..."Semudah Itu Kamu berpaling, Apakah Aku bisa tanpamu?."...
Cyra sedang duduk disofa dengan membaca sebuah novel. Sudah beberapa hari semenjak Zean datang membawa pie susu dan obat, Ia tak pernah bertemu dengannya lagi. Mungkin Zean sangat sibuk. Tak hanya membaca novel ia juga memakan buah apel yang tadi dirinya kupas.
Suara hujan yang deras membuat Hati Cyra resah. Ia mengalihkan pandangan nya menatap pintu Balkon. Sore hari ini, Hujannya begitu deras. Bahkan suara petir menggelegar.
"Mas Zean..." gumam Cyra. Perasaannya menjadi tak enak, Ia tiba-tiba memikirkan Zean.
Disisi lain Zean melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Semenjak pulang dari Bali, Ia kembali kemansion. Dan hari ini akan mengunjungi apartemen Cyra. Zean tak tahu ada satu mobil hitam yang mengikuti dibelakangnya. Zean mencoba menghubungi Bara dan basa-basi bertanya soal Container milik Cyra.
"Yaa aku akan segera sampai...."Melihat lampu merah Zean hendak mengerem. Dan berhenti, Namun Mobil yang dibelakang semakin kencang dan....
Brakkkkkk......
Mobil Zean Terasa melayang dan Matanya melihat Jelas Ada mobil lain yang lewat. Mobilnya kembali dihantam mobil lain dan membuatnya berguling beberapa kali. Nafas Zean memburu, kini merasakan sakit di sekujur tubuhnya karena pecahan kaca. Ia dengan susah payah melepas sealtbetnya dalam posisi terbalik.
Ia bisa mendengar suara banyak orang dari luar. Zean berusaha keluar dari mobilnya dengan susah payah.
"Cepat Tolong dia!!!! Mobilnya akan meledak." Semua mencoba membuka pintu mobil dengan kesusahan. ponselnya Berdering dan menandakan ada pesan masuk. Ia melihat layar ponselnya yang menunjukan Foto Cyra.
"Cyra..." lirihnya. Saat ada tangan yang memegang bahu Zean, ia menoleh. Orang itu dengan panik menarik tubuh Zean agar keluar dari mobil.
"Cyra..." lirihnya lagi saat pandangannya semakin kabur menatap Foto Cyra. Mereka yang menolongnya akhirnya berhasil mengeluarkan nya dari dalam mobil itu.
Kembali ke Cyra, Perasaan nya menjadi semakin gelisah. Ia hanya diam menatap Hujan yang begitu deras sekali. Tak lama ponsel nya berdering, melihat Nama Zean yang muncul membuat nya segera mengangkatnya.
"Hallo"
"Hallo ibu Cyra ya.... Maaf Ibu, Suami anda kecelakaan. Tolong segera kerumah sakit Bakti dan mengurus Admistrasi ya Bu. Agar pak Zean bisa segera ditangani. Kamu sedang dalam perjalanan Kerumah sakit." Mendengar hal itu membuat Jantung Cyra berdegub tak karuan. Ia terasa begitu lemas sekali.
"Ba–Baik saya akan segera kesana." Cyra segera mengambil Jaketnya dan segera pergi dari apartement nya. Perasaan nya semakin tak karuan, Setelah sampai lobi ia kebingungan bagaimana dirinya kesana. Baru saja ada yang datang dengan menggunakan taksi sehingga Cyra segera menghampirinya.
"Taksi pak."
"Nggeh mbak. Mau kemana?."
"Kerumah sakit ya pak." Cyra segera masuk kedalam Mobil itu.
"Rumah sakit Bakti pak." Jelas Cyra lagi. Ia meremas jemarinya. Tak Lama mereka sampai dirumah sakit, Cyra segera membayarnya dan keluar dari sana. Ia menerabas Hujan yang begitu deras agar masuk kedalam rumah sakit. Saat mendengar suara ambulans Jantung Cyra kembali berdegub kencang. Melihat petugas sedang mengeluarkan banker membuat Cyra tanpa berkedip menatapnya. Dan benar saja, Saat banker itu berjalan kearahnya. Wajah tampan yang ia kenali berlumuran darah.
"Mas..." Cyra juga berjalan disisi Banker. Mata Zean perlahan terbuka, Tatapannya sayu menatap Cyra. Namun Zean tersenyum, Cyra semakin menangis dibuatnya.
"Jangan lari...." Ucap Zean kesusahan. Tangannya bergerak dengan kesusahan. Saat didepan ruangan UGD Zean meminta tunggu sebentar.
"Sebentar.." lirihnya dan terdengar oleh para perawat.
" Jangan berlari lagi... " Lirih Zean. Tangannya bergerak dan mengusap lembut perut Cyra. Lagi-lagi Zean tersenyum membuatnya semakin takut.
"Mas... Apapun yang terjadi mas harus kuat ya. Mas harus sembuh." Perawat kembali mendorong bankernya.
"Maaf Ibu biar kamu menangani pasien dulu." Banker Zean masuk kedalam ruangan itu. Dan kini Cyra dengan perawat wanita yang memberikan berkas padanya.
"Mohon segera lunasi administrasi ya Bu." Cyra mengangguk dan segera mengisi data diri, mewakili sebagai keluarga nya.
"Mari Ikut saya, keruang administrasi Bu." Cyra mengangguk, airmatanya terus menetes dan mengikuti kemana perawat itu pergi. Setelah masuk kedalam ruangan itu Cyra segera mengeluarkan Kartu debitnya. Ia tak membawa uang cash sebanyak itu okay.
"Saya nggak bawa uang cash... Apa bisa?." tanya Cyra dengan takut.
"Bisa ibu. Tolong tanda tangani dulu ya Bu." Cyra membaca sekali dan menandatangani surat itu. Cyra juga menyerahkan kartunya pada Perawat itu. Setelah semuanya selesai,Cyra kembali kedepan ruang UGD. Cyra duduk dikursi tunggu sendirian. Pikirannya terlalu kalut, Ia kembali mengusap airmata. Entah kenapa Airmatanya terus menetes begitu saja.
"Cyra." Ia menoleh menatap Bara dan Nadia yang datang. Nadia segera memeluk Cyra, tubuh Cyra semakin bergetar. Ia teringat saat Zean mengusap lembut perutnya, Wajahnya berlumuran darah.
"Bagaimana dengan tuan?." Tanya Bara.
"Sedang ditangani." Ucap Cyra pelan.
"saya akan urus administrasi nya dulu..."
"Udah pak bara. Semua udah aku isi dan aku udah aku urus."
"Terimakasih Nona, Saya akan ganti biayanya nanti." Cyra menggelengkan kepalanya.
"Nggak perlu....
...****************...
Cyra Merapikan rambutnya dan mengelus perut buncitnya. Ia begitu sedih mendengar Bahwa Zean dinyatakan Koma. Sudah seminggu lamanya setelah kecelakaan itu terjadi. Ia keluar dari apartemen nya, Ia berniat untuk mengunjungi Zean.
Cyra segera masuk kedalam taksi. Ia juga membawa bekal untuk dirumah sakit, Ia berharap Zean segera siuman dan bisa mencicipi masakannya sesuai dengan keinginannya sebelumnya. setelah beberapa menit perjalanan dirinya sampai dirumah sakit. Cyra masuk kedalam rumah sakit dan menuju ruangan VIP. Kamarnya diganti oleh Bara setelah Zean dinyatakan Koma. Ia menyapa Bodyguard yang berada didekat pintu kamar.
"Pagi..."
"Pagi Nona." Cyra masuk dan melihat Zean yang masih enggan membuka matanya. Luka diwajahnya sudah mengering, Ia duduk dikursi sebelah ranjang.
"Haiii.... Aku datang lagi mas. Bawain nasi goreng nih. Katanya mas mau makan nasi goreng, Bangun yaaa..." Ucap Cyra pelan. Ia menggenggam tangan Zean.
"Sebelum Dokter Periksa, Mas pernah bilang kalau mas pasti sembuhkan. Mas baik-baik aja. Bangun dong mas. Nggak asik, Aku ngomong sendirian." ucapnya lagi. Tiba-tiba tanpa disadari ada yang masuk kedalam kamar Zean. Mereka melihat gadis itu menggenggam tangan Zean.
"Kamu siapa?." Cyra terkejut dan melepaskan genggaman tangannya. Ia menoleh kebelakang dan menatap wanita dan pria setengah baya itu.
"A–Aku..." Cyra menjadi gugup karena sudah ketahuan menggenggam tangan Zean.
"Apa yang kamu lakukan pada putraku?." Mendengar itu nafas Cyra semakin tercekat. Ia berdiri dari kursinya dan menunduk.
"Ma–Maafkan saya Om... Tante, Saya teman mas Zean." Ucap Cyra pelan.
"Mas?." Cyra gelagapan. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"emmm maksud saya Tuan Zean." Wanita itu menatap Cyra dengan santai. Ia juga sudah menyadari bahwa Cyra sedang hamil besar. Akhirnya suara tawa ayah Zean memecah keheningan.
"Kamu ini lucu sekali. Jangan Takut nak... Mama ini menakuti teman Zean." ucap Papa Zean.
"Lagipula bagaimana bisa Zean berteman dengan ibu hamil? Dimana Suami mu? Apa dia tahu istrinya sedang disini menggenggam erat tangan putraku." Ucap Mama Zean. Cyra meremas jemarinya.
"Maafin aku Tante." Ucap Cyra pelan.
"Lagipula Zean sudah bertunangan, Jangan harap kamu bisa bersama dengan Zean."
" Ma.. Jangan gitu ngomong nya. Dia itu tamu anak Kita." ucap Papa Zean yang merasa ucapan Mama Zean terlalu kasar.
"Siapa Namamu Nak?." Tanya papa Zean dengan lembut.
" Cyra Om. Tante, Om... Maafin saya ya yang udah lancang kesini. Saya cuma mau support Aja Biar Zean segera siuman."
"Memangnya Nyemangatin anak saya harus pegang tangannya?." Cyra menunduk takut.
"Dimana Suami kamu?. Dia harus tahu kelakuan istrinya kaya gini diluar sana, Pegang-pegang laki-laki lain yang bukan muhrimnya."
"Ma udah ma.." bujuk sang papa.
"Sekali lagi saya minta maaf Tante. Saya juga tidak Tahu kalau Zean sudah bertunangan. Dan untuk Suami, Saya dan suami saya sudah bercerai. Saya permisi Tante." Sejujurnya sangat sesak sekali mengatakan hal itu. Cyra menahan airmatanya.
"Pantes saja bercerai. Suami kamu sudah tau kelakuan busuk istrinya. Bahkan sedang hamil pun menggoda laki-laki yang sudah bertunangan." Cyra mendongak kan kepalanya. Menatap mama dan Papa Zean.
"Saya tidak bermaksud seperti itu Tante. Mulai sekarang saya akan menjauhi Zean. Saya dan Zean hanya teman, Apa Saya salah ingin memiliki teman? Maafin saya Tante, Om. Saya pamit dulu" Cyra pergi keluar dari Ruangan Zean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Andry Dharmawansyah
waahh kasian cyra jadi kena semprot mamah zean
2024-02-18
0