Introvert

Hari berganti, matahari terbit di ufuk timur memancarkan kehangatan. Sinarnya menyilaukan, menembus korden kamar yang tipis dan transparan. Rania pun terbangun dari tidurnya. Ia mengerjap kan mata lentiknya beberapa kali. Berusaha menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Meow... meow...meow.

Muzza kucing anggora Rania naik ke atas ranjang dan menjilati wajah nona cantiknya. Rania tersenyum, ia mengelus bulu Muzza. Baginya hanya Muzza temannya saat ini. Ia sebenarnya punya banyak kucing di rumah. Namun, Muzza saja yg di ijinkan tidur di kamarnya bahkan mereka selalu mandi bersama.

Rania tumbuh menjadi seorang introvert, sosok remaja yang benar-benar membentengi dirinya dari dunia luar. Seolah menjadi Rapunzel yang hidup di menara tinggi ditengah hutan.

Ia berharap suatu saat nanti akan keluar dari menara terkutuk ini dan menemukan kehidupan bebas di luaran sana.

Rania merasa sangat tertekan dengan kehidupan nya. Setiap saat ia harus belajar agar tetap menjadi bintang pelajar di sekolahnya. Namun, Rania bukanlah cewek yang nerd berpenampilan culun dengan kacamata tebal dan kepang dua khas nerd pada umumnya.

Ia bahkan hampir tidak pernah membuka mulutnya. Rania selalu diam ketika berada di sekolah ataupun di luar lingkungan rumah.

Di liriknya jam sudah menunjukkan pukul 06.00. Dengan malas ia beranjak dari kasur empuknya. Menggendong kucingnya untuk segera mandi.

Selesai mandi dan merias diri, Rania mengambil tas juga ponselnya lalu turun menggunakan lift ke lantai 1. Rumah Rania terdiri dari 3 lantai, dan kamarnya berada di lantai tiga. Jadi, orang tuanya menyiapkan satu lift untuk sang tuan putri agar tidak lelah naik turun menggunakan tanggal.

Di meja makan sudah ada papah mamah nya. Rania ikut bergabung dan mulai menyantap makanannya.

"Rania! Besok malam kamu ikut yah, kita akan dinner bersama keluarga dari sahabat dekat papah". (Kata mamah Rania di sela-sela acara makan pagi saat itu).

"Iya." (Jawab singkat Rania).

Rania kembali fokus pada makanan nya. Tak berapa lama ia sudah selesai pada sarapannya, dan segera ke sekolah.

Tidak ada yang istimewa di hari-hari yang di jalani Rania. Namun, pembicaraan di meja makan tadi pagi sungguh meresahkannya.

Sepertinya ia tahu kemana arah maksud papahnya.

***

Di waktu yang sama, keluarga Alian juga sedang sarapan bersama. "Alian, papah sudah menjodohkan kamu dengan putri dari teman bisnis papa."

Uhuk. Uhuukkk. Uhuk. Alian tersedak nasi gorengnya.

"Apa!" (Alian terkejut dengan perkataan ayahnya yang akan menjodohkan dirinya).

Mamah Alian segera memberikan air putih dan mengelus punggung putra kesayangan nya.

"Alian!! Jangan berteriak saat makan." (Ibu Alian memegang bahu Alian sembari menenangkan putra semata wayangnya itu).

"Aku gak mau mah..." (Alian memandang mama nya penuh harap, semoga sang mama kali ini membantunya).

***

Malam itu dinner keluarga Rania dan Alian. Namun, suasananya sangat mencekam, di mana anak-anak mereka menolak untuk menikah.

Rania begitu terkejut jika yang akan dinner bersama keluarga Alian. Cowok yang suka menganggu nya di sekolah.

Makan malam berakhir lebih cepat. Rania meminta ijin pulang lebih dulu. Orang tua mereka tampak sedang membicarakan bisnis.

Alian hanya diam saja membisu. Betapa mudah nya orang-orang kaya itu mengorbankan sang anak demi kepentingan bisnis semata. Sederhananya tidak mudah menjadi anak orang kaya.

Malam itu juga Rania kabur dari rumah nya, setelah tak lama pulang dari dinner. Ia sampai pergi keluar negeri agar orang tua nya tidak dapat menemukan nya.

Rania ingin keluar dari zona aman nya. Menurut nya sudah cukup selama ini ia di kurung oleh keluarganya bagai burung dalam sangkar.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!