Keesokan harinya, Aryo mengantarkan Sekar menuju ke rumah sakit. Disepanjang jalan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir keduanya. Sekar bahkan memilih menatap ke luar jendela.
" Apa masih marah dengan kejadian kemarin? Aku sungguh minta maaf." Aryo memberanikan dirinya untuk memulai percakapan. Awalnya ia hanya akan diam saja, tapi rasanya sungguh tidak nyaman berada dalam satu mobil dengan atmosfir seperti saat ini.
" Tidak, aku tidak marah. Aku hanya kesal dengan diriku sendiri, mengapa begitu cepatnya mempercayai dirimu. Percaya bahwa kau akan menerima pernikahan kita dengan begitu cepatnya."
Ckiiit
Brak!
Sekar keluar dari mobil Aryo setelah mengucapkan hal tersebut. Sebuah hembusan nafas kasar dilakukan Aryo. Ia tahu dirinya salah, tapi dia tidak menyangka bahwa Sekar bisa semarah ini.
" Ini saja dia tidak tahu kalau aku menemui Rima, bagaimana jika dia tahu."
Aryo sedikit merasa bersalah. Terlebih Sekar tampak marah. Bagaimanapun juga adalah hal yang wajar. Baru saja dia berjanji akan selalu mengantar dan menjemput Sekar bekerja, kemarin dia sudah ingkar. Dan, dia juga yang pertama mengucapkan untuk menerima pernikahan ini.
Aryo meninggalkan gedung rumah sakit menuju ke kampus. dia sudah berjanji hari ini akan melakukan mengadakan rapat untuk melakukan ujian akhir semester 2. Mereka tentu harus membahas setiap akan melakukan kegiatan mengenai universitas.
" Ri, sudah menghubungi semua ketua prodi dan wakilnya?"
" Sudah pak, jam 10 rapat akan dimulai."
Aryo berjalan keluar ruangan bersama Ari. Jam masih menunjukkan pukul 09.30 menit tapi Aryo sudah mengajak teman sekaligus asprinya itu untuk menuju ke ruang rapat. Ya, Aryo selalu melakukan hal tersebut. ia selalu memilih untuk datang lebih awal. Suseno, sebagai rektor di Universitas Nusantara juga sudah hadri. Aryo lalu membicarakan apa yang akan dirapatkan nanti kepada sang bapak.
" Bapak setuju usulan kamu. Oh iya, apakah kalian marahan?" tanya Suseno. Setelah membicarakan soal kampus, sekarang dia bertanya soal kehidupan pernikahan putranya.
" Tidak, kami tidak marahan. Tapi mungkin Sekar yang marah. Aryo sudah janji mau antar jemput dia saat kerja, tapi kemarin Aryo tidak menepati," jawab Aryo lesu.
" Ya iyalah, orang kalau sudah dijanjiin lalu diingkari pasti marah. Itu tugasmu untuk mendapatkan maaf darinya. Hari jangan lupa jemput. Kalau sekiranya tidak bisa, seharusnya kamu menelponnya."
Suseno melirik ke arah Ari, Ari hanya menggeleng pelan sebagai tanggapan bahwa dia juga tidak tahu apa-apa soal hal tersebut.
Aryo berpamitan ke toilet sebentar sebelum para peserta rapat datang. Kesempatan itu digunakan Suseno untuk menarik Ari. Ia merasa ada sesuatu yang Ari sembunyikan.
" Atulah Prof jangan melihat saya begitu. Saya betul tidak tahu kenapa Aryo bisa telat pulang kemarin." Belum juga ditanya, Ari sudah berbicara terlebih dahulu. Hanya dengan melihat saja Ari sudah mengerti bahwa ayah dari Aryo pasti akan bertanya sesuatu.
" Huh, sudahlah. Awas kamu ya kalau bohong."
" Tidak Prof, he he he. Mana berani saya bohong kepada Prof. Seno."
Ari menghela nafasnya penuh dengan kelegaan saat Suseno menyapa peserta rapat yang datang. Tapi memnag dia tidak bohong, Ari memang tidak tahu alasan Aryo kemarin telat pulang. Walaupun, sebenarnya Ari curiga bahwa mungkin saja Aryo mendatangi Rima.
" Aku tidak bisa mengatakan hal itu karena aku tidak punya bukti juga. Aku harap kamu tidak bermain api Yo," gumam Ari lirih.
🍀🍀🍀
Mondi melakukan pekerjaannya dengan cepat. hari ini iklan lowongan pekerjaan yang diminta oleh Sekar sudah langsung terbit di harian Batavia News. Sekar tersenyum puas saat ia membaca iklan tersebut.
Kriiiing!
telepon di samping meja kerjanya berbunyi. Sekar meletakkan koran tersebut dan mengangkat telepon yang berdering.
" Ya, ada apa Pak An?"
" Ini bu, ada dua orang yang mengajukan surat pengunduran diri. Katanya mereka mau resign, alasannya adalah alasan keluarga?"
Sekar mengerutkan alisnya saat mendapat telepon dari Andi, kepala HRD RS Mitra Harapan. Sekar curiga bahwa orang itu mungkin adalah orang yang melakukan kecurangan.
" Hallo Bu Sekar?"
" Aah iya Pak An, minta dua orang itu ke ruangan saya ya. Sekarang juga."
" Baik Bu Sekar."
Sekar menarik bibirnya sehingga membentuk sebuah lengkungan. Ia lalu memanggil Mondi dan menceritakan apa yang baru saja ia dengar.
" Sepertinya mereka benar adalah orangnya Kar?"
Sekar mengangguk. Tadi pagi saat datang dia juga sudah mendapat laporan dari detektif yang ia sewa jasanya untuk menyelidiki Nirwan dan Dinda.
Tok! Tok! Tok!
" Ya, silahkan masuk!"
Sekar dan Mondi berpura-pura tengah mengerjakan sesuatu. Dan yang datang adalah benar Dinda Dan Nirwan. Sekar melemparkan senyum ke arah Mondi. Ternyata benar dugaan mereka.
" Bu Sekar memanggil kami?" tanya Nirwan berusaha setenang mungkin. Padahal dirinya sangat takut. Sedangkan Dinda, dia terlihat lebih takut. Kedua tangannya berkeringat dan dia tidak berhenti menggerakkan kakinya. Mondi jelas bisa melihat hal itu. Mata Mondi memicing, ingin rasanya dia segera menangkap keduanya tapi harus sabar dulu.
" Mengapa kalian ingin resign. Apakah, ada yang membuat tidak nyaman?" tanya Sekar lembut. Dia masih menahan untuk melakukan kejutan.
" Tidak bu, tapi saya memang harus resign karena ayah saya sakit," ucap Nirwan.
Sekar menahan amarahnya. Bagaimana bisa Nirwan menggunakan orang tua sebagai alasan untuk menutupi perbuatan buruknya. Pun dengan Dinda, dia juga mengungkapkan alasan yang sama.
Sekar tentu mengolah setiap pertanyaan yang ia lontarkan. Ia mengulur sedikit waktu agar kejutan itu lebih bermakna.
Tok! Tok! Tok!
Sekar melirik ke arah Mondi, dan pri itu mengangguk. Dia paham maksud dari Sekar. Dengan berjalan cepat, Mondi ke arah pintu dan membukanya. Beberapa petugas polisi rupanya sudah ada di sana. Hal tersebut membuat Nirwan dna Dinda semakin panik dan takut.
" Pak, bawa mereka berdua ke kantor polisi!" ucap Sekar tegas.
" Apa salah kami. Mengapa kami dibawa ke kantor polisi? Kami hanya ingin resign dari kerjaan!" teriak Nirwan dan Dinda saling bersautan.
" Heh, sok-sokan tidak merasa bersalah. Bukti kalian korupsi sudah jelas. Dan itu sudah kalian lakukan dalam waktu lama. Masih tidak mau mengaku! Cih! Dasar koruptor! Bawa mereka pak! Kami akan ikut untuk membawakan kelengkapan buktinya!"
Mondi sungguglh sangat kesal melihat dan mendengar mereka memberontak. Rupanya Sekar dan Mondi sudah membuat laporan ke kantor polisi. Dan saat mengetahui bahwa dua orang itu merencanakan ingin kabur, Sekar pun memangil kepolisian.
Sepanjang jalan dari ruangan Sekar menuju ke luar gedung rumah sakit, peristiwa tersebut menjadi tontonan publik. Semua berbisik-bisik membicarakan apa yang terjadi.
" Bagus nduk, kamu menyelesaikan dengan tepat," puji Daru kepada putri sulungnya.
Di sisi lain dr. Syah tampak tersenyum. Ia memuji Sekar dalam hatinya. Sekar memanglah wanita yang hebat, cerdas dan berani. Kekagumannya semakin bertambah saja terhadap wanita di depannya itu.
" Pesonamu semakin hari semakin bertambah. Jika begini, bagaimana aku akan bisa mengikis rasa sukaku ini Kar, huft!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
resign, kerja di rs lain.
2023-12-27
1
Rahma Inayah
aryo km jgn main api sm sekar di blkng mu sekr byk yg mengingknnya menjdi pendmping hdp nya terutama dr syah
2023-11-04
0
Bunda Aish
Sekar semakin ke depan.... Aryo masih berputar di masa lalu, awas ketinggalan lho Yo....
2023-11-04
0