Rima dengan dibantu Samsul mengurus kepulangan Riri. Meskipun hatinya sangat hancur, Rima tidak mungkin membiarkan Riri terlalu lama di rumah sakit. Pemakaman harus segera dilakukan.
Dengan menggendong bayi mungil nya Rima keluar dari rumah sakit. Ia ingin sekali meraung, tapi kemudian Rima teringat oleh ucapan Samsul, mungkin saja ini adalah yang terbaik untuk semuanya.
" Ada apa itu pak?" tanya Sekar kepada satpam yang ada di sana.
" Oh itu bu, baru saja ada seorang ibu yang membawa bayinya tapi ternyata bayinya tidak selamat."
" Duh kasihan sekali. Semoga diberi ketabahan."
Rupanya Sekar tadi sempat berpapasan dengan Rima. Rima keluar dari rumah sakit dan Sekar masuk ke dalam. Ia memang masuk ruang IGD karena ingin memeriksa beberapa hal.
" Bagaimana Mon, adakah sesuatu yang aneh?"
Mondi mengangguk kecil. Keduanya langsung kembali keluar dari bagian tersebut dan kembali ke ruang presdir milik Sekar.
" coba aku lihat yang tadi."
Mondi menyerahkan sebuah map yang mana itu berisi laporan barang keluar dari produsen ala kesehata yang mereka tadi datangi. Dan sungguh mengejutkan, harga yang mereka berikan berbeda dengan kuitansi yang diberikan oleh bagian keuangan.
" Aku yakin, ini orang berbuat curang Mon. dan bukan hanya sekali atau dua kali mereka melakukan hal tersebut."
" Kapan kita akan melakukan pemanggilan?"
Sekar terdiam sejenak, ia memikirkan waktu yang tepat. Dan bukti ini belum sepenuhnya terkumpul. Ia harus memastikan dulu sebuah hal sebelum menangkap orang yang berbuat curang.
" Nanti akan aku kabari Mon, tapi yang jelas paling lambat lusa."
Mondi mengerti, pria tersebut lalu keluar dari ruangan Sekar dan menuju ke ruangannya sendiri untuk kembali menyelesaikan laporan. Untuk akreditasi rumah sakit kali ini, banyak yang harus segera Mondi selesaikan.
" Dasar kampret, siapa yang berani melakukan kecurangan seperti ini. Waah, baru sekelas pekerja saja sudah berani melakukan korupsi, bagaimana jika sudah jad pejabat?"
Sekar melakukan pekerjaannya hingga sore hari. Tepat jam 5 sore dia menyudahi semuanya. Sekar berdiri sejenak dan menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan. Rasa lelah itu begitu terasa. Apalagi bagian leher, itu sungguh sangat kaku. Seharian dia memeriksa berkas keuangan yang bermasalah itu membuat kepalanya sedikit berdenyut.
" Aah sial, aku tidak membawa mobilku sendiri. haruskan aku pulang ke rumah mama, nanti aku kena omel. Pulang saja naik taksi lah. Aah iya, pulang ke rumah si duda itu. Ishh, rasanya males ketemu sama tuh duda."
Sekar menggerutu sambil berjalan ke luar. Setiap orang yang berpapasan dengan Sekar menyapa dan memberi hormat.
" Hai sekar,"
" Eh dr. Syah, sudah pulang juga?"
" Iya, kebetulan jatah jaga pagi, jadi sekarang siap untuk pulang."
Sekar tersenyum, dr. Syah memang selalu ramah saat berbicara dengan dirinya. Dan perlu diketahui, banyak sekali perawat maupun dokter muda lainnya yang menyukai pria tersebut. Pembawaannya yang ramah, dan murah senyum membuat semua lawan bicaranya senang. jangan lupakan wajah tampan seperti aktor Roy Marten, semua gadis pasti menyukainya.
" Pulang naik apa, apakah tidak membawa mobil?"
" Iya dok, saya paling naik taksi."
" Mau ku antar?"
Sekar berpikir, sebenarnya lumayan juga kalau nebeng dr. Syah, ia akan cepat sampai rumah. Tapi Sekar kembali ingat bahwa dirinya sekarang bukanlah wanita single. Statusnya adalah seorang istri. Dia tidak mungkin sembarangan terlihat berdua dnegan pria yang bukan mahramnya.
" Maaf dokter, sepertinya saya pulang naik taksi saja. Terimakasih atas niat baik dokter. Permisi."
Syah tersenyum lalu mengangguk, ada sebuah rasa kecewa di hatinya. Tapi keputusan Sekar sungguh sangat bijak, ia kagum dengan wanita tersebut. Ia tahu posisinya saat ini adalah wanita yang bersuami.
" Sepertinya aku harus segera mengubur rasaku untukmu Kar, sebuah doaku untukmu, semoga kau bahagia bersama dengan suamimu."
dr. Syah memantapkan hatinya untuk memupus rasa cintanya. ia sendiri merasa tidak pantas jika terus menaruh rasa kepada wanita yang jelas sudah bersuami.
Diperjalanan menuju pulang ke rumah sang suami, Sekar terus memikirkan mengenai pernikahannya. Agaknya percuma saja dia mengingkari ini karena semua sudah terjadi.
" Apakah aku harus menerima pernikahan ini? Belajar untuk mencintai pria itu yang berstatus sebagai suamiku?"
Sekar gamang, ia tentu bukan wanita bodoh yang tidak tahu bahwa pria yang dia nikahi adalah pria yang belum selesai dengan masa lalu nya. tapi sebuah bisikan kecil masuk ke kepalanya.
" Lantas, apakah kau akan mengalah? Membiarkan dirimu kalah dengan bayang-bayang yang jelas tidak berwujud itu?"
Sekar menggenggam erat kedua tangannya lalu mengangguk. Dia sepertinya sudah memutuskan sesuatu.
Ckiit
Taksi berhenti tepat di luar pagar kediaman Suseno. Bersamaan dengan itu, mobil Aryo juga baru saja masuk ke pekarangan rumah.
Setelah menyerahkan sejumlah uang sesuai tarif, Sekar masuk lalu meraih tangan Aryo dan menciumnya. Lagi-lagi Aryo tertegun saat Sekar melakukan hal tersebut. Ada rasa canggung tapi hatinya menghangat.
" Kamu baru pulang juga? apakah sampai jam segini waktumu bekerja."
" Iya, aku selalu pulang jam 5 dari rumah sakit."
" Besok aku akan menjemputmu di rumah sakit setiap jam itu."
Sekar tersenyum, ya dia memutuskan untuk mencoba menerima pernikahan mereka. lagi pula , percuma jika terus diam-diaman, terlebih mereka hidup di satu atap bahkan di satu kamar.
keduanya masuk ke dalam rumah bersamaan tepat menjelang adzan magrib. Suseno dan Asriati saling melempar senyum saat melihat anak dan menantunya sudah lebih mencair raut wajahnya ketimbang tadi pagi saat berangkat kerja.
" Kalian segera lah membereskan diri dan mari laksanakan ibadah bersama."
Aryo memilih untuk mandi di kamar mandi luar dan Sekar mandi di dalam kamar. Keduanya selesai bersamaan lalu menuju mushola kecil yang memang dibuat oleh Suseno di sudut rumahnya.
Keempatnya beribadah dengan khusyu. Setelah usai, Astuti mengajak semuanya untuk makan malam bersama. Dan makan malam berjalan dengan tenang hingga seseorang menekan bel rumah mereka.
Aryo langsung bangkit dan menuju ke pintu untuk melihat siapa tamu yang datang.
" Maaf, cari si ... kau?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mardiana
siape tuhhh
2025-02-26
0