Sendiri Lebih Baik (Cerpen 04)

Anastasya Saputri, gadis tomboi dan tempramen.

Ana berjalan menuju perpustakaan sekolah nya. Kebetulan lorong ke arah perpus kala itu sangat sepi. Jam tangan nya pun sudah menunjukkan pukul 17.00

Para siswa sudah pulang terlebih dahulu. Ana ingin meminjam beberapa buku untuk buku untuk bahan tugas nya.

"Kau tidak takut sendirian?!"(Suara pak Justin mengagetkan Ana yang sedang membaca buku di meja perpustakaan).

"Pak Justin? Saya sedang mencari materi untuk tugas yang bapak berikan tadi pagi di kelas." (Terang Ana sopan pada guru sejarah nya itu).

"Perpustakaan sudah mau tutup, bagaimana jika kamu terkunci di dalam...bisa saja petugas tidak mengetahui jika ada orang di perpustakaan ini."

"Bawel banget sih bapak. Lagian juga kalo terkunci tinggal tidur aja di dalam perpus, besok pagi juga di buka kembali perpustakaannya." (Ana menutup buku yang di baca nya dan segera meninggalkan pak Justin sendirian di perpus.

Pak Justin tersenyum melihat kepergian Anatasya, murid yang di kagumi nya dalam diam selama ini. Keadaan yang membuat mereka tak mungkin bersama.

***

Justin Prince, laki-laki muda berusia 24 tahun. Ia kini mengajar pelajaran sejarah pada salah satu sekolah SMA favorite.

Tak sengaja ia menyukai salah satu murid nya. Namanya Anatasya... gadis imut kecil dan menggemaskan mampu membuatnya jatuh cinta.

"Gue perhatikan pak Justin kayaknya suka deh sama lo." (Nia sahabat Ana menatap gadis cantik di depan nya).

"Sorry gue gak tertarik." ( Ana mengacuhkan Nia kali ini).

"Why? Pak Justin ganteng, pintar, kaya kurang apa lagi?"

"Kalo loe mau kenapa gak loe aja yang pacaran sama dia." (Ana meninggalkan Nia yang masih makan di kantin).

"Eh, Ana meninggalkan Nia yang masih makan di kantin).

Ana mengabaikan ocehan sahabatnya itu. Ia tetap berjalan menuju kelas nya.

Bukannya Ana tidak menyadari hal tersebut. Selama ini ia pun mengakui bahwa pak Justin sering mendekati dirinya. Namun, Ana tidak tertarik dengan guru sejarah nya itu.

"Anatasya! Pak Justin memanggil Ana yang bersungut-sungut meninggalkan kantin. Kebetulan saat itu pak Justin juga menuju kantin.

"Apa?!" Ana mepelototi pak Justin. Ia tetap pergi tanpa menggubris pak Justin.

***

"Ini... makanlah! Saya lihat kamu belum sempat makan di kantin tadi." (Pak Justin memberikan 1 kotak makanan pada Ana. Ia duduk juga di sebelah Ana, mereka kini berada di rooftop sekolah .

"Kenapa bapak s'lalu mengikuti saya?" Ana menatap pak Justin.

"Menurut mu, kenapa?" (Pak Justin bertanya balik dan membalas tatapan Ana).

"Bapak menyukai saya?..."

"Itu kamu tau! Jadi, apa kamu bisa menerima cinta saya, Ana?" (Pak Justin menegang tangan Ana).

"Maaf. Aku tidak bisa!" (Ana berdiri dan meninggal Justin).

Ia punya alasan sendiri kenapa tidak bisa membalas cinta guru nya itu.

"Kamu dari mana saja Ana?" (Tanya Nia saat Ana baru saja duduk di bangku).

"Aku dari toilet." (Ana berbohong pada Nia, sahabat baiknya itu).

Pelajaran yang di terangkan guru biologi saat ini tidak ada satu pun yang masuk ke otak Ana. Pikiran nya berkecamuk tak karuan karena Justin.

***

Makan malam hari ini Ana bersama orang tua nya dinner di restoran.

"Tumben sekali papah mengajak makan di luar."

"Sesekali kan juga tidak apa-apa, sayang." (Mamah Ana membelai lembut rambut putri tunggal nya itu).

"Kamu akan segera tahu." (Ucap ayah Ana).

Di saat mereka asik makan. "Permisi! Maaf kami terlambat, jalanan macet sekali Pak Andika."

Tiba-tiba Justin dan keluarga nya datang. Ana sangat terkejut. Dia bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.

***

"Apa kau perlu bertindak sejauh ini?!!". (Ana dan Justin sudah berada di mobil saat ini, setelah selesai makan malam Justin di suruh untuk mengantarkan Ana pulang ).

"Iya. Aku tidak bisa menerima penolakan, sayang." (Justin menghentikan mobilnya di tepi jalan yang sepi).

"Aku juga tidak bisa menerima pemaksaan. Apapun yang kau lakukan, tetap tidak bisa memiliki ku." (Sanggah Ana).

"Kau sudah menjadi milik ku Ana. Bukankah tadi kita sudah bertunangan, 1 Minggu lagi akan ada perayaan."

***

1 Minggu kemudian...

Acara pertunangan Justin dan Ana di selenggarakan. Namun, hal tak terduga terjadi. Tepat satu jam sebelum acara Ana berhasil kabur bersama Nia. Mereka saat ini berada di pesawat.

"Kenapa kamu mengajak ku kabur bersama mu, Ana?" (tanya Nia).

"Jika aku tidak membawa kamu, keluarga ku akan menganggu mu karena membantu aku kabur."

Ana bersandar di kursi pesawat. Mata nya terpejam, setetes air bening mengalir di pipi Ana membentuk sungai kecil. Lama kelamaan genangan itu membuat beberapa aliran sungai kecil lagi lebih banyak.

Nia memahami situasi saat ini. Namun, ia tetap diam, membiarkan sahabat nya menenangkan diri.

***

Sedang di rumah Ana, acara pertunangan tetap berlangsung. Justin tetap berdiri di tengah-tengah tamu. Keluarga mereka menyembunyikan fakta bahwa Ana kabur, mereka hanya bilang bahwa wanita nya sedang tidak sehat jadi tidak bisa menyambut para tamu yang datang.

Bodyguard keluarga Ana sedang mencari keberadaan nona muda mereka kemana-mana namun belum menemukan Ana.

***

"Kamu di sini saja. Aku tidak ingin melibatkan kamu terlalu jauh dalam masalah ku!". (Ana melepas sahabat nya di bandara negara B).

Nia memberikan kartu ATM pada Ana. "Pakai uang ku untuk kamu bertahan, agar orang tua mu tidak bisa melacak keberadaan mu".

"Terima kasih. Aku akan mengganti uang mu nanti. Sampai berjumpa kembali Nia. Aku pergi dulu ya!". (Ana meninggalkan Nia dan menuju ke pesawat selanjutnya yang ingin dia naiki ke negara A).

Seminggu pasca kejadian tersebut. Ana dengan bahagia menikmati liburannya. Ia menginap di apartemen kecil agar tak mudah di lacak oleh ayahnya.

Ana terbangun dari tidurnya karena terusik dengan sesuatu yang menganggu nya. Dengan enggan ia membuka matanya. "Akkkhh!" (Ana menjerit kaget melihat guru nya ada di depan matanya).

"Tenanglah Ana, saya sekarang sudah menjadi suami kamu?" (Pak Justin membelai rambut Ana).

"Kita baru bertunangan minggu lalu, kapan kita menikah nya?"

Justin tersenyum dan mengecup pucuk kepala murid nya yang kini sudah menjadi istrinya. "Karena kamu nekat kabur dari pertunangan kita, jadi aku juga nekat menikahi tanpa menghadirkan mempelai wanitanya".

***

Ana melanjutkan sekolahnya di luar negeri. Sedangkan Justin memilih berhenti menjadi guru di sekolahnya dulu. Karena ia ingin tinggal bersama istri kecilnya.

***

TAMAT!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!