"Mas berangkat ya, jaga kandungan mu jangan terlalu capek,,
" Iya mas, Erna tau.... mas sudah berapa kali sih mengatakan itu..."
"Agar kamu ingat sekarang ada nyawa yang harus kamu jaga.."
" Iya mas Erna paham, kalau mas bicara terus kapan berangkat kerja nya, " seru Erna
" Ya sudah, mas berangkat sekarang," Irsyad pun mengulurkan tangan nya dan langsung di sambut oleh Erna. "assalamu'alaikum"
" waalaikumsalam..."jawab Erna....
Irsyad langsung memasuki mobil dan segera menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah mertuanya.
Setelah mobil yang membawa Irsyad sudah tak terlihat lagi Erna pun segera masuk kedalam rumah. sampai di ruang keluarga ia melihat sangat ayah yang masih duduk santai dengan menonton televisi sambil menikmati secangkir kopi.
Erna pun duduk disebelah sangat ayah yang sedang menonton berita di TV.
"Suamimu sudah berangkat, pak Gunawan melirik Erna yang duduk di sampingnya
" Iya yah, mas Irsyad buru- buru katanya ada rapat pagi ini...
"Oh ya....bagaimana dengan rencana pindah kalian..? " tanya pak Gunawan
" Rencananya besok kita akan pindah ke sana yah, kata mas Irsyad rumah nya sudah siap...memang mas Irsyad belum bilang sama Ayah.?
" Irsyad tidak ada bilang apa -apa...! Apa tidak terlalu buru- buru, kalian kan juga harus menyiapkan barang- barang seperti perabotan untuk rumah baru kalian."
" Ayah tenang saja semua sudah mas Irsyad siapkan jadi kami hanya perlu membawa pakaian kami saja. kasur lemari dan yang lainnya sudah ada di sana." jelas Erna
"Bagus lah kalau begitu...., jadi kalian tidak terlalu repot. "
Keduanya pun kembali asik menonton acara berita di TV. Semua persiapan untuk pindah sudah siap hanya menunggu waktu untuk pindah saja.
" kalian disini, ayo sarapan dulu," ajak bu Ratih saat melihat keduanya sedang melihat acara televisi.
" Suamimu mana Erna," tanya bu Ratih karena tidak melihat keberadaan Irsyad di sana..
"Mas Irsyad sudah berangkat bu. " seru Erna
" loh... tidak sarapan dulu." kata bu Ratih
" mas Irsyad ada rapat pagi ini jadi buru- buru, biar sarapan di kantor nanti katanya. " Erna berusaha menjelaskan pada bu Ratih.
"kalau begitu kita sarapan sekarang, ibu panggil Anita dulu..."
Baru saja bu Ratih selesai bicara, terlihat Anita sudah berjalan kearah mereka.
" Pagi semua, pagi bumil... "teriak Anita
"kamu ini dek, kebiasaan... ini masih pagi jadi jangan teriak kaya gitu.. " tegur pak Gunawan, membuat Anita hanya bisa meringis karena Ayah yang menegurnya.
" Ya sudah, kita sarapan dulu.." ajak bu Ratih lagi
Semuanya pun berjalan menuju meja makan di sana sudah tersedia semua. Terlihat Anita langsung mengambil piring dan menyudurkan pada bu Ratih
" kamu ini dek, bisa ambil sendiri kan sudah besar juga masa masih minta sama ibu.. " kata Erna melihat kebiasaan Anita yang masih minta di ambil kan makanannya.
"Biarin,, ibu juga tidak masalah yakan bu..." Anita tidak mau kalah, ia meminta dukungan dari sang ibu.
" Sudah jangan ribut, kamu mau ibu ambilin juga Erna?! tawar bu Ratih
"Tidak usah bu, Erna bisa sendiri. " kata Erna sambil mengambil nasi dan lauk nya.
" Kalau ayah mau sarapan apa, nasi goreng atau roti.? bu Ratih bertanya pada suaminya
"Ayah nasi goreng sama telor saja bu.."
bu Ratih pun menyiapkan makanan yang di pinta suaminya.
" Besok Erna dan Irsyad akan pindah ke rumah baru mereka, "kata ayah setelah menerima piring nasinya.
"Lo... katanya minggu depan kenapa jadi besok" bu Ratih nampak terkejut lalu menatap Erna
" Mas Irsyad yang pengen bu, biar lebih dekat tempat kerja nya. kalau disini lumayan jauh jaraknya bu.. kata Erna
"Ka Erna mau pindah... berarti tidak tinggal disini lagi?!" ucap Anita sedih
" Kenapa... ?" tanya bu Ratih
" Anita kan tidak ada teman berantem lagi.. kalau kangen gelot gimana..? " ucapnya tanpa rasa bersalah
"kamu ini ada ada saja," tegur Pak Gunawan
"ya kan bakal tidak serumah lagi kalau tiba-tiba kangen gimana..." bela Anita
"kan kakak juga bakal sering kemari nanti. atau tidak kamu saja yg main kerumahnya kakak.
" Emangnya boleh...? "
"Ya boleh lah adek ku sayang..."
"sudah.... ,selesai kan sarapan mu dulu nanti telat.." kata pak Gunawan pada Anita.
****
selesai sarapan Erna langsung pamit ke kamar untuk bersiap, karena hari ini ia ingin ikut ke toko bersama orang tuanya. Saat sedang merapikan penampilannya tiba-tiba ponselnya berbunyi. Terlihat ada panggilan masuk di sana, Erna pun segera memeriksa dan ternyata itu panggilan dari Mila. Erna pun segera menerima panggilan tersebut.
"assalamu'alaikum." sapa Erna
" waalaikumsalam, Erna..." terdengar suara Mila yang serak seperti sedang menangis.
"Ada apa Mil.? " tanya Erna khawatir
"Aku mau minta tolong.. boleh? "
"Minta tolong apa...? apa kau sedang menangis..? tanya Erna karena suara Mila seperti orang yang menangis.
" Aku mau pinjam uang lagi sama kamu buat bayar biaya rumah sakit mama.! "
" katakan saja berapa, akan aku usahakan.. "
" sepuluh juta Erna, apa kamu bisa membantu ku, kalau aku tidak bisa bayar maka jasad ibu ku tidak bisa di bawa pulang.. "tangis Mila pun pecah.
"Ja...jasad, .....maksud kamu apa? aku tidak mengerti," Erna masih tak percaya dengan yg di dengar nya.
" mamaku sudah meninggal Erna...."tangis Mila.
"Innalillahi, kamu tenang dulu, nanti aku ke sana sama orang tua ku, kamu kirim saja alatnya biar kami ke sana," kata Erna
" Makasih Erna, aku tidak tau harus bagaimana kalau tidak ada kamu."
"ya sudah...kamu yang sabar ya.." Erna berusaha menenangkan sahabatnya
"Ya sudah, aku siap-siap dulu nanti kalau sudah sampai aku kabarin lagi.."
"Iya Er....,sekali lagi terimakasih."
Erna pun mengakhiri panggilannya dan segera keluar kamar menemui kedua orang tuanya. Dilihatnya pak Gunawan dan bu Ratih sudah menunggunya di ruang keluarga. Erna pun segera menghampiri mereka.
" kamu lama sekali sayang, ngapain aja di kamar... " bu Ratih memperhatikan penampilan Erna.
" Ini bu, tadi Mila nelpon jadi Erna harus Terima telpon Mila dulu."
"Memangnya ada apa... "
" Ada kabar duka bu, Mamanya Mila, bu Nani meninggal bu, yah.... "
"Innalillah....," kata pak Gunawan dan bu Ratih
"Kapan kejadiannya nak..." tanya pak Gunawan.
" Erna jaga belum sempat nanya, tapi Mila minta tolong buat biaya rumah sakit.. "
"Berapa biayanya, kita harus membantunya, kasihan temanmu itu. Mila itu gadis yang baik semoga ia bisa tabah menghadapi cobaan ini..." bu Ratih tampak sedih
"Sebaiknya kita berangkat sekarang kasihan teman mu itu. Jasad bu Nani pun harus segera kita urus kasihan kalau di biarkan terlalu lama. " terang pak Gunawan
"Iya yah... " ucap Erna, ia merasa seperti mimpi, sahabatnya harus merasakan kehilangan yang sangat karena kematian sang mama.
setelah memastikan pintu sudah terkunci dengan benar, Erna pun segera menyusul Ayah dan ibunya yang sudah menunggunya di dalam mobil. Setelah Erna masuk, pak Gunawan segera menjalankan mobilnya menuju alamat rumah sakit yang telah di kirim oleh Mila tadi.
Sepanjang perjalanan Erna tampak gelisah, ia begitu khawatir dengan Mila sekarang. Rasanya ia masih tidak percaya jika bu Nani sudah meninggal, bahkan sudah lama ia tidak bertemu dengan beliau, terakhir seingatnya saat ia masih sekolah saat ia main ke rumah Mila.
Bu Ratih yang menyadari kegelisahan Erna pun menentukan ke kursi belakang tempat Erna duduk. Bu Ratih pun berusaha meyakinkan Erna kalau semua sudah kehendak Tuhan.
"Tenanglah nak... semua sudah kehendak Tuhan, kita tidak ada yang tahu hidup kita sampai kapan. Tapi kita patut mensyukuri apa yang masih kita miliki sekarang. " kata bu Ratih.
"Benar kata ibumu, kalau kamu seperti ini bagaimana nanti kamu akan menguatkan temanmu. Mila butuh dukungan dari kita, jangan biarkan ia terpuruk dalam kesedihannya. ..." pak Gunawan berusaha menasehati Erna
" Iya yah.... Erna paham, maaf jika Erna telah membuat kalian cemas."
"Tidak apa nak, .... "
Erna pun kembali diam, benar kata Ayahnya, ia tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan, Mila pasti lebih merasa sakit karena dia yang kehilangan sosok seorang mama.
Jodoh, rezeki, dan maut memang rahasia Tuhan, kita tidak akan pernah tahu ketentuannya. kita hanya bisa menjalani takdir yang telah dituliskan untuk kita masing-masing.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments