“Aku bisa jatuh kalau nggak pegangan,” ketus Alexa. Azlan berbeda dari para pria yang sering ia temui. Mayoritas pria akan terbelalak menatap kecantikannya bahkan mengemis-ngemis untuk dapat dekat dengannya, tapi Azlan tidak. Dia bahkan terlihat dingin.
Motor terus melaju tanpa ada lagi perbincangan.
“Rumahmu masih jauh?” Tanya pria itu sembari membuka kaca helm agar suaranya terdengar sampai ke telinga Alexa.
Alexa dapat menjangkau dagu pria itu yang ditumbuhi bulu kecil-kecil hingga membuat wajah pria itu terlihat seksi.
“Enggak. Belok kanan sampai rumahku, kok,” jawab Alexa. “Apa kamu takut bensinmu habis? Biar aku yang menggantinya.
Azlan diam saja.
Alexa turun saat motor sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Ia tersenyum sinis, tidak salah lagi jika ia meyakini bahwa pria yang memboncengnya itu adalah pria yang berperilaku selayaknya super hero. Tak lain Azlan.
“Thank you, Azlan Ubaidillah,” ucap Alexa.
Azlan akhirnya membuka kaca helm memperlihatkan wajahnya. Lalu ia mengangguk.
“Kemarin kamu datang ke rumah untuk ngelamar kerja bukan? Masuklah, kita bicarakan pekerjaan yang kamu butuhkan.” Alexa melenggang masuk.
Azlan berpikir. Kemudian ia mengendarai motor melintasi gerbang. Idris bangkit berdiri dan menghampiri Azlan yang memarkirkan motor di dekat pos satpam.
“Nggak salah, lo tadi ngeboncengin Nona Alexa? Ck ck ck… Gue yang udah bertahun-tahun kerja di sini aja belum pernah punya kesempatan emas itu.” Idris menepuk lengan Azlan.
“Gue ke dalem dulu, Nona lo nawarin kerjaan.”
“Cocok. Semangat ya, semoga sukses.”
Azlan melenggang masuk rumah. Alexa sudah duduk di sofa menunggunya. Azlan duduk di hadapan Alexa, berseberangan dengan meja.
“Aku dengar dari Idris, kamu pernah bekerja jadi security selama beberapa tahun di sebuah perusahaan ternama dan bahkan diangkat menjadi kepala koordinator. Benar, bukan?” tanya Alexa.
“Ya.”
“Aku butuh bodyguard, kamu-lah orangnya.” Kulit halus Alexa meremang mengingat hidupnya penuh ancaman, Leo-lah satu-satunya alasan kecemasannya.
Azlan terpaku mendengar tawaran tersebut.
“Artinya aku harus mengawasimu?” tanya Azlan.
“Yess, dua puluh empat jam, waktumu untukku.”
Azlan mengesah. Dua puluh empat jam mengawasi Alexa, artinya ia harus bersama gadis itu kemanapun pergi.
“Tenang aja, dalam dua puluh empat jam yang aku maksud bukan berarti kamu harus melek ngawasin aku selama itu. Kamu hanya perlu ada bersamaku kemana pun aku pergi. Aku yakin kamu ngerti banget apa aja tugas seorang bodyguard.”
“Sorry, aku nggak bisa.” Azlan bangkit berdiri. Ia paham dua puluh empat jam yang dimaksud Alexa bukan berarti ia harus terus bersama Alexa di setiap menit. Intinya, kesehariannya akan menghabiskan waktu bersama Alexa, rasanya tidak lazim ia terus berduaan dengan gadis yang bukan muhrim, akan ada banyak celah dosa, akan ada banyak hasutan iman. Alexa tidak tahu pria seperti apa yang sedang dia ajak bicara. “Permisi. Aku pergi.”
Azlan melenggang menuju pintu.
“Aku akan bayar dua kali lipat dari gaji yang kamu terima di perusahaan lamamu.”
Tawaran itu membuat langkah Azlan terhenti. Ia berpikir sejenak. Bundanya sedang membutuhkan uang untuk banyak hal yang tidak bisa disebutkan satu-satu, dan tawaran Alexa begitu menggiurkan.
“Maaf, aku nggak bisa.” Azlan kembali berjalan melintasi pintu dan hilang dari pandangan.
“Shit! Berani banget dia menolak tawaranku. Bener-bener sombong dan keras kepala. Dia pikir dia siapa?” Alexa menggerutu kesal.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Sumardani Yati Ori
emang enak ditolak......😛😅🤔eh tapi jarang deng
2022-09-28
0
Pratiwi Ratih
bukannya azlan udh tau rumahnya yah....
🤔
2022-06-08
0
Ghendis Arrumi
dikiranya biar kesan seru malah bikin tumpang tindih nggak jelas
2022-03-24
0