kamu padaku!” Evan tertunduk, ia tahu ia salah, tapi ia juga tidak bisa membohongi dirinya dan membohongi Alina.

“Al, aku pria brengsek bukan?” Evan mencoba menatap mata Alina. “Iya mas, kamu jahat! Aku marah! Tapi aku ga bisa merubah isi hati kamu! Pemilik hatimu adalah Allah, untuk itu akan merayu Allah untuk membalikkan hati kamu, aku akan minta sama Allah untuk menghadirkan aku disana,” ucap Alina menyentuh dada Evan.

Mata Evan berubah sayu, Evan langsung melumat bibir Alina. Mengelus semua bagian tubuh Alina, mencium lebih banyak bagian tubuh istrinya, mencoba mengalihkan fikirannya dari sang mantan yang tadi bertemu di jalan. Dan dari sakit kekecewaannya.

“Mas, jangan disini!” Suara Alina terdengar lirih, Evan benar-benar membuat Alina kesulitan bernafas.

Evan dengan segera menggendong Alina ke dalam kamar, benar kata orang, laki-laki itu butuh wanita. Apapun masalahnya obatnya adalah istri sendiri.

Alina mengelus lembut kepala Evan yag tengah menciumi lehernya. “Al, aku akan berusaha mencintai kamu, aku mohon bersabar ya! Jangan pergi, aku tau aku bukan pria baik untuk kamu, tapi aku mohon aku ingin kamu! Ingin selalu bersama kamu!” ucap Evan sambil meloloskan kancing kemejanya satu persatu.

Alina mengangguk pelan, tangannya bahkan mengusap pipi Evan lembut. “Terimakasih Al, aku janji akan berusaha dengan serius!” Evan mencium kening Alina lama.

***

Selesai maghrib, Alina kini berada di pelukan Evan kembali. Evan benar-benar hanya melepaskan Alina hanya saat sholat saja. Habis sholat ia langsung menarik Alina kembali dalam peluknya, berdoa dan berdzikir dengan Alina berada dalam pelukannya.

“Kamu minta apa hmm?” Evan mencium pipi Alina setelah mereka mengaminkan doa masing-masing. Alina tersenyum lalu mengecup pipi Evan juga.

“Rahasia aku, bumi, langit dan Allah,” jawab Alina tersenyum kecil. Evan terkekeh. “Isya masih berapa lama lagi?” Evan melirik ponselnya dan melihat jam disana.

“Kenapa? Kangen masih mau sujud dan berdoa sama Allah ya? Kenapa ga dilamain aja tadi doa nya?” Alina menggenggam tangan Evan dan mengelusnya lembut.

Evan tersenyum dan menyandarkan kepala Alina didadanya. “Nggak apa-apa!” jawab Evan membuat Alina bingung.

Alina mendongak lalu mengabaikan saja, ia tidak ingin menyelami lebih jauh. Biar saja Alina hanya berserah minta kepada Allah untuk menjaga suaminya.

***

“Laras, kamu kenapa hmm? Masih memikirkan mantan kamu?” tanya Joni. Laras yang berada dipelukan Joni hanya terdiam. Mereka berdua berada di sebuah kamar hotel.

“Kamu masih mencintai pria yang miskin itu? Aku sudah bilang bukan, aku bisa kasih kjamu apa aja! Kenapa masih harus memikirkan dia? Aku merasa tidak nyaman saat berc*nt* denganmu! Aku akan potong uang belanjamu hari ini!” Joni bangun dari tidurnya, ia mengambil bajunya dan memakainya.

Laras yang mendengar akan dipotongnya uang dari Joni bergegas bangun dna menahan pria 40 tahun itu. “Mas, aku minta ma’af! Aku akan melayani kamu sampai puas kali ini! Jangan marah ya! Kamu mau bagaimana? Aku akan menuruti apapun permintaan kamu! Aku mohon jangan marah,” Laras memohon, ia sudah memsan tas branded yang akan ia pamerkan nanti diakhir pekan kepada teman-teman circle nya.

Joni tersenyum sinis, ia melpas kembali kemeja yang tadi sudah ia pasang. Mengulangi pergumulan panas yang tadi tidak terasa nyaman bagi dua pasangan belum menikah itu.

***

Alina mengelus wajah tampan Evan yang tengah tertidur bersandar di dadanya. Evan benar-benar kelelahan, ia bahkan belum sempat makan dari pulang kerja, dan sekarang sudah pukul 9 malam lewat.

Alina belum mengantuk meski sudah berkeringat dan cukup lelah melayani suaminya. Dengkuran halus dari Evan membuat Alina tersenyum, pria yang dulu menjadi temannya yang menyebalkan dan selalu membuat Alina kesal sampai menangis, kini tengah tertidur didekapannya dengan tenang.

Alina terkejut saat Evan membuka mata, mata mereka bertemu tatap. “Al, kamu ga tidur?” Tanya Evan saat baru bangun langsung melihat mata Alina. Alina menggeleng pelan.

“Karena aku ya?” tanya Evan, ia kini mengambil alih, membawa Alina bersandar pada dirinya, kasian Alina jika disandari badan Evan yang lebih besar darinya.

“Mas, masih capek ya?” tanya Alina mendongakan kepalanya. Evan mengecup bibir Alina singkat. “Capek, tapi enak!” Evan menarik Alina lebih rapat lagi menempel pada tubuhnya. Alina tersipu, wajahnya memerah.

Perut Alina terdengar bebunyi. Menambah rona pada wajah Alina. “Lapar hmm?” Evan duduk dengan Alina masih dalam pelukannya, selimut yang menutupi tubuh keduanya nyaris melorot tapi Alina cepat menahannya.

Alina menahan selimut tersebut agar tidak terbuka seluruh tubuhnya. Masih malu meski Evan sudah menikmatinya berkali-kali.

Evan memasang pakaiannya dan mengambilkan baju Alina yang tadi ia lempar sedikit jauh. “Al, bajunya jadi kotor, aku ambilkan baju baru dulu!” Alina hanya mengangguk saja, bagaimana tidak kotor, Evan benar-benar tidak sabar, ia bahkan belum melepas seluruh baju tapi sudah ingin menyatu saja.

Evan mengambil satu baju daster didalam lemari dan memberikannya pada Alina. Mereka akan makan malam dimalam yang sudah agak larut ini. Mengisi tenaga yang tadi sudah terkuras habis.

Terpopuler

Comments

Atha Diyuta

Atha Diyuta

lanjut

2024-03-15

2

Atha Diyuta

Atha Diyuta

ayo Evan smngt lupain si laraisah nenek sihir

2024-03-15

1

Atha Diyuta

Atha Diyuta

ngrti kan sekarang

2024-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!