REINKARNASI : MTC__13

Bel pulang berdenting, mengakhiri suasana pembelajaran yang membebani. "Kita akhiri pembelajaran hari ini, selamat siang, semoga pulang dengan selamat," ujar guru pengajar jam terakhir dengan suara yang mencoba memberikan sentuhan positif. Ia pun meninggalkan kelas, meninggalkan para murid yang tertinggal dalam momen penantian akan kejadian di belakang gedung sekolah.

Tiana, duduk di meja tengah kelas dengan sikap sinis, melemparkan pandangan menusuk ke arah Lucy. Saat berdiri untuk mengambil tasnya, langkahnya terasa berat seperti suara tawa sinis yang terus menghantui. Dengan wibawa yang dipaksakan, ia meninggalkan kelas, meninggalkan Lucy dalam keterpurukan yang terus bergelombang.

Kegaduhan kelas pun kembali mencapai puncaknya. Suara riuh murid-murid yang berbisik-bisik tentang momen langka di belakang gedung menjadi sorotan utama di ruang kelas yang hampir kosong.

Di sudut lain, Liam dan Nathan masih bertahan di bangku mereka masing-masing, matanya terus memandang Lucy yang sibuk merapikan alat tulis. "Kau mau ikut?" Tanya Liam dengan pandangan serius kepada Nathan.

"Apa gunanya?" Tanya Nathan, dahi mengkerut dalam pertimbangan yang dalam.

"Aku hanya ingin tahu saja," pinta Liam, mencoba merayu dengan nada yang memaksa. "Ayolah, Nathan," ucap Liam, menarik-narik tangan sahabatnya, mencoba membujuknya untuk terlibat dalam momen yang mungkin akan menentukan arah nasib Lucy.

"Tenang dulu sih! Lagian, dia masih berada di kelas," ucap Nathan dengan nada kesal, meskipun di dalam hatinya terdapat kepenasaran yang sama. "Biasanya juga kau tidak tertarik dengan hal seperti ini!" Pungkasnya, mengungkapkan rasa heran terhadap dirinya sendiri yang ikut terlibat dalam keadaan yang tak biasa.

Setelah semua perlengkapan sekolahnya rapi tertata dalam tas, gadis itu pergi meninggalkan kelas dengan langkah yang mantap. Wajahnya terpancar dengan kilau keberanian, seakan tak terkalahkan oleh rasa takut. Teman-teman sekelasnya dibuat heran melihat ketenangan Lucy yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

Liam dan Nathan, sebagai penonton tak terlihat, mulai beraksi. Dari belakang, mereka berdua memutuskan untuk mengikuti arah langkah Lucy. Terus melangkah di belakangnya, mereka merasakan adanya ketegangan yang aneh dan kejanggalan yang tak dapat dijelaskan.

"Aku merasa ada yang salah," ucap Liam dengan raut wajah bingung, matanya terus memperhatikan gerak langkah Lucy. "Kenapa dia berjalan ke arah gerbang sekolah?" Tanya Liam, mencoba mencari pemahaman dalam kebingungannya.

"Apa dia lupa?" Tanya Nathan, ikut bingung, wajahnya mencerminkan pertanyaan yang masih menggantung di udara.

Namun, tidak hanya mereka berdua yang bingung. Sebagian murid yang mengetahui pertemuan antara Lucy dan Tiana di belakang gedung sekolah juga terlihat bingung. Mereka ingin menegur Lucy, namun rasa takut dan ketidakberanian membaur dalam kerumunan.

Di belakang gedung sekolah, Tiana bersama gengnya menunggu dengan sikap angkuh, namun kebingungan merajai ekspresi mereka saat Lucy tak kunjung muncul.

******

Menghindar plot cerita yang tertuju pada konflik sebisa mungkin Lucy lakukan. Seperti Tiana yang menyuruhnya untuk datang ke belakang gedung sekolah.

Menurutnya, mengikuti perintah Tiana sama saja menawarkan diri untuk diperbudak. Dan akan fatal jika Lucy pergi menuju belakang sekolah begitu saja tanpa ada persiapan apapun. Apalagi plot tersebut adalah awal dimana murid pria bermata keranjang tergoda pada tubuh Lucy.

Dalam cerita asli novelnya, beberapa hari setelah masuk sekolah, Lucy dipaksa melayani hawa nafsu mereka di gudang terbengkalai jauh dari aktivitas warga sekolah.

Dalam keadaan tak berdaya, Lucy terombang-ambing dalam genggaman kejam beberapa murid geng Tiana, merintih pelan di tengah derita yang tak terbendung.

Begitu kelam jika memori itu merekah dalam ingatannya, menggugah rasa simpati yang dalam. Oleh karena itu, Lucy dengan tekad bulat berusaha menjauhi setiap kemungkinan konfrontasi atau interaksi dengan Tiana dan barisan kejamnya, seolah mengikis dendam yang melekat pada jiwa gadis malang itu.

Melangkah perlahan melewati lorong-lorong sekolah yang penuh dengan bayangan kelam, Lucy berupaya melupakan tragedi yang telah merenggut kehormatannya. Gadis itu, dengan langkah-langkahnya yang penuh keteguhan, meninggalkan sekolah yang penuh dengan kenangan buruk, menuju pelarian jalan raya yang jauh, untuk menaiki angkutan umum.

Kesal tidaknya Tiana, semua itu dapat diselesaikan nanti. Namun, fokus kini adalah keamanan Lucy dari bahaya yang mengintai, mencegah pintu cerita gelap itu terbuka dan menggulungnya dalam kerugian yang lebih dalam.

Liam, yang sejak tadi melacak setiap gerak langkah Lucy dengan penuh intrik bersama Nathan, memutuskan untuk memperdalam misteri ini. Ia merayu sang sahabat untuk menemaninya dalam mengejar jejak Lucy yang semakin merayap. Rasa penasaran tentang siapa sebenarnya Lucy dan mengapa hanya gadis itu yang tidak dijemput oleh keluarganya menjadi api yang membara dalam diri Liam.

Namun, keterbatasan waktu menghantui Liam ketika ia menyadari bahwa ayah Nathan akan segera menjemputnya pulang. Ia pun tak bisa melanjutkan petualangannya bersama Liam, membuat kekecewaan terpampang jelas di wajahnya.

"Ya sudah, aku mampu melakukannya sendiri," ucap Liam, suaranya terdengar getir. "Sampai bertemu lagi besok," tambahnya sambil pergi, mengejar langkah Lucy yang semakin menjauh.

Nathan, meski penuh penasaran dan keinginan untuk menyusul saudara tirinya, harus menahan diri. Ia tahu betul bahwa kepergiannya harus diabari terlebih dahulu kepada ayahnya, suatu kewajiban yang dianggapnya sangat merepotkan namun tak terhindarkan.

Untuk meredam kepenasarannya yang semakin membuncah, Nathan memutuskan bahwa dia akan menyelidiki alasan Lucy tidak menemui Tiana di rumah nanti. Selain itu, dalam niat baiknya, ia berencana memberikan nasihat kepada Lucy untuk tidak terlibat dalam urusan rumit dengan penguasa sekolah yang begitu dominan.

Tidak berlangsung lama, kemewahan mobil Aston Martin menghentak di tempat, kaca mobil meluncur turun, dan tampaklah wajah tampan presdir Victor, tersenyum penuh pesona ke arah Nathan.

Seperti ritual yang sudah terjadi sebelumnya, seluruh murid yang berada di sekitar tempat itu terpesona oleh ketampanan presdir Victor.

Sang ayah dengan anggun membuka pintu mobil dari dalam, mengundang anaknya untuk segera masuk. Namun, ekspresi bingung menyelinap di wajahnya, mencari sosok Lucy yang tak kunjung terlihat.

"Mana Lucy?" Tanya presdir Victor dengan raut wajah yang kian bingung.

"Dia pulang lebih awal," jawab Nathan dengan nada datar.

"Kenapa?" presdir Victor menunjukkan kebingungan yang semakin dalam.

"Aku tidak tahu," jawab Nathan dengan kesederhanaan yang hampir menciptakan misteri.

"Lagi-lagi anak itu, bertindak seenaknya," ucap presdir Victor, menghela nafas panjang, bayangan keprihatinannya mewarnai udara.

Sementara itu, Liam tetap melacak setiap langkah Lucy yang berjalan kaki hingga mencapai jalan raya. Keheranan menyelinap dalam pikirannya, bertanya-tanya bagaimana bisa terlibat dalam pengintaian terhadap Lucy hingga sejauh ini.

Sementara ia menyadari bahwa biasanya tak suka mencampuri urusan orang lain, Liam merasa ada perubahan dalam dirinya ketika melihat wajah Lucy yang begitu memikat. Keinginannya untuk terus menatap kecantikan yang begitu memikat itu membentuk sebuah daya tarik tak terhindarkan.

Di tengah perjalanan yang semakin dramatis, sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti tepat di samping Lucy. Kejadian ini menimbulkan keingintahuan Liam tentang siapa sebenarnya Lucy. Ia mulai merenung apakah Lucy mungkin berasal dari keluarga berada.

Liam menyembunyikan dirinya di balik tiang listrik, mata penuh perhatian melihat setiap gerakan Lucy yang terkejut ketika dua orang pria keluar dari mobil hitam tersebut.

Pada awalnya, Liam mengira mereka mungkin saudara Lucy. Namun, keanehannya semakin terungkap, terutama ketika kedua pria itu tiba-tiba mengangkat tubuh Lucy dengan cara yang membingungkan dan memaksa memasukkannya ke dalam mobil. Situasi yang semakin membingungkan ini menambah intensitas ketegangan yang melingkupi Liam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!