Sekar sangat fokus dengan pekerjaannya. Apalagi ia tengah menyiapkan akreditasi untuk RSMH. Akreditasi rumah sakit sangatlah bermanfaat untuk peningkatan kualitas rumah sakit diantaranya adalah Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit; Meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit; Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya manusia Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi; Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.
Maka dari itu, Sekar saat ini sungguh fokus. Ia bahkan tidak lagi memikirkan pernikahannya yang kemarin begitu tidak ia inginkan. Biarlah urusan itu menjadi urusan pribadinya nanti.
Sekar mengerutkan keningnya saat membaca laporan keuangan beberapa bulan yang lalu. Ia merasa jumlahnya tidak sesuai. Antara pengadaan alat-alat kesehatan dan uang yang dikeluarkan tidak sesuai. Sekar lalu memeriksa kuitansi yang dikumpulkan sebagai bukti pembelian. Ada beberapa yang janggal di sana.
" Ini, meskipun aku jarang sekali membeli alat kesehatan, tapi jelas ini bukan harga yang sebenarnya."
Sekar bangkit dari kursinya, ia lalu memanggil Mondi. Pria berusia 27 tahun itu adalah asisten sekaligus sekretaris pribadinya.
" Mon, kamu lihatlah. Ada yang tidak beres deh dengan hal ini."
Mondi menghentikan pekerjaannya lalu mengambil kertas-kertas hasil laporan dari divisi keuangan yang diberikan oleh sekar. Ia melihatnya dengan seksama.
" Ini sepertinya baru bulan kemarin di beli ya?"
" Bukan soal baru kemarin beli Mon, tapi aku lihat laporan tengah tahun itu banyak sekali yang janggal. Lihat deh kuitansinya, penulisan angkanya seperti diubah."
Mondi memicingkan matanya, dan benar saja, banyak angka yang seperti di belokkan. Dari 2 menjadi 3 dari 1 menjadi 7 atau bahkan 10. Dimana bukan hanya satu atau dua, tapi setiap bulan ada dan lebih dari satu.
" Kar, mending kita coba cek ke distributor alkesnya langsung deh. Kita ricek kesana untuk memastikan hal ini. Jika apa yang kita pikirkan benar, maka kita harus ambil tindakan. Ini sudah masuk dalam ranah hukum, termasuk kasus korupsi. Kita jelas harus segera mengusut ini."
" Aku setuju Mon, ayo pergi sekarang juga!"
Mondi membulatkan matanya, ia lalu membuang nafasnya kasar. Ia tidak menyangka Sekar akan mengajaknya untuk pergi sekarang juga, detik ini juga. Ia pikir nanti setelah makan siang, atau paling tidak setelah ia menyelesaikan beberapa laporan.
" Huuft, kamu selalu bersemangat. Tapi apakah karena setelah menikah semangatmu semakin bertambah? Ngomong-ngomong, bagaimana malam pertamamu? pasti asyik kan? Ku pikir kamu akan cuti untuk bergelung hangat dengan suamimu?"
" Sekali lagi kamu menyinggung itu, akan ku potong gajimu bulan ini."
Mondi langsung membungkam mulutnya dengan tangan. Bos wanitanya itu benar-benar selalu bisa membuatnya diam tak berkutik dan membuatnya selalu menurut.
" Mon, bawa mobil kan? ayo cepat! Jangan lupa bawa file itu."
" Siap bos!"
Sekar berjalan beriringan dengan Mondi pergi dari RSMH menuju salah satu perusahaan yang memenangkan tender untuk pengadaan alkes RSMH. Jika perusahaan tersebut ikut terlibat soal manipulasi harga, maka Sekar akan membawa hal tersebut ke jalur hukum. Jelas ini sungguh merugikan rumah sakit.
Kepergian Sekar dan Mondi ternyata diperhatikan oleh beberapa orang. Sebagian orang menganggap itu adalah hal biasa tapi bagi sebagiannya lai mereka merasa sangat khawatir.
" Apa yang sedang mereka kerjakan ya," tanya seorang wanita kepada rekannya.
" Entahlah, tapi biarkan saja," jawab pria itu santai.
" Tapi bagaimana kalau dia sedang menyelidiki apa yang kita perbuat?"
Si wanita terlihat begitu khawatir. Rupanya mereka mungkin adalah orang yang memanipulasi kuitansi alat-alat kesehatan.
" Halah, tidak usah takut. Tidak akan ketahuan, itu sangat rapi kita lakukan. Jika sepertinya mulai terendus, kita harus buru-buru mengundurkan diri. Bukankah sudah cukup apa yang kita kumpulkan sayang."
Ternyata pria dan wanita itu adalah sepasang kekasih. Entah berapa yang sudah keduanya kumpulkan dari kecurangan tersebut, tapi agaknya, keduanya sangat yakin bahwa mereka tidak akan ketahuan.
Berbeda dengan Sekar yang mendapati bahwa ada kecurangan keuangan di rumah sakit maka Aryo saat ini tengah memimpin rapat untuk pengajuan fakultas yang baru. Fakultas yang akan diajukan adalah Fakultas Sains dan Teknologi, yang terdiri dari beberapa progam studi. Diantaranya adalah Program Studi Biologi (S1), Program Studi Sistem Informasi (S1), Program Studi Agribisnis, dan Program Studi Teknologi Pangan (S1). Ya Aryo akan melakukan pengajuan fakultas itu setelah dia merekrut dosen yang kompeten di bidangnya.
" Jadi apakah semuanya sudah siap?" tanya Aryo.
" Sudah Pak Aryo, semua syarat sudah terpenuhi hanya tinggal mengajukannya saja ke Kemendikbud," jawab Ari asisten pribadinya.
Aryo mengangguk paham, ia lalu meminta Ari dan satu orang lagi untuk membantunya membawa semua persyaratan itu ke kantor Kemendikbud. Ia harus cepat melakukannya sehingga saat penerimaan mahasiswa baru merea sudah siap untuk membuka fakultas dengan 3 progam studi tersebut.
Tentu hal tersebut sudah ia bicarakan kepada sang bapak. Dan Suseno sangat setuju dengan usulan sang putra. Dengan begini Universitas Nusantara akan semakin baik di mata masyarakat dan siap bersaing dengan PTN dan PTS yang lain.
Dengan menggunakan mobil milik universitas Aryo besama dua orang lainnya siap pergi. Sepanjang ia berjalan dari ruangan miliknya ke parkiran, setiap mata tak lepas memandangnya. Terlebih para mahasiswi. Sudah jadi rahasia umum bahwa putra pemilik universitas itu adalah pria yang tampan. Meskipun sikapnya sungguh dingin tapi itulah yang semakin membuatnya menjadi menarik.
" Ya Tuhan, mengapa setiap hari Pak Aryo semakin tampan ya?"
" Kau benar, tapi dia tidak tersentuh. Haah, sikapnya sungguh dingin. Konon katanya dia punya kekasih, wanita itu adalah wanita tercantik di kampus. Dan mereka sungguh pasangan yang serasi. Tapi entahlah, apakah akhirnya mereka bersama atau tidak."
Pembicaraan para gadis itu jelas bisa Aryo dengar. Namun, dia acuh. Dia jelas tidak peduli dengan para ocehan para mahasiswa perempuan itu.
" Pak Aryo apakah sudah semua?"
" Ah iya, Pak Jaja, mari kita berangkat."
Pak Jaja, supir dari kampus itu langsung menyalakan mobil dan menjalankannya menuju alamat yang sudah diberikan kepadanya. Sebuah doa yang Aryo panjatkan agar semua ini berjalan lancar dan tidak membutuhkan waktu lama untuk disetujui.
" Yo, ini semua aman kan. Kira-kir prosesnya cepat tidak ya," tanya Ari. Jika di luar kampus, Ari hanya akan memanggil santai kepada Aryo.
" InsyaAllah aman Ri. Kita berdoa saja semoga segera disetujui," jawab Aryo.
Saat Pak Jaja berhenti di lampu merah, Aryo melihat ke arah jendela. Pria itu menyipitkan matanya saat melihat ke mobil sebelah. Ia seperti mengenali orang yang ada di mobil.
" Bukankah dia?"
Aryo hendak memanggil, tapi sial mobil itu sudah melaju dan ternyata mereka berbeda arah. Aryo mencoba mengingat kembali saat tadi, ia yakin bahwa penglihatannya tidak salah.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mardiana
Sekar ya?
2025-02-26
0
Juragan Jengqol
sekar apa rima?
2023-12-27
1