Menolak

Tak lama sebenarnya Evan mampir di kediaman sepupunya itu. Rangga sekarang tengah mencari pekerjaan juga, namun belum mendapat panggilan dari lamaran yang sudah ia sebar di beberapa perusahaan. Evan mampir hanya untuk mengecek saudaranya itu sekalian menanyai bagaimana kabar pria yang membawa kabur uang perusahaannya.

Evan tiba ditempat kerja barunya tepat waktu. Ia lalu mendatangi HRD untuk diberitahu Job Des dan tempat kerjanya.

Ruangan tempat kerja Evan sebagai karyawan biasa sangat luas karena memang diisi oleh 10 orang lainnya. “Disini meja kamu, sebagai karyawan bagian pemasaran ini job desc kamu! Saya harap kamu bisa memberikan performa yang baik, dan mampu menjalin kerja sama dengan rekan-rekan kamu yang lain!” paparan dari Pak Rudi sebagai HRD sudah cukup banyak untuk Evan pahami sebagai karyawan baru.

Evan juga sudah berkenalan dengan kepala Divisinya. Setelah Pak Rudi pergi Evan lalu meletakkan tasnya diatas meja. “Semoga betah kerja disini, ada baiknya kita semua berkenalan dulu” Sindy, kepala Divisi pemasaran. Semua yang ada di ruangan itu mengangguk dan mereka saling berkenalan.

“Aku ke ruangan ku dulu, semangat kerja di hari pertama!” Sindy pamit setelah semua bawahan yang ia pimpin saling berkenalan dengan Evan. Evan mengangguk, ia lalu duduk di kursinya dan mengeluarkan laptopnya. Tugas pertama kali ini ia harus membuat laporan penjualan minggu ini. Evan memulai kesibukannya walau bukan lagi di posisi pimpinan.

***

Alina tengah menyapu terasnya dan mencabuti beberapa rumput yang memang belum sempat dibersihkan sejak ia pindah di hari pertama disini.

“Eh Lin? Rajin banget deh… suami kamu kerja ya?” tanya Bu Kasih, saat ia keluar dari rumah ia melihat Alina yang tengah cabut rumput.

“Iya Bu, hari pertama kerja” jawab Alina. “Ohh suami kamu baru dapat kerja lagi ya, gaji berapa?” tanya Bu Kasih dengan entengnya. Alina terdiam sebentar, ia tidak ingin memberitahu berapa gaji suaminya itu, karna takut nanti akan dibanding-bandingkan dan dampak negatif lainnya.

“Alhamdulillah cukup buat sehari-hari bu” jawab Alina. “Ya cukup ga cukup harus di cukup-in lah, tapi serius loh Ibu tanya bukan maksud apa-apa, cuman mau bantu kamu buat ngatur keuangan, kan kamu baru menikah, ya ibu niatnya cuman biar kamu ga kesusahan aja nanti atur gaji suami kamu” Bu Kasih menjelaskan seolah ia takut dituduh punya pikiran macam-macam. Padahal niatnya menanyai gaji ya karena penasaran gaji suami Alina itu berapa.

“Insyaa Allah nggak kok bu, kami pakai secukupnya, yang perlu-perlu aja!” jawab Alina lagi. “Yaudah deh, kalau gitu suami kamu kerja dimana?” tanya Bu Kasih lagi. “Di perusahaan temennya bu” jawab Alina. “Ohh temen suami kamu orang kaya ya, kalau kerja sama teman biasanya gajinya dikasih gede tuh!” Alina bingung menanggapi ucapan Bu Kasih. Jadinya Alina hanya diam saja, sambil melanjutkan pekerjaanya.

Bu Kasih yang sebal karena Alina tidak menyenangkan diajak bebricara hanya menggerutu saja. Niatnya mau diajak berghibah untuk mengisi waktu malah diabaikan.

***

Istirahat jam makan siang baru saja dimulai. Evan tidak beranjak dari mejanya karena ia membawa bekal makan siang masakan istrinya. Ikan goreng, sambal dan sayur tumis kangkung. Masakan sederhana, namun akhir-akhir ini Evan menyukai menu masakan yang sederhana ini.

Sindy keluar dari ruangan pribadinya, ia melihat Evan yang tengah santai menikmati makan siangnya. Sindy tersenyum melihat karyawan baru di divisi nya itu. “Jarang banget loh aku liat ada pria nawa bekal kalau kerja,” basa-basi sindy saat melewati kubikel Evan.

Evan yang tadinya menunduk menikmati makanannya menoleh kearah suara. Ia mengangguk dan tersenyum tipis. “Istri saya sudah memasaknya dengan senang hati, jadi saya akan makan dengan senang hati juga Bu Sindy!” jawab Evan datar.

Sindy yang tadinya tersenyum, raut wajahnya berubah seketika. Tidak menyangka jika karyawan baru di divisinya ini sudah berstatus suami orang.

“Ah- kalau begitu aku ke kantin duluan ya!” Sindy pergi dari sana dengan perasaan kecewa. Niat mau mendekati, mana tau cocok rupanya sudah suami orang.

***

Sore hari, Alina menyapu teras rumah setelah menyapu nagian dalam rumahnya tadi. Kebetulan malah bertemu dengan Dea yang sepertinya baru pulang dari bekerja juga.

Tak lama kemudian, Evan juga pulang sesuai jam yang ia beritahu pada Alina. Alina bergegas menyalami tangan suaminya itu, ia juga mengulurkan tangannya untuk meraih tas kerja suaminya yang ia lepas karena mau melepas jaketnya.

Mata Alina sempat melirik pada Dea yang sedang memperhatikan kepada dirinya dan suaminya. “Mau langsung mandi atau istirahat dulu mas?” tanya Alina. “Mandinya nanti aja, masih panas!” jawab Evan, mereka berdua masuk kedalam rumah beriringan.

Alina membuatkan the hangat untuk melepas lelah suaminya. Evan yang duduk di karpet menerima dengan senang hati. “Mas, aku ambilkan sedikit cemilan juga ya, tadi siang aku sempat ke pasar, beli sedikit cemilan buat temen kamu nge the dan kerja,”Alina kembali ke dapur dan mengambil sebungkus biskuit, lalu membukanya dan meletakkannya pada toples kecil yang juga di beinya tadi. Nyicil beli barang dapur sedikit-dikit.

“Makasi Al, oh iya ini kotak bekalnya. Besok aku bawa bekal lagi ya, lumayan menghemat pengeluaran dan waktu, aku bisa ngerjain beberapa kerjaan sambil makan dan bisa selesai cepat jadi aku ga over waktu yang dihabisin di kantor buat kerja,” Eva mengambil satu potong biskuit dan memakannya.

“Iya mas, besok aku masakin telor dadar sama tumis sawi,” dengan semangat Alina mengangguk, ia menerima kotak bekas makan yang sudah kosong tersebut. Rupanya kebahagiaan dalam berumah tangga bisa sesederhana ini.

Ketukan pintu terdengar nyaring. Alina yang tadi didapur mencuci bekas makan yang dibawa ke kantor oleh suaminya tadi, bergegas mengelap tangan.

“Biar aku yang buka!” suara Evan terdengar membuka pintu. Tidak jelas percakapan apa yang dibicarakan suaminya dengans seseorang yang mengetuk pintu. Alina menyelesaikan pekerjaannya dan mencoba melihat siapa yang bertamu.

“Mas, siapa?” tanya Alina saat melihat Evan yang sudah menutup pintu. Evan berbalik dengan satu tangannya memegang piring berisi kue bolu. “Anak sebelah, dia memaksa aku mengambil ini!” jawab Evan datar. Alina menatap piring berisi kue bolu itu heran. Anak sebelah yang dimaksud Evan pastilah Dea, anaknya Bu Kasih tetangga mereka.

Evan meletakkan kue tersebut di samping piring berisi biskuit yang sengaja dibeli Alina untuk cemilan suaminya disaat bekerja. Evan melanjutkan sebentar pekerjaannya lalu beranjak untuk mebersihkan diri.

Alina merapikan tas kerja suaminya dan gelas bekas minumnya, serta piring cemilan dan toples berisi biskuit.

Sambil menunggu maghrib, Alina menyiapkan tempat untuk mereka melaksanakan sholat berjamaah. Alina melebarkan dua sajadah dan meletakan sarung serta sebuah peci diatas sebuah sajadah, sedangkan Alina sudah memakai mukenanya.

Evan keluar kamar setelah berpakaian, ia melihat Alina yang tengah berdzikir diatas sajadah. Evan ikut duduk di salah satu sajadah yang sudah di siapkan setelah memakai sarung dan peci yang ada diatas sajadah tadi.

Akhir-akhir ini Evan sudah memperbaiki sholatnya, ia bahkan sholat tepat waktu. Perasaan tenang mulai melingkupi dirinya yang dimana biasanya ia selalu merasa terburu-buru atau diburu pekerjaan.

Adzan maghrib berkumandang, Evan memimpin sholat sebagai Imam. Alina mencium tangan suaminya dengan ta’dzim. Momen sederhana yang dulu sempat Alina harapkan ketika sudah menikah nanti, akhirnya terwujud juga, meski pernikahan yang dijalaninya tidak pernah akan terbayangkan sebelumnya dimana ia menjadi istri dari teman semasa kecilnya.

Alina bangkit dari duduknya, hendak membereskan sajadah, namun Evan menahan Alina. “Biar aku saja” Evan mengambil alih pekerjaan Alina, alina hanya mengangguk setuju saja, jadi ia menyiapkan makan malam saja.

Baru saja Evan dan Alina duduk bersama untuk menikmati makan malam, pintu rumah terdengar diketok dari luar. Alina melihat pada suaminya, sedangkan Evan yang bingung hanya menggelengkan kepalanya, ia juga tidak tau siapa yang bertamu.

Evan berdiri membuka pintu, sedangkan Alina, ia ikut berdiri namun berdiri didekat dinding sehingga ia tidak terlihat dari orang yang berada didepan pintu mereka.

“Malam Mas,” sapa gadis itu saat Evan terlihat membukakan pintu. Evan menatap heran dan penuh tanda tanya pada tamu yang sudah dua kali berkunjung ke rumahnya hari ini. Dea lah orangnya, ia datang lagi dan menyodorkan sepiring lauk berisi ayam goreng.

“Saya punya istri, istri saya bisa masak, jadi kamu ga usah mengantar makanan ke rumah saya! Saya juga masih mampu bekerja, bukan orang berkekurangan yang mengandalkan pemberian tetangga1 jadi kamu bisa beri makanan yang sekirana berlebih dirumahmu pada orang yang lebih membutuhkan.

Alina yang mendengar ucapan suaminya hanya diam saja memperhatikan. Dea yang tadinya tersenyum sumringah berubah menjadi masam. “Tapi aku pengen berbagi sama kamu mas, aku lagi belajar masak, jadi aku butuh pendapat kamu buat bantu aku bisa masal lebih enak lagi” alasan Dea seolah masih berharap Evan akan menerima pemberiannya.

“Kasih kepada yang lain yang membutuhkan saja, aku sudah punya cukup makanan dengan istriku! Jadi jangan menganggu waktu istirahat aku dengan istriku!” tegas Evan, sebelum ia menutup pintu rumah kembali dengan rapat tanpa menerima pemberian Dea.

“Mas,” panggil Alina. Evan menoleh pada Alina sambil menghembuskan nafas kesal. “Perilaku nya melukai harga diriku Al! kalau bisa besok kamu kasih tahu ibunya untuk tidak membiarkan anaknya sering-sering memberikan makanan,” ucap Evan. Alina mengangguk, lalu mereka menikmati makan malam mereka dengan tenang kali ini.

Terpopuler

Comments

Lina Syah

Lina Syah

♥️♥️♥️♥️♥️

2024-09-14

0

Ai

Ai

Bunga /Rose/untukmu buat penyemangat

2024-05-06

1

Bilqies

Bilqies

ijin follow Thor jangan lupa follback yaa

2024-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!