Kejadian

Cyra kembali mengantar-antar roti ke meja VIP. banyak yang meminta nomor ponselnya karena Roti buatannya. Mereka ingin memesan kembali jika Mereka ingin. Kini semua kolega berdiri dan tampak mendengar MC yang sedang menjelaskan acaranya.

Mereka semua mendengar semua sapaannya dan mulailah satu persatu Orang penting ikut berbicara diatas panggung termasuk Zean. Cyra masih sibuk dengan kegiatannya, dan Alvin masih setia menjaganya. Namun karena nama Alvin juga disebut jadi Alvin harus pergi, untungnya Nadia sudah ada disana. Jadi mengganti posisi Alvin menjaga Zarrel disana. Cyra tak tega terus merepotkan Nadia, meskipun gadis itu tidak keberatan sama sekali.

Acara penyambutan sudah selesai, Semua orang sedang mendengarkan live musik dan Jamuan, Mereka semua ngobrol dan bercanda. Semua tak luput dari pandangan Cyra. Ia melihat Zean yang sesekali meneguk minumannya dan Kini Cyra meletakan nampan besinya diatas meja. Tatapan Cyra tertuju pada Seseorang yang mengenakan Hoodie hitam dan memakai masker hitam.

"Kenapa Ra?." Tanya Nadia.

"Ada yang aneh." ucap Cyra dengan terus memperhatikan Orang tersebut.

"Apa yang aneh."

"Coba kamu hubungi Bara, Ada pria aneh disini. Dia sangat mencurigakan." ucap Cyra dengan terus menatap Pria tersebut.

"Siapa yang kamu maksud." Ruangan itu memang sangat ramai sehingga Nadia tak sejeli Cyra.

"Itu Nad... Dia ada dideket Meja mas Zean." ucap Cyr ayang terus memperhatikannya. Memang Zean sedang berdiri untuk mengobrol bersama koleganya. Tunangan Zean hanya duduk dengan bermain ponselnya.

"Sebentar." ucap Cyra pelan.

"Mau kemana Ra.. Kalau bahaya jangan." Cegah Nadia.

"Sebentar, Aku cuma mau pastiin sesuatu." ucap Cyra dengan beraninya. Nadia segera menelfon suaminya untuk membuat para keamanan agar mencari tahu apa yang sebenarnya Cyra curigakan.

Cyra semakin mendekat dan Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku Hoodie nya. Mata Cyra membola sempurna saat melihat Pisau itu. Astaga! Apakah Hanya Cyra yang menyadarinya.

"Nggak... Jangan sampai mas Zean kenapa-napa lagi." ucap Cyra dengan khawatir. Ia segera berjalan mengikuti kemana Pria tersebut dan benar saja. Sasaran pria itu adalah Zean, Langkahnya semakin cepat dan Cyra berlari untuk menghentikannya. Dan

.........

Slepp...

Semua orang terkejut dan termasuk Zean tentunya. Cyra berdiri tepat dibelakang Zean, Memegang perutnya yang kini terasa berdenyut nyeri. Pria itu segera berlari dan dilihat oleh Alvin. Mereka langsung mengerahkan penjaga untuk mengejar pelaku.

"Uhukkk..." Cyra batuk dan darah keluar dari mulutnya. Tangan Zean bergetar menahan tubuh Cyra, Keringat dingin mulai membasahi wajahnya.

"Ma-Mas.... Mas Ng-nggak... Pa-papa kan." Lirihnya terbata, Mata Zean memanas. Entah kenapa rasanya begitu Familiar dengan suara lembut itu.

"Cyra..." Bara yang melihat itu begitu terkejut.

"Tuan... Kita harus membawanya kerumah sakit." ujar Bara. Zean yang tersadar dalam lamunannya pun segera membopong tubuh Cyra. Tanpa disadari Zean menunjukkan wajah yang dipenuhi dengan kekhawatiran.

Mereka masuk kedalam mobil yang dikemudi Bara dan melaju meninggalkan kantor menuju rumah sakit. Cyra masih dalam pangkuan Zean, Gadis itu meringis merasakan sakit dan menatap Zean. Mata teduh yang ia rindukan menatapnya dengan penuh kekhawatiran. "Za-Zarrel." lirihnya.

"Bertahanlah." ucap Zean tanpa sadar.

"Za-Zarrel..." lirihnya lagi.

"Cyra kumohon jangan banyak bicara. Pendarahan mu semakin banyak." ucap Bara panik. Cyra mengusap lembut wajah Zean, dan akhirnya kehilangan kesadaran nya. Sedangkan Nadia pergi kerumah sakit bersama dengan Alvin, Zarrel bersama Nadia yang sudah menangis tanpa henti.

"Sayang.... Jangan menangis ya.." ucap Nadia mencoba menenangkan Zarrel yang terus menangis didalam mobil.

"Dia khawatir dengan Bundanya." Ucap Alvin.

"Shhhhttt... Mami yakin Bunda baik-baik saja. Zarrel jangan nangis ya sayang." Ucap Nadia mencoba menenangkan Zarrel. Nadia memutuskan Zarrel memanggilnya Mami dan memanggil Bara Papi, Dan Cyra tidak keberatan dengan hal itu.

"Tenang ya sayang.... kita akan menyusul Bundamu." Kini tak hanya Zarrel yang merasa khawatir dengan Cyra. Nadia pun sangat khawatir bahkan airmatanya sudah menetes sedari tadi.

"Jangan menangis ya Nak... Tenanglah, Mami disini." ucap Nadia menenangkan Zarrel yang terus menangis.

Sesampainya dirumah sakit, mereka segera kedepan ruang UGD. Disana Nadia masih kesusahan dengan menenangkan Zarrel yang terus menangis. Bahkan Alvin sudah mencobanya, Menggendongnya dan menenangkannya. Namun Nihil, Kini Bara yang mencoba menenangkan Zarrel yang masih menangis.

"Tenanglah Nak. Papi disini." Manis sekali bukan. Bara mencoba menenangkan Zarrel dalam pangkuannya. Zean duduk dikursi tunggu dengan tatapan kosong. Jas putihnya dipenuhi oleh darah. Kini Zean melepaskan jasnya dan berdiri kearah Bara.

"Biar aku mencobanya." Ucap Zean santai. Bara menoleh.

"Tapi Tuan..."

"Berikan padaku..." Bara menyerahkan Zarrel pada Zean. Entah kenapa Zarrel menjadi diam dalam dekapan Zean. Semua terkejut termasuk Alvin, Zean menggendong Zarrel dan mengelus lembut pipinya.

"Tenang okey. Lihat matamu menjadi sembab seperti ini." ucap Zean pelan. Bara tertegun melihat pemandangan itu, Kini Tangan mungil Zarrel menggenggam Jari telunjuk yang Zean gunakan untuk mengelus pipinya. Saat digenggam oleh Zarrel jantung Zean kembali berdegub tak karuan. Rasanya, Genggaman itu seperti pernah ia rasakan sebelumnya.

'Bahkan Zarrel bisa diam dalam dekapan Tuan. Apa Tuan belum mengingat Cyra. Apa tuan belum mengingat keputusan tuan memutuskan hubungan pertunangan dengan Nona Viona.' Batin Bara. Dirinya hanya bisa diam, tak berani menganggu dan mengungkit ingatan yang akan membuat nya berakibat Fatal. Jadi Bara pasrahkan agar waktu yang membuat Zean kembali dalam ingatannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!