3. gelisah

Bella merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar kosan sahabatnya dengan pikiran yang melayang kemana-mana. seolah, ia benar-benar merasa sangat kesusahan. sementara Silvia terus memperhatikan sahabatnya itu.

"huf.!!. kamu sudah makan bel ?" tanya Silvia kepada Bella. Bella yang mendengar penuturan sahabatnya langsung menggelengkan kepalanya dengan tidak begitu bersemangat.

"aku tidak lapar sil. nanti saja.. Apakah aku boleh istirahat dulu.. entah kenapa mataku langsung mengantuk.." ujar bella dengan polos. sementara Silvia, Tanpa menjawab pertanyaan sang sahabat, dirinya langsung mengambil bantal dan meletakkannya di bawah. Silvia juga ikut berbaring di samping sahabatnya. dan tak lama, mereka berdua pun langsung tertidur.

***

Sementara di posisi lain, Raditya yang kini sudah berada di rumah makan atau restoran yang berada tidak jauh dari kantornya entah kenapa sedikit menjadi gelisah. dia terbayang-bayang dengan penuturan kasarnya kepada Bella. dan mengingat wajah sendu sang adik angkat. jujur, seumur-umur, dia baru mengeluarkan kata-kata itu.

(kenapa aku jadi merasa bersalah begini..?) batin Raditya dengan sedih. tapi, dengan cepat pula, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

,(tidak, aku sudah melakukan hal yang benar. lagian, salah sendiri, kenapa bersikap seperti itu. huf..,) batinnya lagi. ternyata, sedari tadi Chintya memperhatikan tunangannya itu.

"kenapa sayang..? apa ada masalah ?" tanya Chintya yang sukses membuat Raditya tersadar.

"oh. nggak kok sayang. aku hanya sedikit merasa pusing saja. mungkin karena telat makan." ujarnya berbohong kepada sang tunangan. lagi pula, dirinya tidak mungkin jujur kan ??

"oh.. ya sudah, ayo makan yang. isi perut kamu.." ujar Chintya lagi. Raditya pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. kemudian melahap pesanannya itu dengan cepat. jujur saja, perasaannya benar-benar tidak enak kepada adik angkatnya itu. tapi lagi-lagi, Raditya meyakinkan diri kalau yang dia lakukan itu sudah benar. setelah mereka selesai makan siang, Cynthia pun langsung membuka suaranya.

"sayang, aku mau ngomong sama kamu." Radit yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya.

"ada apa yang..,??" tanya Radit lagi penasaran.

"sebenarnya... aku ada pemotretan di luar kota. aku juga sudah tanda tangani kontrak dan akan berangkat besok.." ujar Chintya lagi kepada Raditya.

Raditya yang mendengar penuturan Chintya langsung mengerutkan keningnya lagi. kenapa rasanya Chintya menyampaikan hal ini secara mendadak.

"berapa lama ? terus, kenapa baru ngomong sekarang ?" tanyanya. Chintya sendiri langsung merasa gugup. dan Raditya juga mengamati tingkah tunangannya itu. tapi, tidak menaruh curiga.

"entahlah sayang. aku pun terkejut dengan jadwal yang mendadak ini. tapi, katanya, menejer aku juga baru mendapatkan informasi itu. jadi, mau tidak mau, aku harus ikut. nggak papa kan sayang.." ujarnya lagi. Raditya Tersenyum. dia benar-benar sangat mencintai tunangannya itu.

"tentu sayang. selama kita belum menikah, aku akan mengizinkan mu untuk mengejar karir mu itu. tapi, setelah kita menikah, aku harap kamu dapat berhenti untuk menjadi model, dan duduk dirumah saja. untuk sekarang, tidak jadi masalah." ujar Raditya lagi. Chintya Tersenyum senang mendengar penuturan Raditya.

"ok sayang. makasih udah ngertiin aku ya.." ujarnya lagi. wajahnya sangat berbinar-binar, seolah baru mendapatkan harta Karun yang berlimpah.

"iya sayang, sama-sama. ya sudah, ayo kita kembali. aku masih punya banyak pekerjaan sayang.." ujar Raditya lagi. Chintya pun langsung menganggukkan kepalanya. setelah membayar pesanan mereka, akhirnya Raditya dan Chintya pergi dari sana.

mereka berdua sama-sama kembali ke kantor Radit, karena mobil Chintya juga Disana. setelah itu, baru Chintya pulang. sementara Radit langsung berlalu masuk kedalam ruangannya, dimana Bimo sang asisten Sudah menunggu kedatangannya.

****

sementara itu, dikosan Silvia, setelah menunjukkan waktu pukul empat sore, keduanya langsung terbangun. mereka berdua sama-sama menggeliat untuk merenggangkan otot-otot tubuh mereka.

"ugh.. enak banget.." ujar Silvia sambil merenggangkan otot-ototnya. mereka berdua saling memandang satu sama lain kemudian terkekeh.

"udah jam berapa sih ini..?" ujar Bella sambil melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya. Di sana ia melihat waktu telah menunjukkan pukul 04.00 sore.

"eh.!!. udah jam 04.00 sore aja.. sil, gue laper nih.. cari makan yuk.!" ujar Bella lagi kepada sahabatnya. setelah itu, mereka berdua sama-sama bangkit dan duduk bersila di atas karpet bulu itu.

"Ya udah ayo.. gue juga laper nih.. tapi cuci muka dulu ya.. masa kita harus keluar dengan tampang bangun tidur seperti ini." ujar Silvia lagi kepada sahabatnya. mereka berdua pun langsung terkekeh.

"Ya udah ayo, buruan ih..!!" keduanya pun langsung bangkit dan berjalan ke belakang. yang satu cuci wajah di kamar mandi yang satunya lagi di wastafel. Setelah itu, mereka berdua langsung bersiap dan keluar mencari makan.

"sil, apa nggak sebaiknya kita masak aja ya ? soalnya, kalau beli sekali makan habis..." ujar Bella lagi. seolah-olah dirinya sudah mulai sadar arti dari sebuah uang dan susahnya mencari uang. padahal, dia diberikan jajan yang begitu banyak oleh kedua orang tua angkatnya.

"loh, tumben bijak.. biasanya nggak bakal mikir. Ya udah sih, aku oke-oke aja.. Tapi, kamu yakin, bisa tahan laparnya..?" tanya Silvia lagi kepada Bella. Bella sendiri Langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya udah ayo, langsung ke pasar aja lah.. pasar ayam aja ya, kita bikin ayam bakar.." ujar Bella lagi. karena memang keduanya adalah anak-anak orang kaya, jadi tidak sulit untuk mengeluarkan uang. hanya saja, walaupun begitu, mereka berdua tetap harus merakyat. Silvia sendiri, lahir dan langsung menjadi anak Sultan. sementara Bella, dia diadopsi oleh keluarga Sultan. kosan yang dihuni oleh Silvia juga adalah kosan anak orang kaya yang lengkap dengan fasilitasnya.

kini keduanya langsung bergegas ke pasar dan membeli apa saja yang mereka butuhkan untuk membuat ayam bakar. mereka memang anak yang tidak terlalu memperlihatkan kemewahan. di sisi lain, Bella yang tidak ingin memperlihatkan kemewahan itu, karena memang dia bukanlah pewaris, melainkan wajib menjadi perintis.

sementara Silvia, dia menyembunyikan jati dirinya sebagai orang kaya, karena tidak ingin mendapatkan teman yang hanya ingin dekat Karena uangnya saja. dan mereka berdua sangat cocok.

setelah berhasil mendapatkan semua bahan-bahan yang mereka butuhkan, akhirnya mereka segera kembali ke kosan Silvia dan langsung membuat ayam bakar. mereka membakar semua ayam yang dibeli itu, dan langsung melahapnya sampai habis. ya, orang kaya, cara pandangnya juga berbeda. berbeda dengan kita yang tidak memiliki apa-apa, untuk makan besok saja harus mikir.

setelah mereka selesai makan dan kekenyangan, mereka duduk di bagian teras belakang kosan tersebut. di sana mereka menikmati udara sore hari, sambil berbincang-bincang.

"jadi, bisakah kamu menceritakan apa yang terjadi denganmu hari ini ?" tanya Silvia lagi kepada sahabatnya. tentu saja dirinya masih merasa penasaran dengan masalah sahabatnya itu. Bella yang mendengar pertanyaan sahabatnya itu langsung menghela nafasnya.

Terpopuler

Comments

Shelvia Amanda Dika

Shelvia Amanda Dika

aku tebak klu cyntia ini cewek gak bener dan nnt raditya nyesal terus balik kejar2 bella dan pada saat itu bella juga sudah tidak cinta lg. biasanya begini ceritanya dr novel yg udh pernah saya baca

2024-09-22

0

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

nyimak dulu thor

2024-03-05

0

IndraAsya

IndraAsya

lanjut

2023-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!