Menikah

Pukul 3 Pagi, Keluarga Evan sudah mendatangi rumah Keluarga Pak Hamdan. Bu Sri bahkan sudah tidak sabaran untuk melihat Alina. Entah karna trauma atau takut tiba-tiba Ayu dan Hamdan membatalkan niat menikahkan putrinya.

“ Ayo mbak, kita jalan sekarang aja!” Ucap Sri yang baru beberapa detik duduk di sofa. “Loh? Masih pagi banget, kita shubuhan dulu aja disini“ ucap Ayu. “Takut nanti telat mbak Ayu, Alina nya mana mbak? Udah siap?” tanya Sri yang tidak melihat keberadaan Alina si calon mantu.

“Ada, dikamarnya. Lagi ngaji, kami harus siap-siap dulu Sri” ucap Ayu. Pak Hamdan hanya tersenyum saja, ia memaklumi jika Sri terkesan buru-buru dan sangat ingin melihat Alina, pastilah hatinya tidak tenang, sebab semalaman Sri tidak bisa tidur memikirkan pernikahan anaknya yang akan diadakan besok.

Sri takut kalau keluarga Hamdan membatalkan pernikahan karena permintaan mendadak mereka tadi malam. Bisa saja keluarga Hamdan berubah fikiran, toh selama ini banyak yang mau meminang putrinya, namun sering kali gagal walau tidak tau apa penyebabnya.

“Iya Mbak, bersiaplah dulu, ma’af ya mbak, ini mendadak, tapi terima kasih mbak mau membantu keluargaku!” Mata Sri berkaca-kaca. Tio hanya diam saja, ia masih kepikiran dengan perusahaannya yang terancam bangkrut.

Sedangkan Evan, tatapan matanya kosong. Ia nampak kusut sekali, pastinya karena ia gagal menikah dengan kekasih yang sangat ia cintai. Cinta kasih yang dirajut selama 4 tahun putus habis tanpa adanya sehelai pun yang tersisa.

***

Mobil ber-iringan masuk ke sebuah gedung serba guna yang terkenal dikota tersebut. Gedung milik sebuah hotel yang sengaja diperuntukkan untuk acara indoor, baik pernikahan, maupun acara pribadi, perusahaan ataupun acara pemerintahan sekalipun pernah diadakan disana.

“Alin sayang… Ini sebelumnya baju Laras yang akan pakai, dicoba dulu boleh? Mungkin saja muat” Sri menunjuk baju yang sedang terpasang pada sebuah manekin. Gaun pernikahan yang terlihat cantik, meski berlengan panjang, namun nampaknya baju tersebut nampak sedikit membentuk tubuh, serta bagian dadanya juga terlihat rendah.

“Alin kayaknya ga bisa pakai baju ini tante, bukannya ga suka, bajunya cantik, tapi ma’af, Alin harus tetap menjaga aurat Alin dengan baik tante” jawab Alina setelah memperhatikan gaun pengantin tersebut.

Sri menghela nafas pelan. “Iya sayang, tante paham, jadi bagaimana? Apa mau tante carikan baju lain sekarang?” tanya Sri. Umi Alina juga merasa jika baju tersebut tidak pantas digunakan putrinya, baju seperti itu pastilah tidak akan mau digunakan putrinya diacara banyak orang seperti pernikahan hari ini oleh Alina, namun ya bagaimana lagi, baju itu sebelumnya akan digunakan oleh Laras, mantan calon istri Evan, sudah pasti bajunya diawal sudah disesuaikan dengan keinginan mantan calon istrinya itu.

“Alin akan hubungi teman Alin dulu Umi, teman Alin ada yang punya usaha sewa baju pengantin syar’i” Alina izin menghubungi salah satu temannya yang memiliki usaha make up dan sewa baju pengantin syar’i. Uminya mengangguk diikuti dengan Sri.

Tak sampai satu jam, temannya Alina datang, ia membawa kan sebuah pakaian yang digantung dengan terbungkus tas khusus.

“Alin, kamu beneran nikah? Kok ga kasih kabar jauh-jauh hari?!” Shafia, teman Alina tersebut nampak kesal. Bisa-bisanya teman sesama kajian dan teman curhat, namun Alina tidak pernah bercerita dia akan menikah.

“Maaf ya Fia, ini juga mendadak” jawab Alina pelan, ia tahu kalau temannya satu ini amat emosian. “Mendadak? Semendadak apapun kamu harusnya cerita! Kesel deh! Kamu kayak mendadak menikah dalam semalam aja!” gerutu Shafia.

“Memang benar Fia, aku diminta menikah semalam, makanya sekarang aku butuh kamu buat bantu aku” jawab Alina. Shafia membulatkan matanya tidak percaya.

“Kamu bercanda?” Shafia nyaris nge freeze. “Nggak Fia, nanti aku ceritakan lengkapnya, sekarang kamu bantu aku dulu” Shafia mengangguk. Tidak percaya sebenarnya, namun sahabatnya ini tak pernah berbohong padanya, tampaknya ini akan jadi misteri sampai acara selesai.

***

Alina telah selesai didandani. Paras cantiknya tertutup cadar putih. Meski begitu, matanya nampak memancarkan kecantikan.

Akad nikah yang semula akan diadakan pukul 7 terpaksa diundur pukul 10 sebab ada perubahan. Yap, perubahan calon pengantin, sehingga petugas KUA harus merapatkan dulu putusan-putusan yang terbaik untuk pernikahan ini.

Sebab nama calon yang terdata adalan Evan dan Laras, maka karena ada pergantian pengantin wanita dengan mendadak, maka pihak keluarga harus menandatangi surat terlebih dahulu dan perjanjian bahwa pernikahan keduanya hanya bisa dilakukan secara siri. Sebab tidak bisa mendapatkan buku nikah karena perubahan yang mendadak ini.

Pukul 10 pagi petugas KUA beserta keluarga sudah siap. Evan, juga sudah duduk dimeja dan kursi yang sudah disediakan untuk proses akad. Beberapa tamu yang merupakan teman bisnis dan teman Evan berbisik-bisik heran. Beberapa diantara mereka memang mengenal Evan dengan baik, serta mengenal calon istrinya itu juga. Beberapa juga tahu kalau perusahaan keluarga Evan tampaknya sedang menuju ujung tanduk kehancuran.

“Ga nyangka gue si Laras akan ninggalin Evan sehari sebelum nikah gini” ucap Rendra teman dekat Evan. “Gue ngerasa Laras kayaknya dipaksa keluarganya deh, kan selama 4 tahun ini dia setia menemani Evan” Sandra menimpali.

“Iya, tapi kan Evan ga pernah kena masalah sampai segininya, siapa ya kira-kira penggantinya?” Leon menatap Evan yang hanya terduduk diam dikursinya. Tampak tak ada raut wajah bahagia.

"Udah lah tunggu aja nanti, bakalan liat juga kan?" ucap Rendra.

“Bagaimana, sudah siap?” tanya Penghulunya. Evan masih bergeming. “Ehhemm!!” deheman keras Tio menyadarkan lamunan anaknya.

“Ma’af pak, saya siap!” jawab Evan. Ia mengangkat kepala dan menatap Hamdan, yang duduk didepannya. Serangkaian prosesi pernikahan dilakukan sampai terdengar suara sahutan Sah.

Evan dan Alina telah resmi menikah, meski dalam kata nikah siri. Alina dituntun keluar oleh Sri dan Ayu serta gaun yang menjuntai dibantu Shafia untuk merapikan.

Semua tamu memandang ke arah Alina. “Lah? Ini si Evan serius bisa nikahin wanita begitu?” Rendra ternganga. “Gila sih? Evan bisa nikahi cewe sholeha begitu?” Leon juga takjub.

“Kira-kira Evan bisa ketemu istrinya itu dimana ya?” Sandra juga terheran-heran. Mereka bert8ga kaget dan takjub saat melihat pengantin wanitanya yang mengenakan cadar.

Acara pernikahan berjalan lancar, meski hanya pernikahan siri, namun pestanya sangat besar karena memang sedari awal ini adalah pesta pernikahan Evan dan mantan Calon Istrinya.

Meski dilanda masalah perusahaan keluarga Tio nampak tegar mengahadapinya. Banyak pula kolega dan tamu undangan yang mempertanyakan perihal masalah perusahaannya yang hanya dibalas oleh pak Tio dengan jawaban “sekretaris ku yang akan menyelesaikan”.

Tiba saat teman-teman terdekat Evan menyalaminya untuk mengucapkan Do'a.

"Selamat bro, semoga samawa!" ucap Leon, Hanya sandra yang bersalaman dengan Alina.

Acara pernikahan berlangsung sampai malam. Alina dengan senang hati mendampingi Evan yang kini suaminya itu dipelaminan. Meski wajah Evan tampak tak terlalu bahagia. Alina memaklumi. Sekarang ia adalah seorang istri, jadi sebisanya ia menemani dan menjadi penghibur dikala suaminya dalam kondisi terpuruk.

***

Alina tengah kerepotan membersihkan wajahnya yang dimake up. Walau tertutup cadar, ada beberapa sesi foto Alina diminta melepas cadarnya. Disebuah ruangan privat khusus, foto yang hanya diambil oleh keluarga saja, Alina diminta untuk melepas cadarnya.

Diruangan yang masih berada di gedung tersebut, Alina dibantu Shafia membersihkan riasannya.

Alina juga sudah menceritakan semuanya saat berganti pakaian tadi. “ Ga nyangka deh kalau Evan bisa menghadapi masalah kayak gini, mantan calon istrinya kejam banget! Kalau dia emang tulus dia ga mungkin bakal ninggalin Evan gitu aja!” Shafia juga ikut kesal mendengar cerita bagaimana bisa keluarga mantan calon istri Evan itu meminta pembatalan pernikahan.

“Kita ga tau apa yang mereka rasakan, kita juga tidak tau apa yang sudah ada dalam hati mereka, mungkin saja keluarganya Laras tidak ingin putrinya mengalami kesulitan jika menikah dengan Evan” uap Alina. “Terus? Emangnya yang wajib bahagia cuman keluarga mereka gitu? Sampai ada keluarga lain yang kesulitan mereka langsung kabur biar ga ketularan?” Shafia tampak jengkel.

“Udah lah, kita ga usah membicarakan keburukan orang lagi, cukup tau saja tanpa harus menghakimi” ucap Alina.

“Semoga pernikahan kamu sama Evan diberkahi Allah ya lin, aku tahu kamu anak baik, kamu niat membantu keluarganya Evan, Insyaa Allah bakal Allah kasih balasan yang baik pula!” Shafia memeluk Alina erat. Alina bersyukur sekali rasanya ia memiliki teman seperti Shafia, termasuk nikmat yang sangat ia syukuri punya teman dan sahabat yang baik dan selalu mendo’akan kebaikan padanya.

Terpopuler

Comments

Gresiaa_.

Gresiaa_.

semangat Thor...

2024-11-28

0

Kak Dsh 14

Kak Dsh 14

Hyyy thor
aku mampir lagi/Smile/

2024-05-13

0

Amelia

Amelia

best friend forever ❤️❤️

2024-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!