Aryo sungguh kesal kepada bapak dan ibunya. Dia jelas tidak menyangka bahwa kedua orang tuanya akan memutuskan pernikahan secepat itu. Ia pikir hanya akan bertunangan dulu, tapi tiba-tiba sudah langsung menetapkan tanggal.
Pemuda, eh duda 25 tahun itu ingin sekali marah. Tapi sungguh tidak bisa amarah itu keluar dari mulutnya. Ia hanya menampakkan raut wajah tidak suka.
" Kenapa, kamu tidak terima?" ucap Suseno sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menatap sinis kearah putra semata wayangnya itu.
" Kan bukan seperti ini perjanjian awalnya. Bapak katanya cuma mau melamar dulu, tapi kenapa ini langsung menetapkan pernikahan. Pak, aku dan gadis itu belum saling mengenal. Bagaimana kita bisa menikah?"
Suseno membuang nafasnya kasar. Agaknya sang putra sedang mengalami hilang ingatan. Aryo lupa bahwa mengenal seorang wanita dalam jangka waktu lama tetap tidak menjamin sebuah hubungan yang baik dan awet.
" Jangan berlagak amnesia kamu Yo. Kamu lupa, bahwa Rima, wanita yang baru saja sehari kamu nikahi tiba-tiba pergi meninggalkan rumah. Hanya karena alasan masih ingin melanjutkan studi dan tidak ingin terikat pernikahan. Kamu lupa, wanita yang begitu kamu cintai, sampai-sampai kamu mengabaikan ucapan bapak dan ibu itu sudah meninggalkan dirimu. Menikah baru sehari, pesta baru saja selesai, dan dia malah pergi."
Aryo seketika tertunduk, mulutnya kembali bungkam dengan setiap kalimat yang diucapkan oleh Suseno. Semuanya tidak ada yang salah karena itu adalah fakta. Fakta yang sangat kecut dan menyakitkan dalam 25 tahun kehidupannya.
Rimawati Gunawan, seorang wanita yang telah Aryo pacari selama kuliah di universitas. Mereka berpacaran kurang lebih 4 tahun, dan akhirnya memutuskan menikah.
Namun, sebuah kenyataan pahit harus Aryo terima saat sang istri pergi di malam pertama mereka. Dan setelah dua bulan lamanya baru Rima muncul lalu meminta sebuah perceraian.
Sakit hati Aryo begitu pula dengan Suseno dan Asriati. Mereka seperti dipermainkan oleh wanita tersebut. Dan yang membuat Suseno geram Keluarga Gunawan sama sekali tidak memberikan penjelasan apapun. Bahkan saat putri mereka meninggalkan kediaman Suseno, Gunawan sebagai ayah tidak berkata apapun. Mereka seolah-olah menutupi kelakuan Rima.
" Sudahlah Yo, kali ini biarkan kami memilihkan seorang istri untukmu. Sekar adalah gadis yang baik dan cerdas. Diusianya yang baru 19 tahun, dia sudah membantu sang ayah di rumah sakit. Dewandaru adalah seorang dokter yang hebat. Tapi Sekar tidak mau mengikuti jejak sang ayah, dia hanya mau membantu pengelolaan manajemen Rumah Sakit Mitra Harapan."
" Apa yang dikatakan bapakmu benar Yo, Sekar adalah pilihan yang tepat untuk jadi pendampingmu. Percayalah, feeling seorang ibu tidak akan salah, dan ibu yakin Sekar akan jadi istri yang baik dan kamu cintai. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti. Ibu yakin kamu akan sangat mencintainya."
Aryo membuang nafasnya kasar. Sepertinya bapak dan ibunya begitu yakin akan hal itu. Tapi saat ini dia hanya bergeming dan bergumam pelan, " Mana bisa mencintai kalau tidak mengenali?"
Aryo lalu memilih masuk ke kamar. Ia mengambil salah satu dari koleksi piringan hitam miliknya untuk diputar. Sebuah album dari The Beatles ia nyalakan melalui gramophone. Aryo pun ikut bersenandung mengikuti band asal Inggris tersebut sambil mengganti pakaiannya.
" Rima, mengapa kamu begitu tega kepadaku? Jika kamu memang belum ingin menikah, mengapa kamu menikah dengan aku waktu itu? Apa kau tidak tahu Rim, betapa sakit hatiku saat di malam pertama kita kamu pergi? Aku hanya berpikir, apa kesalahan yang aku perbuat hingga kau memperlakukan aku begini."
Aryo termenung, jika dibilang sakit hati pastilah sakit. Sungguh dia tidak habis pikir. Bagaimana wanita yang sangat dicintainya begitu tega melalukan hal seperti itu.
🍀🍀🍀
Seminggu berlalu. Tepat Hari Senin tanggal 7 November 1975 keduanya bersiap untuk menjalankan prosesi pernikahan. Aryo dan Sekar mengenakan pakaian khas jawa. Kebaya berwarna hitam dengan kain beludru dan juga sanggul dengan 7 pentul menghiasi kepala Sekar.
Roncean melati juga dipakaikan pada kepalanya. Dan untuk Aryo, roncean melati di kaitan pada keris yang dipakai di bagian pinggan belakang.
Gagah dan anggun, sepasang pengantin tersebut benar-benar menjadi raja dan ratu sehari. Semua kolega dari dua keluarga datang dan menyaksikan pernikahan putra-putri orang terpandang kala itu.
RS Mitra Harapan dan Universitas Nusantara berbesanan, sungguh kabar yang luar biasa membuat semua ramai. Masa itu belum ada media sosial namun berita tetap bisa tersiar dari mulut ke mulut terutama dikalangan dua keluarga dari 2 instansi besar itu.
" Saya terima nikah dan kawinnya Sekar Arum Dewandaru binti Dewandaru dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat 75 gram dibayar tunai."
" Sah!!"
Kalimat akad telah usai di ucapkan maka keduanya resmi menjadi suami dan istri, baik secara agama maupun negara. Semua tampak bahagia kecuali kedua mempelai. Baik Aryo maupun Sekar sama sekali tidak memiliki senyum di bibir mereka. Namun, keduanya pandai berkamuflase saat tamu menyapa dan memberikan selamat, senyum langsung mengembang di bibir mereka.
" Apa kau tahu, aku terpaksa menikahi kamu," ucap Aryo dingin kepada Sekar.
" Laah, memangnya situ saja yang terpaksa, aku pun sangat terpaksa menerimamu. Kalau bukan desakan kedua orang tuaku aku tidak ingin menikah denganmu " jawab Sekar tak kalah dinginnya.
Entahlah pernikahan apa yang akan mereka arungi nanti. Tapi yang jelas keduanya saat ini sama-sama tidak menginginkannya. Semua hanyalah karena perjodohan.
Di sisi lain Suseno dan Dewandaru tengah berbicara berdua. Mereka sebenarnya sedikit mengkhawatirkan kedua anak mereka.
" Apa kita keterlaluan ya mas?" tanya Seno kepada Daru.
" Aku rasa tidak. Biar Aryo tidak berlarut dalam kesedihannya dan Sekar lebih terkontrol. Aku khawatir terhadap anak perempuanku itu yang suka sekali kegiatan di luar rumah. Apalagi teman-temannya banyak yang lelaki. Dalam perkumpulan karang taruna di komplek sini, hanya dua saja perempuannya. Aku sungguh merasa was-was Mas Seno."
" Mas Daru benar. Semoga mereka bisa menjalani pernikahan ini dengan baik."
Kedua ayah itu saling berdoa dan meyakinkan diri mereka masing-masing bahwa pernikahan Aryo dan Sekar akan berhasil. Bukankan doa orang tua itu akan tembus ke langit? Seperti itulah pikiran Suseno dan Dewandaru.
Mereka sangat tahu, putra dan putri mereka tidak memiliki cinta sama sekali. Tapi keduanya juga yakin bahwa Aryo dan Sekar bisa mengarungi pernikahan ini dengan baik dan pastinya berhasil.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
sharvik
aduh aku trnyata crta pd zman dahulu toh hahah
2024-11-19
0
Suci Dava
th 1975 aku baru lahir thor ☺
2025-04-10
0
Mardiana
aamiin 🤲
2025-02-26
0