REINKARNASI : Merubah Takdir Cerita
"Apakah aku benar-benar akan mati?!" Suara serak terdengar melalui kegelapan yang merayap, menciptakan siluet hitam yang memenuhi seluruh pandangan mata. Kesadaran dirinya seketika hilang, terseret dalam jurang ketidakpastian seperti ditelan oleh kegelapan yang tak berujung.
****
Malam gelap merayap di dalam kamar salah satu hotel paling mewah di kota ini, yang dikenal sebagai "The Obsidian Elegance." Di tengah keheningan, pria berbadan gembul hanya mengenakan kolor tampak menatap mesum ke arah seorang gadis yang tidak berdaya di bawahnya.
Gadis berkulit putih yang bernama Lestari terbaring tak berdaya, tanpa menyadari kehadiran pria jahil di atasnya. Tubuhnya yang terkapar di atas kasur hotel yang mewah, kini dihampiri oleh tangan-tangan nakal pria itu.
Mata Lestari perlahan membuka, terbelalak, terkejut oleh kemunculan mendadak pria berwajah mesum di depannya. Baru saja tersadar dari tidurnya, Lestari merasakan ancaman yang tak terduga dari wajah pria yang semakin mendekat.
Bau alkohol yang menyembur dari mulut pria itu menciptakan atmosfer yang tak tertahankan, membuat Lestari ingin menjauh dari situasi yang semakin tidak terkendali.
Kedua tangannya terjepit erat oleh cengkraman penuh nafsu pria bejat itu, membuatnya tak berdaya dalam upaya melawan. Pandangan matanya berayun liar dari kiri ke kanan, merasakan keasingan yang menyiksa. Di atas kasur yang seharusnya menjadi tempat kedamaian, kini posisinya terperangkap oleh badan gembul pria mesum itu, layaknya mangsa yang terkurung dalam sarang predator.
Wajah bejatnya semakin menggelap, nafasnya semakin terengah-engah, dan cengkraman pada kedua tangan Lestari semakin kuat, menyulut rasa kesakitan yang merayap dalam tubuhnya. Badan gembul, tanpa belas kasihan, mencoba membuka celana kolornya, menciptakan rasa ngeri dalam benak Lestari.
Dalam keputusasaan, Lestari berjuang melawan, berharap dapat melarikan diri dari cengkraman mahluk bejat yang merusaknya. "TOLOOOOONG!" Teriakan putus asa keluar dari bibir mungilnya, menjadi seruan terakhir harapannya agar seseorang mendengarnya dan menyelamatkannya dari kengerian yang sedang dialaminya. "TOLOOOOOONG!" Suara itu meluncur ke dalam kegelapan, menciptakan serangkaian doa yang terbawa angin, semoga ada bantuan yang segera datang.
Lestari kembali memekik, tetapi pria di hadapannya malah membalas dengan tawa merendahkan, menghina keputusasaan wanita mungil yang masih berusaha meminta pertolongan.
"Ahahahahaha." Tertawa penuh kenikmatan, pria gembul itu menikmati setiap momen melihat usaha putus asa Lestari untuk menyelamatkan diri. "Kau tahu, di hotel ini tidak akan ada orang yang akan menolongmu!" Ucapannya bergema, menyiratkan ketidakberdayaan yang mendalam di dalam kegelapan hotel tersebut.
Tanpa merinci lebih lanjut ancamannya, pria gembul tersebut memutuskan untuk merampas kehormatan Lestari.
Lidahnya yang bejat meliuk-liuk seperti ular beracun, menjilati wajah Lestari hingga basah kuyup. Bau alkohol yang menyengat di wajah membuatnya merasa muak, ingin sekali membogem mahluk asusila di hadapannya.
"HENTIKAN!" seru Lestari, mengecam perlakuan pria gembul terhadapnya.
"Heeh, sifatmu berubah sangat drastis." Pria gembul itu menatap Lestari dengan penuh heran, mengamati perubahan drastis dari seorang wanita yang dulu cengeng menjadi sosok yang kuat dan pemberani dalam menghadapi ketidakadilan.
"Aku sudah membayar mahal untuk ibumu. Tidak mungkin aku melepas tubuh mulus ini, terutama setelah mendengar bahwa kau masih perawan. Rasanya, aku tak sabar untuk segera menyentuhmu."
Tangan usil dan kasarnya melibas dari ujung area sensitif Lestari hingga pangkalan dagu, setiap sentuhan terasa seperti godaan kegelapan yang merayap dalam kegelapan malam. Wanita itu terbawa oleh gelombang keintiman yang tak diinginkannya, mengerang dalam ketidakmampuan melawan sentuhan tangan gembul yang merayap.
Namun, Lestari menemukan kekuatan dalam ketidaknyamanannya. Tanpa ragu, ia menendang keras area sensitif pria gembul itu dengan lututnya, menciptakan momen kejutan yang membuatnya merintih kesakitan di lantai.
Tengah malam, hembusan angin kencang membentuk serangkaian melodi suram. Meskipun berada di tengah kota, keheningan malam membuat suara hembusan angin semakin terasa menyeramkan. Lestari berhasil melarikan diri, namun pintu kamar terkunci, memaksa dia untuk terjebak dalam kegelapan yang mengancam. Pria gembul itu terbangun dari kesakitan, menatap tajam dengan senyuman sinis ke arah gadis itu, menciptakan ketegangan yang mencekam di tengah malam yang seharusnya damai.
Suara ngos-ngosan nafas tak beraturan wanita itu memecah keheningan malam, seiring dengan usahanya menarik gagang pintu dengan harapan pintu akan segera terbuka.
Malam keheningan itu, batin Lestari dipenuhi oleh pertanyaan tak terjawab. Mengapa ia berada di dalam kamar hotel bersama seorang pria gembul yang sama sekali tak dikenalnya? Ingatan terakhirnya membawanya ke atas JPO, berdiri sendirian di tengah malam, melamun sambil memandang langit yang dipenuhi kegelapan. Pikirannya menjadi semakin berantakan, terhanyut dalam kisah yang sulit dipahami.
Dalam lamunan yang semakin mencekam, Lestari tiba-tiba tersadar dan menyadari bahwa ia telah melayang perlahan dari JPO, mengalami jatuh bebas dari ketinggian 5 meter. Pandangannya lurus ke atas, melihat seseorang tersenyum sinis ke arahnya.
"MATI KAU!"
Gerakan bibir orang itu terbaca oleh Lestari, tetapi sayangnya, kegelapan malam membuatnya tak tahu siapa yang telah mendorong tubuhnya dari ketinggian, menyelimuti wajahnya dengan gelap seperti siluet bayang-bayang.
Seiring dengan tubuh Lestari yang terjatuh, suara derap mobil dengan kecepatan tinggi memecah keheningan malam. Tubuhnya ditabrak dengan kekuatan dahsyat, terpental cukup jauh sebagai korban kejam lintasan metal berkecepatan.
Mata Lestari terbuka di dunia yang tak terduga, dikejutkan oleh hadirnya pria gembul yang segera menindihnya. Untungnya, nalurinya yang tajam memungkinkannya untuk menyelamatkan diri dari ancaman mahluk asusila yang hendak merusak segalanya.
"Kau mau pergi ke mana?" Senyuman kotor tergambar di wajah pria gembul, menunjukkan kunci kamar yang sedang ia genggam dengan gemilangnya.
Dengan wajah yang semakin bejat, pria itu melangkah perlahan menuju Lestari yang berdiri di depan pintu terkunci. Tangan mungilnya terus mencoba menarik gagang pintu yang tampaknya menolak bergeming, menghadapi ketakutan dan keputusasaan yang menghantuinya.
Dalam keputusasaan, Nia bergerak menepi dinding ruangan, matanya terus melotot ke arah pria tua gembul di depannya, merasakan usahanya yang tampaknya sia-sia.
"Kau mau ke mana? Percuma menghindar. Pada akhirnya, kau akan menjadi santapan malamku."
"DIAM!" seru Lestari dengan nada kesal. Dia bersumpah untuk tidak pernah menyerahkan keperawanannya kepada pria gembul itu.
Sementara melirik jendela yang terbuka lebar, Lestari membentuk rencana pelarian melalui satu-satunya jalan yang terbersit dalam pikirannya. Langkahnya terus membawa dirinya menepi hingga tanpa sengaja matanya menangkap bayangan di cermin di depannya.
Lestari terkejut, melihat bahwa wanita di dalam cermin itu nampak asing baginya. Ia berpikir keras, mencoba memahami bagaimana bisa dia menjadi wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang yang terpantul di cermin.
Tidak butuh waktu lama bagi Lestari untuk menyadari bahwa wanita cantik itu adalah dirinya sendiri. Keheranan, kebingungan, dan campuran perasaan lainnya memenuhi pikirannya. Mengapa bisa ia berubah menjadi begitu cantik, bahkan melebihi apa yang pernah dibayangkannya.
Lestari meraih rambutnya dengan gemetar, memperhatikan gelombang yang membingungkan. Ia mencoba memahami perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Pria gembul, yang melangkah mendekati Lestari, terdiam, wajahnya penuh kebingungan. Ekspresi aneh wanita mungil di depannya menciptakan pertanyaan yang sama bingung di benaknya.
Meskipun penuh kebingungan, hasrat nafsu pria itu tetap menggebu. Ia acuh tak acuh terhadap kebingungan yang meliputi Lestari dan kembali melangkah maju dengan wajah bejatnya.
Lestari tak tinggal diam. Dengan tekad teguh, ia melangkah menuju jendela sambil tetap menatap tajam pria bejat tersebut.
"Kau mau kemana? Mau kabur lewat jendela, huh?" Pria gembul itu tertawa merendahkan, seolah meremehkan kemampuan Nia untuk melarikan diri melalui jendela. Apalagi dengan ketinggian sekitar 5 meter, membuat pria gembul itu yakin dengan sikap santainya.
"Kau terus mengulur waktu!" desisnya kesal. "Ayolah, tinggal turuti saja kemauanku. Aku janji akan memberimu bayaran tambahan sesuai dengan sejauh mana kau bisa memuaskanku."
"Najis! Tak berpendidikan! Tak bermoral! Apakah kau pikir aku mau melayani nafsu kotormu?! TIDAK!" Lestari berseru dengan penuh penolakan dan keberanian.
Pria gembul itu memancarkan kemurkaan. "Kau seenaknya merendahkan aku, yang memiliki kekuasaan tinggi ini!"
Dengan kehasratannya yang semakin tidak terkendali, pria itu berlari mendekati Lestari. Wanita itu, tidak tinggal diam, pergi menjauh, berlari menuju jendela, melompat ke luar, dan berteriak kencang.
"AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN KEPERAWANANKU PADA SIAPAPUN!"
Lestari menyerahkan diri pada takdir yang tak pasti. Hidup atau mati, baginya tak lagi relevan. Sejak awal, ia telah merencanakan untuk mengakhiri hidupnya, berusaha melepaskan diri dari kompleksitas masalah yang mencekiknya.
Bersambung...
Pejabat gembul
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments