Azlan mengendarai motor dengan kelajuan sedang. Pagi itu adalah hari ketiga ia bekerja di perusahaan sebagai krani gudang. Sebenarnya ia kurang betah bekerja di sana, namun demi lembaran rupiah, ia harus bersemangat. Apa lagi orang tua dan adik-adiknya sangat membutuhkan uang untuk biaya hidup dan sekolah yang nominalnya tidak sedikit.
Terpaksa Azlan harus melintasi jalan tikus alias jalan kecil untuk menghindari kemacetan supaya ia tidak telat mengingat jalan di depannya lumayan padat.
Mata Azlan menyipit mengawasi pemandangan di depan. Ia melihat sebuah mobil ditodong dengan senjata api oleh seseorang, beberapa orang lainnya berpakaian hitam tampak mengelilingi mobil tersebut. Ada mobil lain yang melintang di depan mobil yang ditodong.
Azlan langsung tahu apa yang sedang terjadi di hadapannya, perampokan.
Detik berikutnya seseorang keluar dari pintu mobil belakang yang ditodong.
Azlan memperlambat kelajuan motor menatap sosok yang keluar dari mobil tersebut. Ia mengenalinya, tak lain direktur di kantornya.
Kemudian beberapa orang yang mengelilingi mobil tampak membungkukkan tubuh untuk memasukkan separuh atas tubuhnya ke mobil dan mengambil koper dari dalam mobil.
Direktur terlihat pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa melihat koper berisi uang miliknya diangkut oleh perampok.
Tidak perlu berpikir dua kali, Azlan segera mengegas motornya dengan kelajuan di atas normal hingga kendaraannya meluncur cepat menuju ke arah perampok. Dengan sangat gesit dan gerakan yang tidak dapat diduga-duga, ia melepas stang motor dan membungkukkan tubuh kemudian lengannya menjulur lalu menyambar koper dari tangan perampok. Aksinya bak super hero di TV membuat Joan terperangah takjub.
Azlan meletakkan koper diantara pahanya kemudian memutar haluan motor hingga berbalik dan sengaja ia menyerempetkan kendaraannya ke arah dua orang perampok terebut. Si perampok yang tidak menduga gerakan kilat itu pun terpelanting dan senjata api di tangannya terlepas, terlempar cukup jauh dari tempatnya tersungkur.
Azlan kemudian menghentikan motornya tepat diantara dua perampok yang tersungkur sementara dua perampok lainnya menatap Azlan sengit.
“Bang*at! Saipa kau? Beraninya kau ikut campur urusanku!” pekik perampok dengan urat rahang mengeras.
Azlan tidak menggubris perkataan si perampok yang mengenakan kaca mata hitam itu. Ia menyerahkan koper kepada Joan dengan tenangnya.
Kesal, dua perampok yang berada di posisi berdiri pun maju dan member tendangan kepada Azlan. Tendangan mereka hanya mengenai udara karena Azlan berkelit dengan cepatnya. Perkelahian antara Azlan melawan dua perampok terjadi begitu sengit.
Joan mempeerhatikan gerakan tubuh Azlan saat berkelit, memukul dan menendang lawan dengan seksama.
“Awas!” teriak Joan saat ia melihat salah seorang perampok yang terserempet motor tadi bangkit bangun dan melayangkan tendangan ke arah Azlan dari arah belakang.
Azlan menoleh dan tendangan lawan tidak mengenai tubuhnya. Namun saat kedua tangan dan kakinya beradu dengan pukulan tiga lawan di hadapannya, tiba-tiba ia merasakan tendangan dahsyat dari arah belakang. Tubuhnya tersungkur dan salah seorang perampok menggunakan kesempatan itu untuk menendang wajahnya.
Tak butuh waktu lama untuk Azlan terpuruk, detik berikutnya ia bangkit bangun dnegan gerakan kilat dan kembali memberikan pukulan ke arah lawan. Tangannya sempat menyambar senjata api milik perampok yang terjatuh dan kemudian dia todongkan ke arah empat perampok tersebut.
“Pergilah! Atau kepala kalian akan pecah dengan senjata ini!” titah Azlan membuat empat perampok saling pandang kemudian mereka berhamburan, memasuki mobil lalu pergi.
Azlan menepuk-nepuk lengan bajunya untuk menyingkirkan debu dan tanah yang menempel di kemejanya.
“Azlan, terimakasih!” Joan mendekati Azlan.
Azlan mengangguk.
“Ini untukmu.” Joan menyerahkan setumpuk uang.
“Tidak, Pak. Saya melakukan ini bukan untuk uang. Saya murni membantu.”
Joan mengernyit. “Tanpa kamu, uangku sudah raib.”
“Itu hak Bapk. Saya jangan diberi imbalan.”
“Apa kamu pernah belajar bela diri?” Joan mengingat setiap gerakan tubuh Azlan yang begitu gesit saat menghadapi lawan.
“Ya.”
Joan mengangguk.
“Saya permisi, Pak.” Azlan melewati pimpinannya itu kemudian mengendarai motornya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 236 Episodes
Comments
Isma Wati
mantap ceritanya
2021-10-04
0
Hasanah Amrullah
Q paling suka baca novel yg ada adegan actionnya dan romantis juga
2021-10-04
0
Yuyun Crb
aku mau banget jd istrinya🤭😁😁
2021-09-17
0