Dhita nampak sama sekali tak mau membuang waktunya bersama dengan Fahri karena menang tujuan utamanya datang menemui pria ini adalah untuk menagih janji bahwa Fahri akan memberitahunya siapakah yang sudah membantunya utuk bebas dari penjara karena memang hal tersebut yang Fahri janjikan jika Dhita mau menemuinya di tempat ini. Fahri nampak tertawa dan mengatakan bahwa sebaiknya Dhita mau duduk dulu di sini bersamanya sambil mengobrol namun tentu saja Dhita menolaknya karena ini bukanlah tujuan utamanya datang menemui pria ini di sini.
"Katakan semuanya ladaku cepat! Aku tak memiliki banyak waktu."
"Kalau memang kamu tak memiliki banyak waktu maka tak akan mungkin kamundapat menemuiku dinsini. Kamu pasti akan mendesakku untuk mengatakannya lewat telepon saja. Akan tetapi justru kamu malah datang ke sini kan?"
Dhita nampak menghela napasnya kencang dan rasanya percuma saja kalau dirinya mengatakan pada Fahri mengenai apa yang sebenarnya membuatnya datang ke sini. Dhita kemudian memilih untuk menyerah saja karena tak mungkin dia bisa mengorek informasi dari Fahri jika pria ini tak bisa diajak kerja sama.
"Kamu mau ke mana? Kita bahkan belum selesai bicara namun sudah mau pergi saja."
Dhita menghempaskan tangan Fahri yang tadi berusaha untuk menahannya tak pergi. Dhita kesal sekali dengan sikap Fahri yang telah mempermainakannya seperti ini. Fahri mengelak bahwa ia hendak mempermainkan Dhita namun Fahri mengatakan jika dirinya ingin menepati janjinya untuk memberitahu pada Dhita siapa yang sudah membuatnya bebas dari penjara.
"Kalau memang kamu mau mengatakan itu sejak awal maka seharusnya dari tadi kamu mengatakannya bukannya malah menvulur waktu begini!"
"Kamu tahu apa yang me jadi alasanku ingin mengulur waktu begini? Semua karena kamu, aku baru memerhatikan kalau kamu cantik juga."
Dhita terkejut dengan apa yang Fahri katakan barusan dan kemudian memilih untuk pergi saja namun Fahri kembali menarik tangannya dan mengatakan bahwa Dhita harus minum dulu dan ia akan memberitahu Dhita semuanya.
"Aku janji padamu."
****
Ketika pagi hari sudah menyingsing nampak Dhita membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. Hal pertama yang ia lihat adalah kamar ini bikanlah kamar tempat di mana biasa tidur melainkan ini adalah sebuah kamar hotel. Dan setelahnitu Dhita terekejut karena rupanya dirinya tak mengenakan pakaiannya. Dhita kemudian segera memunguti pakaiannya dan segera mengenakannya. Dhita berusaha mengingat apa yang semalam terjadi padanya. Semalam ia bertemu dengan Fahri dan Fahri kemudian memaksanya untuk minum dan kemudoan tak lama ia tak sadarkan diri. Dhita yakin bahwa semua ini adalah ulah Fahri dan ia langsung mencoba menghubungi nomor Fahri namun sayangnya nomor pria itu tak dapat untuk dihubungi.
"Dia pasti yabg sudah melakukannya padaku. Awas saja nanti aku akan membuat perhitungan dengannya."
Dhita kemudian pulang ke rumah dan kepulangannya itu rupanya sudah ditunggu oleh sang mama. Rohyati langsung menarik Dhita ke dalam kamarnya dan raut wajah sang mama nampak serius sekali dan membuat Dhita tentu saja bertanya-tanya ada apakah gerangan saat ini.
"Ma, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Harusnya Mama yang menanyakan itu padamu. Semalam kamu tidur di mana?"
Dhita bingung harus menjawab apa pertanyaan yang diajukannoleh sang mama hingga akhornya Rohyati pun mengatakan sesuatu yang membuat Dhita terkejut.
"Kamu semalam tidur dengan Fahri kan?"
"Mama ini bicara apa?"
****
Rohyati kemudian memerlihatkan foto di mana Fahri dan Dhita tenga ada di ranjang dan mereka tak mengenakan pakaian. Dhita tentu saja shock dengan foto itu dan Dhita mengatakan bahwa ia sudah dijebak oleh Fahri semalam. Pria itu memancingnya ke sana untuk melakukan aksi tak terpujinya dengan iming-iming bahwa Dhita akan ia bertahubsiapa yabg sudah membuatnya bisa lolos dari penjara. Rohyati kemudoan juga mengatakan bahwa semalam ia mencoba menghubungi Dhita namun justru Fahri yang menjawabnya.
"Dia menjawab telepon Mama?"
"Iya, sejujurnya Mama terkejut sekali dan Mama tak percaya kalau kamu melajukan hal seperti itu."
"Mama tolonglah percaya padaku bahwa aku tak akan pernah mungkin melakukan hal yang tak terpuji begitu."
"Tentu saja Mama percaya. Mama percaya bahwa kamu tak akan mungkin melakukan hal seperti itu hanya saja semalam harusnya kamu tak pergi hingga hal ini tak akan mungkin terjadi."
"Iya Ma. Aku terlalu naif dan pecaya saja jika dia akan mau mengatakan semuanya padaku namun justru malah hal buruklah yang ia berikan padaku."
Rohyati memeluk Dhita dan mengatakan bahwa ia akan selalu mendukung Dhita dan akan memercayai Dhita dalam hal ini. Dhita sangat berterima kasih pada sang mama karena sudah mau memercayainya."
****
Dimas dna Tiara kemudian tjba di rumah dan raut wajah mereka akan berbeda ketika pulang sekolah. Dhita kemudoan menanyakan pada kedua anaknya apakah gerangan yangbsudah terjadi namun kedua anaknya nampak saling bertukar pandang.
"Ada apa ini? Kalau memang ada sesuatu yang hendak kalian bicarakan maka bicaralah, jangan ragu untuk mengatakannya."
Dimas kemudian berani angkat bicara mengenai apa yang sebenarnya tengah mereka likirkan. Dimas memerlihatkan foto di ponselnya yabg mana foto iti adalah foto di mana Dhita dan Fahri tidur bersama semalam.
"Apakah Mama dan om Fahri memang seperti itu?"
Dhita menggelengkan kepalanya dan mengatakan pada Dimas dan Tiara bahwa ia sama sekali tak seperti apa yang dipikirkan oleh mereka berdua. Dhita meminta keduanya untuk dapat memercayai apa yang ia katakan ini karena ia tak akan mungkin melakukan hal seperti itu.
"Kalian tahu sendiri kan kalau Mama tak akan mungkin melakukan hal seperti itu."
Dimas dan Tiara mengatakan bahwa mereka percaya pada Dhita dan membuat Dhita menjadi lega setelahnya. Dhita sangat berterima kasih pada kedua anaknya karena sudah mau memercayai apa yang ia katakan barusan.
"Kalian mandi dan ganti bajulah Mama akan membuatkan makan malam untuk kalian."
Maka kemudian Dimas dan Tiara pergi untuk mandi sementara Dhita menyiapkan makan malam untuk keluarganya.
****
Musa datang ke rumah Rohyati untuk bicara dengan anak-anak. Musa mengatakan bahwa anak-anak sudah besar dan tahu bahwa mama mereka juga tak jauh lebih baik darinya jadi Musa meminta Dimas dan Tiara untuk dapat bijak dalam mengambil keputusan.
"Aku percaya pada Mama."
"Kenapa kamu masih saja percaya pada dia? Bukankah buktinya sudah ada kalau mama kalian tak lebih buruk dari Papa."
"Mas, apakah kamu yang sudah merancang semua ini?" tanya Dhita pada Musa.
"Kamu ini bicara apa, Dhita? Apakah kamu ingin mendulang simpati di depan anak-anak bahkan setelah kamu sendiri sudah jelas-jelas bersalah?!"
"Aku curiga bahwa kamu yang sudah membuat Fahri bebas dari penjara, apakah aku benar?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments