" Kita mau kemana ini Rim?"
Seorang pria terlihat begitu gusar dan khawatir saat melihat wanita yang duduk disebelahnya mulai menangis. Wanita yang ia panggil Rima itu saat ini tengah menggendong bayinya yang berusia 7 bulan.
" Ke rumah sakit terdekat Sam, Riri sangat panas. Aku takut terjadi apa-apa dengan Riri," jawab Rima sambil terisak. Dia terus menciumi wajah sang putri dan mengucapkan kata maaf berulang kali.
Samsul atau Sam, langsung bergegas untuk menuju ke rumah sakit. Meskipun dia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi dengan temannya yang lama tidak bertemu itu, tapi paling tidak saat ini sebuah empati Sam rasakan saat melihat si bayi yang ada dalam gendongan Rima.
RSMH menjadi pilihan Sam, karena memang itu lah yang paling dekat dengan mereka saat ini. Rima semakin tersedu saat bayinya mulai kejang.
" SAM CEPAT!!!"
Brum ...
Sam menekan pedal gasnya dalam-dalam. Ia menaikan kecepatan mobilnya melebihi kecepatan rata-rata. Persetan dengan tilang polisi, begitulah yang pria itu pikirkan.
Sesampainya di ruang UGD, Rima langsung melompat dari dalam mobil dan berlari ke dalam. Ia memanggil dokter dengan sedikit berteriak.
" Dokter ... dokter!!! Tolong dok, tolong anak saya."
Seorang dokter dan beberapa perawat langsung menghampiri Rima. Ia diminta meletakkan bayinya ke brankar dan dokter langsung membawanya masuk ke ruang tindakan.
Rima menunggu di luar dengan sangat cemas. Samsul tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya membatu Rima untuk menyelesaikan masalah administrasi saja.
" Rim, sebenarnya kemana suamimu? Kemana ayah dari Riri?"
Rima terdiam, lidahnya seakan kelu untuk menjawab pertanyaan dari Samsul. Bingung, malu, dan entah rasa apa lagi yang membelenggu hatinya.
" Baiklah kalau kau tidak mau menjelaskan. Tapi bukankah Aryo, dia~"
" Bukan Aryo ayah dari Riri, Sam. Aku mengkhianati Aryo. Aryo tidak ada sangkut pautnya dengan Riri ataupun hidupku saat ini."
Deg
Samsul jelas terkejut dengan ucapan Rima. Bagaimana bisa Aryo tidak ada sangkut pautnya dengan Rima? Bukankah dulu mereka sepasang kekasih dan bahkan menikah? Mengkhianati? Apakah Rima berselingkuh dulu?
Samsul masih mencerna perkataan dari temannya itu. Samsul adalah teman Rima, meskipun tidak terlalu dekat dengan Aryo, tapi dia lumayan mengenal Aryo dengan baik.
Siapa yang tidak tahu Rima dan Aryo, pasangan populer yang dianggap bak Romeo dan Juliet. Mereka sangat serasi.
Meskipun pernikahan mereka tergolong tidak pesta besar tapi orang-orang terdekat pasti tahu, terlebih Samsul sebagai teman dekat Rima. Ia jelas tahu.
" Aku masih tidak mengerti Rima, sebenarnya apa yang terjadi?"
Rima tertunduk. Ini sebenarnya adalah aib, aib yang sebisa mungkin ia tutupi dari siapapun termasuk Aryo.
Ingatan Rima menerawang di masa itu. Dua bulan sebelum pernikahannya dengan Aryo, dia melakukan pekerjaan luar kota bersama rekan sekantornya. Di sana setelah perjamuan makan malam, mereka pun mengadakan pesta.
Rima pun ikut di pesta tersebut, berpikir bahwa sebentar lagi akan menikah maka tentu ia tidak lagi bisa melakukan kegiatan ini. Dan, ia memanfaatkan malam itu untuk merasa lebih bebas.
Malam itu Rima benar-benar membaurkan dirinya di dalam pesta. Bahkan ia tak canggung untuk turun ke lantai dansa. Rima sungguh menikmati pesta itu bahkan ia pun meneguk minuman keras yang memang disajikan.
Dirasa cukup, Rima kembali ke kamar hotel. Rekan kerjanya pun mengantarkan Rima karena wanita itu berjalan dengan sempoyongan dan beberapa kali hampir terjatuh.
" Rima, kamu tidak apa-apa?"
" Aku tidak apa Rio, hanya saja memang sedikit pusing."
Dan malam itu kejadiannya tidak lagi bisa Rima sadari. Rima dan Rio yang sama-sama dalam pengaruh alkohol melakukan perbuatan tercela. Keduanya terkejut saat bangun pada pagi hari tanpa busana dan saling memeluk di bawah selimut yang sama.
" Ya Tuhan Rima, aku ... aku minta maaf Rim. A-aku."
" Sudah lah Rio, kita sama-sama salah. Lupakan kejadian malam ini, dan aku harap tidak ada yang tahu soal ini."
Rio mengangguk, ia paham bahwa Rima dua bulan lagi akan menikah. Padahal jika dia diminta bertanggung jawab pun pasti akan ia lakukan.
Hari-hari berlalu seperti biasa dan tidak ada yang berubah dari Rima terhadap Aryo, bahkan mereka menyiapkan pernikahan bersama.
Di kantor, Rima dan Rio layaknya orang asing. Rima hanya bicara kepada Rio seperlunya saja. Tapi tidak dengan Rio, dia sungguh sangat merasa bersalah dengan apa yang terjadi waktu itu.
Kurang seminggu acara pernikahan Rima dan Aryo berlangsung, tiba-tiba Rima merasa mual dan sangat pusing. Bahkan ia sampai pingsan, oleh Gunawan--ayahnya, Rima dibawa ke puskesmas dan betapa terkejutnya mereka saat tahu Rima Hamil.
Plak!
" Apakah kamu tidak sabar menunggu sampai di mana hari kamu menikah, sehingga kamu melakukan perbuatan tercela itu!"
Gunawan sangat marah, ia menampar Rima dengan sangat keras. Gunawan pikir Rima melakukan itu dengan Aryo.
" Ini bukan anak Aryo pa."
Mata Gunawan membulat bahkan hampir keluar mendengar pernyataan Rima. Jika bukan Aryo lalu siapa? itulah yang ditanyakan Gunawan tapi Rima tak kunjung menjawab.
Awalnya Rima berpikir, menikah saja dengan Aryo toh Aryo tidak akan tahu. Tapi setelah kata akad diucapkan, Rima merasa bersalah dan akhirnya memilih lari meninggalkan Aryo saat malam pengantin.
Rima menceritakan semua kejadian lalu itu kepada Samsul. Samsul sebenarnya terkejut, tapi dia memilih diam dan mendengarkan.
" Jadi, Riri bukanlah anak Aryo, dia anak rekan kantormu itu?"
Rima mengangguk. Ya, Riri putrinya adalah anak dari Rio. Tapi Rima tidak mengatakan apapun kepada Rio, terlebih yang Rima tahu Rio dipindah tugaskan dan konon waktu itu akan bertunangan.
" Baiklah kalau begitu, yang penting saat ini Riri sedang ditangani oleh dokter."
Setelah beberapa saat, seorang dokter keluar dari ruang tindakan dan Rima langsung berdiri menanyakan keadaan sang putri.
" Maaf bu, putri Anda tidak bisa kami selamatkan. Ibu terlambat membawanya kemari."
" Tidak dokter, dokter pasti salah, ini tidak mungkin. Tidak, putriku! Ya Allah, aku yang salah, seharusnya aku yang dihukum, bukan putriku."
Rima meraung, Samsul pun langsung memeluk temannya itu. Pasti sangat berat hidup sendiri dan hanya berdua dengan putrinya. Rima ternyata juga pergi dari rumah setelah meminta cerai dari Aryo. Dan hingga detik ini, dia belum bertemu dengan keluarganya.
" Rim, mungkin ini yang terbaik untuk Riri dan juga kamu. Ikhlaskan dan sabar."
Rima tidak bisa berkata apapun, ia hanya bisa terisak menangisi kepergian putrinya. Meskipun Riri lahir dari sebuah kesalahan, tapi Rima begitu mencintai anak perempuannya itu.
Sungguh hatinya sangat sakit. Terlebih beberapa hari ini Riri memang panas, tapi hanya diperiksakan ke puskesmas. Tapi ternyata panas Riri tidak kunjung turun, dan kejang yang dialami Riri bukan hanya sekali saja.
Rima merasa sangat bersalah karena kurang memperhatikan sang anak. " Maafkan mama sayang, maafkan mama. Mama sungguh bukan ibu yang baik untuk kamu nak," ucap Rima disela isak tangisnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mardiana
ya ampun Rima....apes banget
2025-02-26
0
Micke Rouli Tua Sitompul
karma buat rima
2024-02-12
0
Qaisaa Nazarudin
Disini menurut ku Rima yg Egois,Sudah tidur dgn lelaki lain malah gak mau jujur,
2023-12-10
1