Keseokan harinya, Sekar berangkat lebih pagi. Dia pun tidak sarapan. Asriati hanya bisa pasrah. Sudah sangat jelas bahwa sedang ada masalah antara Sekar dan Aryo. Apalagi Aryo tidak pulang semalaman. Rasanya Asriati ingin sekali melempar sesuatu ke kepala anak tunggalnya itu jika dia sudah muncul.
Di depan rumah saat Sekar hendak naik taksi, Aryo baru saja masuk ke pekarangan. Ia langsung ke luar dari mobil dan berlari menghampiri Sekar.
" Sekar, aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf. Kamu tidak menungguku kan? kemarin kamu pulang jam berapa? Aku antar ya sekarang?"
" Tidak perlu, mulai sekarang kita jalani kegiatan kita masing-masing. Jangan saling mencampuri. Dan untuk kemarin, huh, siapa juga yang menunggumu. Kurang kerjaan. Selamat pagi."
Sekar masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu dengan sangat keras. Aryo termangu saat taksi sekar semakin menjauh. Ia mengacak rambutnya kasar. Tak lama ia memakai dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia ketiduran di rumah Rima. Meskipun dia tidur di kursi ruang tamu, tapi jelas itu adalah sebuah kesalahan besar.
" Rima, mengapa kamu tidak membangunkan aku?" ucap Aryo saat dia menyadari dirinya ketiduran.
" Ma-maaf Yo, aku aku tidak tega membangunkan kamu. Kamu terlihat sangat kecapekan. Aku sungguh tidak tega membangunkan kamu," ucap Rima lirih.
" Argh, Sial. Pasti Sekar akan sangat marah."
Aryo langsung saja pulang tanpa menanyakan keadaan Rima. Ia sungguh merasa sangat bersalah kepada Sekar. Aryo pulang dengan terburu-buru. Tapi sepertinya Sekar sudah terlampau marah kepada dirinya. Terbukti, tatapan mata yang tadinya masih lembut kini berubah menjadi tajam dan dingin. Bahkan kata-kata Sekar terkesan ketus,
Plak!
Sebuah tamparan melayang ke pipi Aryo saat dia baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Aryo tidak protes, mungkin itu adalah bentuk hukuman yang harus dia terima. Tatapan mata nyalang Asriati membuatnya tidak berani berkutik.
" Keterlaluan kamu Aryo. Kemana saja kamu semalam ini hah! Dimana kamu tidur! Benar-benar kamu ya! Ibu sungguh tidak habis pikir dengan isi kepalamu itu."
" Maaf bu."
" Bukan kepada ibu kamu harus minta maaf. Tapi kepada istrimu. Apa kamu tahu, Sekar semalam sampai rumah jam 10. Ibu yakin dia menunggumu menjemputnya."
Deg!
Jantung Aryo berdetak lebih cepat dari hitungan normal. Ia tidak menyangka bahwa Sekar akan menunggunya. Ia pikir sekar akan pulang seperti apa yang dikatakan tadi sebelum amsuk ke taksi.
" Maaf."
" Terserah!"
Asriati pergi meninggalkan sang putra yang masih berdiri termangu. Aryo hanya menunduk dia bahkan tidak berani menatap wajah sang bapak.
"Jika kau berani macam-macam, aku tidak segan untuk tidak mengakui mu sebagai anak."
Ucapan Suseno kali ini tidak bercanda. Pria paruh baya itu terdengar sangat serius. Aryo hanya menghela nafasnya kasar. Ia lalu berjalan dengan gontai masuk ke kamar.
Aryo memindai kamarnya, semua terlihat masih sama. Tidak ada yang berubah. Sekar juga merapikan tempat tidur yang telah dipakai. Semua terlihat seperti sedia kala.
" Aku harus minta maaf dengan baik," gumam Aryo lirih. Dia menghubungi Ari, mengatakan bahwa hari ini tidak akan datang ke kampus.
Sekar, setelah memberikan alasan kepada Dewandaru dan Ida mengapa dia mengambil mobil, akhirnya berangkat ke rumah sakit. Sepanjang jalan dia memikirkan kemana Aryo pergi. Tidak pulang semalaman apakah, ada sesuatu yang dia tidak tahu.
" Apa dia menemui mantan istrinya? Aah persetan dengan itu. Jika Itu Memang terjadi maka aku akan bersikap bodo amat. Terserahlah, dia mau melakukan apa itu bukan urusanku."
Tampaknya Sekar meneguhkan hatinya untuk tidak terpaut kepada Aryo. Dia akan memilih seperti sebelumnya, yakni mengurusi urusan masing-masing. Mungkin kemarin keputusannya untuk menerima pernikahan Ini adalah sebuah kesalahan.
" Baiklah, semangat bekerja. Ini lebih baik ketimbang memikirkan pria itu. Tidak ada gunanya."
Sekar memarkirkan mobilnya di parkiran khusus karyawan. Dia mauk ke dalam gedung rumah sakit dengan perasaan yang lebih baik. Di lobby ia bertemu dengan dokter Syah. Sebuah sapaan hangat dan senyuman manis dari dokter Syah menjadi sarapan paginya.
" Apakah hari ini lebih baik daripada hari kemarin?"
" Tentu saja dokter, Terima kasih untuk yang tadi malam. Apakah Dokter sudah sarapan?"
Dokter Syah menggeleng, Sekar lalu mengajak pria itu untuk sarapan bersamanya. Ia melakukan hal tersebut karena sebagai ucapan terima kasih untuk bantuan dokter Syekh semalam.
" Jangan GR ya dok, saya cuma mau mengucapkan terimakasih."
" Waah Kar, kamu sungguh menusuk hatiku. Padahal aku sudah berbunga-bunga saat kamu mengajakku sarapan."
Keduanya tertawa bersama. Syah sungguh senang bisa melihat tawa Sekar yang begitu lepas. Setelah kabar pernikahannya baru kali ini dia melihat Sekar seseorang itu. Syah mengambil sebuah kesimpulan bahwa mungkin Sekar sudah melepaskan semua bebannya.
Pemandangan itu tidak lepas dari tangkapan mata ayah Sekar. Dewandaru memicingkan matanya melihat sang putri tertawa senang bersama dokter Syah. Hal ini jelas tidak pernah ia lihat sebelumnya. Sekar yang Daru ketahui memang banyak memiliki teman laki-laki daripada teman perempuan, tapi Sekar tidak pernah dekat dengan karyawan yang ada di Rumah Sakit Mitra Harapan selain Mondi sang asisten pribadi. Maka dari itu Daru merasa sedikit heran.
Saat keduanya selesai sarapan, Daru menarik tangan Sekar ke ruangannya. " Papa tidak pernah melihat kamu dekat dengan dokter Syah, tapi kenapa sekarang kamu terlihat begitu akrab?"
" Pa, aku hanya mengakrabkan diri dengan para karyawan. Bukankah itu hal yang wajar bagi seorang bos."
Alasan Sekar bisa diterima oleh Daru, hal tersebut memanglah sebuah peristiwa yang wajar. Akan tetapi, Daru merasa ada yang berbeda dari tatapan dokter Syah kepada putrinya itu.
" Baiklah terserah kamu, asalkan kamu masih bisa menjaga batasan. Ingat nak kamu sudah bersuami. Jangan membuat persepsi orang buruk terhadapmu."
" Jangan khawatir Pa, Sekar tahu kok kalau Sekar itu sudah ber su a mi."
Sekar menekankan kata suami saat berbicara kepada kepada papa nya. Dia jelas tidak lupa akan hal itu. Apalagi pernikahannya Baru berlangsung seminggu ini.
" Ya sudah Pa, aku mau masuk ke ruanganku dulu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."
Sekar meninggalkan Daru yang, ia sedang tidak ingin berbicara banyak mengenai pernikahannya. Maka dari itu Sekar buru-buri pergi.
" Kar, jangan main api," ucap Mondi tiba-tiba. Rupanya Apa yang dilakukan Sekar di kantin bersama dokter Syah tadi bukan hanya dilihat oleh Dewandaru, tapi juga dilihat oleh Mondi.
" Apaan sih Mon?"
" Kar, aku tahu ya pembicaraan kamu dan dr. Syah waktu itu. Dia menyatakan cinta padamu kan? Aku harap kamu hati-hati. Ingat kamu sudah menikah. Apapun yang terjadi antara kamu dan suami mu jangan sampai ada orang lain diantara kalian. Ini hanya sebuah saran dari teman, aku harap kamu lebih hati-hati. Jangan memberikan kesempatan sedikitpun pada orang luar."
Deg!
Sekar seperti tertampar dengan Mondi. Tapi sungguh dia tidak ada niat sedikitpun untuk membuka celah kepada dr. Syah. Ia tulus mengucapkan terimakasih, tidak lebih dari itu.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ketawang
jika sdh brkomitmen menikah alangkah baiknya mnjauhi brhubungn trlalu dekat mskipun hnya skedar teman kpd lawan jenis👍🏻👍🏻
2024-11-01
0
Mardiana
iya jangan main api, kalo Aryo biarin aja yg penting Sekar jangan. biar rasain nanti aryo
2025-02-26
0
Maria Magdalena Indarti
kl sdh menikah emang hrs ada batas di pergaulsn
2025-02-23
0