Alina tengah berbelanja di pasar tempat biasa ia belanja kebutuhan sehari-hari, hampir setiap hari ia pergi ke pasar karena memang belum punya tempat menyimpan untuk bahan masakan sehari-hari.
“Neng, orang baru ya sekitaran sini? Kayaknya ibu baru-baru ini deh liat neng sering ke pasar ini,” seorang ibu-ibu penjual sayur yang biasa dia datangi untuk belanja akhirnya mencoba mengajaknya berbicara karena merasa sepertinya warga yang baru pindahan.
Alina mengangguk. “Iya bu, saya baru pindah ke sini sama suami saya, baru semingguan ini lah,” jawab Alina. Ibu itu mengangguk paham. “Sudah lama toh menikahnya neng?” Ibu itu bertanya lagi. “Baru bu, belum sebulanan!” jawab Alina.
“Nah, ini bagus buat pengantin baru, biar cepet ngisi!” Ibu penjual sayur itu menyodorkan jenis-jenis sayuran yang memang berkhasiat membantu kesuburan untuk pasangan pengantin. Sayangnya, hubungan pernikahan Alina dengan suaminya tidak sama seperti pernikahan yang lainnya. Namun, Alina hanya tersenyum saja dibalik cadarnya.
Ia menerima sayuran yang direkomendasikan ibu penjual sayuran itu, demi menjaga tidak terbukanya bagaimana kehidupan pernikahannya pada orang lain. Alina membeli seperlunya saja.
Setelahnya Alina membeli beberapa gram ayam, sekali-kali ia ingin memasak makanan yang enak untuk suaminya yang sudah bekerja mencari rezki untuk dirinya juga. Alina membeli beberapa buah juga untuk cemilan sehat.
Setelah itu Alina membawa belanjaannya pulang untuk segera ia bersihkan dan siapkan. Diperjalanan pulang seperti biasa ia akan melewati jalan masuk gang yang dimana disana selalu ada Eni, janda demplon pemilik warung.
“Mba Alina!!!” Alina mendengar namanya dipanggil, langsung menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah warungnya Eni.
Alina melihat disana Eni sedang melambaikan tangan padanya. Disana ada juga Dea, serta pak RT. Cukup ramai, jadi Alina memutuskan untuk mampir sebentar biar tidak disangka sombong dan enggan berbaur dengan masyarakat lain.
“Jalan kaki aja terus? Ga capek?” tanya Eni saat melihat Alina sudah sampai di depan warungnya. Alina menggeleng pelan. “Nggak mbak, udah biasa! Sehat juga loh, sekalian olah raga,” jawab Alina.
“Abis belanja buat masak ya?” tanya Eni lagi saat ia melihat sekantong belanjaan Alina. “Iya mbak, buat masak!” Alina mengangguk saja.
“Kalau beli dikit-dikit gitu mah capek mbak bolak-balik mulu! Suaminya mbak Alina kerja dimana? Belum sempat ya beli kulkas gitu buat nyimpan belanjaan?” Eni mulai menginterogasi Alina. “Iya mba, belum ada uangnya,” jawab Alina singkat.
“Hmmm, emang suaminya kerja apa sih? Pakaiannya rapi gitu, mana ganteng lagi kalau keluar, kerja dimana?” Eni yang memang ceplas ceplos tanpa memikirkan respon lawan bicaranya.
“Kerja di perusahaan temennya Mba!” Alina tetaplah Alina, ia hanya akan menjawab dengan singkat padat dan jelas. Eni melipat bibirnya kesal, dari tadi Alina hanya menjawab seperlunya saja membuat ia sedikit jengkel, padahal Eni sangat ingin tahu sekali bagaimana suaminya Alina itu. Penasaran dengan pekerjaannya bahkan sampai pada urusan ranjang mereka Eni juga sangat penasaran.
Dea yang menyimak pembicaran dua orang itu sebenarnya ikut penasaran. Bagaimana tidak penasaran, kenapa bisa-bisanya Evan, suaminya Alina iu tidak tergoda dengan dirinya padahal setiap kali Evan dirumah Dea selalu mencoba mencari cara agar bisa bertemu Evan dengan memamerkan tubuh seksinya dengan cara yakni memakai pakaian ketat.
Tapi modusnya malah tidak mendapat timbal balik yang menguntungkan. Kemarin ia malah diusir saat mengantarkan lauk yang sengaja ia pesan online untuk diberikan pada Evan, dengan dalih masak kebanyakan padahal sama sekali ia tida bisa memasak. Sama hal nya dengan bolu yang pernah ia berikan, juga ia pesan dari toko kue saat pulang kerja.
“Hmmm, Mbak nikah sama suaminya dijodohin ya?” Eni masih mencoba membuka topik pembicaraan untuk mengulik informasi rumah tangga Alina.
“Eh, nggak kok Mbak!” jawab Alina. Ia merasa tidak dijodohkan sama sekali. Toh ia diminta menjadi pengantin menggantikan mantannya Evan yang tidak ingin dinikahi oleh Evan karena kondisi Evan yang mendadak mengalami kerugian dan dalam masa sulit.
“Terus? Ga mungin pacaran dong kan mbak heheh” Eni tertawa sumbang. “Bukan juga mbak, rumah saya dan suami berdekatan, kami juga teman main dimasa kecil, kebetulan berjodoh juga sekarang,” jelas Alina. Tidak ingin menjelaskan sejelas-jelasnya, ia tidak punya hak untuk menceritakan masalah suaminya.
Eni yang mendengarkan itu mengangguk-angguk kepala saja. ‘Jadi mau sama mau ya!Tapi kok aku masih belum srek ya! Rasanya suaminya kayak beda gitu! Ga kaya pengantin baru biasanya!’ batin Eni. Tampaknya pemikiran ini satu sama dengan Dea.
Bagi mereka Evan tak terlihat romantis layaknya pasangan suami istri baru. ‘Masa sih, mereka berdua memang sama-sama ingin menikah, selama tinggal disebelah tiap malam gue nguping ga pernah denger suara-suara orang begituan’ batin Dea.
Dea memang sengaja menguping tiap malam, apalagi pada pukul dua belas malam, ia bahkan rela bergadang demi mendengarkan suara-suara aneh layaknya suami istri berhubungan. Kepo saja ia ingin tahu seberapa sering pasangan baru itu melakukannya. Sekaligus ingin mengecek dan membayangkan bagaimana adegan yang mereka lakukan dari cara menguping suara.
Pak RT disana juga menguping pembicaraan Alina dan Eni. Entah tujuan tersembunyi apa yang ada di kepala pria yang sudah berusia 40 tahun itu.
Alina merasa tidak nyaman, ia berasa diinterogasi oleh Eni. Jadi Alina pamit dengan alasan takut bahan masakannya keburu layu.
***
Evan sibuk menatap layar ponselnya. Tadinya ia iseng saja, disela istirahat saat makan siangnya sudah habis, Evan membuka salah satu akun sosial medianya. Niatnya ingin melihat akun sang mantan, tapi saat melihat akun yang disarankan dengan nama yang sangat ia kenal, jadinya sekarang Evan tengah sibuk melihat apa saja yang dibagikan didalam akun sosial media istrinya itu.
Ya, akun dengan username humairalina98 itu tampaknya sangat sering membagikan kegiatan yang dilakukannya. Entah kenapa Evan jadi sangat kepo sampai ia melihat semua sorotan story pada akun Alina, padahal sorotannya sangat banyak dengan judul yang berbeda.
Namun, ada satu sorotan yang sangat lama dipandangi Evan. Sorotan dengan judul, dream wedding. Story yang berisi beberapa foto dan video dihari pernikahan mereka.
“Eh, hayo looo nge stalk akun siapa?! Inget istri loh bro!! “ Rian teman satu divisi Evan datang entah dari mana mengejutkannya. “Hah! ga masalah, ini akun istri gue!” jawab Evan. Rian yang tadinya mengejek terdiam seketika.
Diluar ekspektasi sekali. Rian mengira Evan tengah jenuh lalu memandangi foto wanita lain, eh ternyata evan tengah memandangi foto istrinya sendiri. Maka maknanya yang ditangkap Rian, Evan ini tipe sumai bucin yang kalau cape kerja memandangi foto istrinya.
“Sorry bro, gue ga tau kalau tadi foto istri lu hehe, jangan marah ya! “ Rian menggeser kursinya mendekat pada kubikel Evan.
Evan hanya mengangguk saja. “Istri lu cantik ya, sampe wajah cantiknya cuman lu aja yang boleh liat dan nikmatin!” ceplos Rian.
Evan mendengar itu mengangkat kepalanya, ditatapnya Rian dengan tatapan meminta penjelasan. “Eh, maksud gue lu beruntung, istri lo pasti cantik, dan lu beruntung banget jadi satu-satunya cowok yang bisa dapet jalur khusus buat liat wajah cantiknya" jelas Rian.
Tampaknya ucapan Rian membuat Evan tersadar. Ia baru saja mengingat wajah Alina tanpa hijab dan cadarnya. Rambut hitam panjang bergelombang, wajah putih bersih dan manis. Kadang juga tampaknya Alina saat sore hari memakai bedak atau lipstik yang benar, Hanya ia saja yang bisa melihat wajah istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Atha Diyuta
astaga kurang kerjaan banget
2024-03-05
1
Atha Diyuta
astaga kurang kerjaan banget
2024-03-05
0
Atha Diyuta
julid si eni
2024-03-05
0