Kenangan

"Jangan Pernah Khawatir Tentang Takdir, Bahkan Daun Saja Sudah Diatur Kapan Dia Akan Jatuh"

Cyra mengelus perut buncitnya, Melihat hari sudah malam. Rasanya ingin sekali dia memakan Nasi goreng dipinggir jalan ini. Cyra menatap jam dinding yang menunjukan pukul sepuluh malam dan Nadia belum juga pulang. Sebelum Magrib tadi Nadia sudah mengabarinya jika dirinya akan lembur dan bahkan kemungkinan akan tidur dikantor.

"Pengen Banget ya Dek... Tapi ini udah malem, Bunda Harus gimana? Kalau Minta tolong Onty mu kasihan dia banyak kerjaan." ucapnya berbicara dengan Calon baby-nya.

"Ya Allah semoga aja ada disekitaran taman." ucap Cyra lagi, dirinya benar-benar sangat ingin nasi goreng. Cyra memakai Jaketnya dan segera keluar dari apartemen. Seperti biasa dirinya akan turun ke lobi dulu, karena kamarnya ada dilantai lima.

"mau kemana malem-malem gini Neng?." tanya pak Joko.

"Pak kalau boleh tau dideket taman ada yang jual nasi goreng nggak ya?." tanya nya.

"Nasi Goreng... Ada Neng. Sedikit maju lagi dari taman." ucap Pak Joko.

"oh makasih ya pak, Saya pergi dulu."

"neng sendirian? Udah malem loh... Biar saya aja yang belikan." tawarnya. Namun Cyra tak ingin merepotkan orang lain.

"saya lagi pengen beli langsung pak." Tolaknya dengan halus.

"waduhhhh ngidam banget ya Neng, Hati-hati ya Neng." ucap Pak Joko.

"iya pak. Mari...." Cyra memilih untuk berjalan kaki menuju tempat yang diberitahu pak Joko.

Disisi lain Pikiran Zean tak karuan, Ia memilih untuk pulang ke apartemen. Saat mobilnya hendak berbelok, Ia melihat Ibu hamil yang berjalan sendirian keluar dari pelataran apartemen.

"Cyra?." Gumam Zean.

"Astaghfirullah.... Kemana wanita ini malam-malam." Tanya Zean dalam hati, Akhirnya mobilnya tak jadi berbelok dan mengikuti kemana Cyra pergi. Namun ia terkejut saat melihat tiga orang Pria yang sudah memantau Cyra dari kejauhan. Zean segera menepikan mobilnya agar mendekat kearahnya. Kaca mobilnya dibuka, dan tampaklah wajah Cyra yang polos menatap nya.

"Mau kemana malam-malam gini?." Cyra menghentikan langkahnya dan Zean juga memberhentikan mobilnya.

"Masuk."

"hah?." Cyra terkejut mendengarnya.

"Cepat masuk dulu Cyra." Akhirnya Cyra setengah mengitari mobil dan masuk kedalam mobil Zean.

"Mau kemana?." Tanya Zean lagi.

"Pengen beli Nasi goreng yang dipinggir jalan mas." Cyra menunduk dan menghela nafas sesaat. Zean membukakan tutup botol air mineral, kemudian ia memberikannya pada Cyra.

"minum dulu."

"terimakasih" Cyra meminumnya. Zean menutup kaca mobilnya dan menatap ketiga preman itu masih diam menatap mobil nya.

"Kenapa pergi sendirian ini udah malem Cyra." Moodnya berubah, Cyra menunduk dan menghela nafas. Matanya memanas, Ia menjadi teringat dengan bagaimana dulu Riko memperlakukannya. Jika ingin sesuatu yang menyangkut bayinya selalu terpenuhi.

"Bagaimana jika preman itu mengganggumu humm..." Suara Zean memelan membuat Cyra menatap kearah Zean. Itu membuat Zean terkejut melihat mata Cyra memerah menahan tangis.

"Maaf." satu kata itu dengan bebarengan airmatanya menetes begitu saja. Deghhh... Perasaan nya menjadi semakin tak karuan saat melihat Airmatanya menetes begitu saja.

"lagi-lagi ngerepotin mas Zean ya..." ucapnya Lirih.

"Jangan menangis.... Kita cari Nasi gorengnya ya, Saya Antar. " ucap Zean pelan. Cyra mengusap airmatanya dan tersenyum manis.

"Maaf ngerepotin mas lagi."

"bukan masalah besar, Jangan menangis lagi. Kasihan baby-nya." Cyra mengangguk. Ia sedikit terhibur dengan Ucapan Zean.

Sesampainya ditempat yang diinginkan. Mata Cyra berbinar menatap gerobak nasi goreng tepat didepan matanya. Senyuman Zean terangkat saat melihat Cyra begitu bersemangat. Mereka turun bersama dan Cyra segera memesan dua porsi nasi goreng itu.

"pesen dua?." tanya Zean.

"Mas aku traktir ya, Sebagai rasa terimakasih aku karena mas udah nolongin terus." ucap Cyra. Zean tampak ragu dengan makanan pinggir jalan itu.

"mas nggak biasa makan dipinggir jalan gini ya?." Zean dengan ragu mengangguk. Cyra terkekeh dan mengajaknya untuk duduk disebuah kursi kayu yang sudah disediakan itu.

"cobain deh pasti enak." Jelasnya. Zean diam, Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia sangat ragu, Saat pesanan mereka datang aroma wangi mengindahkan penciuman Zean.

"cobain dulu kalau nggak enak atau mas nggak suka jangan dilanjutin." jelas Cyra. Ia berdoa dan kemudian melahapnya. Zean mencoba nasi goreng yang tampak menggiurkan itu. Daaannn.....

Happ..

"Gimana? Enak nggak mas?." Zean mengunyah nasi itu dengan perlahan. Dan matanya berbinar, Ia menatap Cyra dan mengangguk. Kini Cyra bisa melihat senyuman Zean.

"Enak." jawabnya singkat. Cyra tersenyum mendengarnya. Mereka melahap nasi gorengnya masing-masing. Setelah mereka selesai Cyra hendak membayar nasi goreng itu.

"berapa Pak?." tanya nya.

"Rp. 30.000 aja mbak."

"pakai ini." ucap Zean memberikan uang seratus ribu pada Cyra. Ia menoleh dan menggelengkan kepalanya.

"ini ada kok mas." tolak Cyra.

"ini pak Ambil aja kembaliannya." ucap Zean dengan menyodorkan uang seratus ribu pada pedagang Nasi Goreng itu.

"mas jangan dong. Pak ini aja pak." ucap Cyra kekeh. Zean menarik baju Cyra dengan lembut.

"Ambil aja pak, terimakasih."

"tapi ini banyak banget mas." ucap Tukang narsi goreng itu.

"nggak papa pak, Rejeki bapak." jawab Zean santai. Penjual Nasgor itu tersenyum dan mengangguk.

"terimakasih ya pak. Semoga diganti berkali-kali lipat sama Allah. Dan Semoga persalinan istrinya lancar." Seketika tubuh Cyra menegang mendengar hal itu.

"iya pak terimakasih." Zean mendorong bahu Cyra dengan pelan agar dirinya berjalan kearah mobil. Perasaan Cyra menjadi tak enak dengan Zean, Dirinya sudah tidak punya suami dan Zean adalah pria yang baik. Siapa yang tidak mau dengan Zean, Namun Cyra sadar diri dan belum sanggup untuk jatuh cinta lagi. Dirinya masih berada di zona nyamannya yang masih belum bisa melupakan masalalunya. Dan Cyra juga sadar diri, dirinya janda dan akan memiliki anak. Tidak mungkin akan cocok dengan Zean yang masih lajang.

"Cyra..." Sudah kesekian kalinya Zean memanggil dan kini Cyra baru meresponnya. Ia menoleh menatap Zean.

"Kenapa malah melamun?. Ada yang mau dibeli lagi tidak? Atau kita pulang." Cyra tampak berfikir, dan kemudian ia menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada mas. Pulang aja." jawabnya.

"Mas Zean." panggilnya, Zean menoleh sesaat kemudian melanjukan mobilnya.

"kenapa?."

"Maaf soal tadi ya." ucap Cyra yang kini menunduk.

"Soal tadi apa?."

"Kata penjual tadi mas. Mas jadi didoain persalinan istrinya lancar."

"itu doa untuk Kamu, ya memangnya ada yang salah?." Cyra diam, apakah Zean tak keberatan dengan ucapan itu. Bahkan Cyra sangat tidak enak hati dengannya.

"Aku minta maaf aja mas. " ucapnya lagi, dengan nada yang lebih pelan.

"Jangan dipikirkan. Saya dengar kamu mau membuka kedai didekat kantor saya." Tunggu dulu kenapa Cyra tidak fokus. Cyra menoleh dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Kantor Mas Zean?." tanya nya dengan polos.

"iya Kantor saya." 1 2 3......... Cyra baru tersadar dengan ucapan Zean.

"Ehhh.... Jadi mas itu bosnya Nadia?." Zean meliriknya sesaat dan mengangguk dengan santai. Cyra terkejut bukan main, ia merasa sangat tidak sopan dengan bos sahabatnya.

"Maaf... Maafin saya Tuan. Saya nggak tau kalau Tuan itu bos Sahabat saya." Alis Zean terangkat saat mendengar panggilan tuan dari Cyra. Rasa tak suka menyeruak dalam hatinya.

"Kenapa bicaramu formal sekali." Cyra menjadi gugup.

"Saya merasa sangat tidak sopan dengan Tuan."

"Tenanglah Cyra. Santai saja, panggil aku seperti sebelumnya. Kamu sangat tidak cocok memanggilku Tuan. Dan Bisa kamu ingat Kamu bukan karyawanku jadi jangan panggil aku Tuan."

Terpopuler

Comments

Andry Dharmawansyah

Andry Dharmawansyah

waah cerita ini begitu menghanyutkan, tidak ketebak alur ceritanya

2024-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!