Enam bulan kemudian,,,
'Rumah Makan Afira' telah resmi di buka sejak lima bulan yang lalu, karena harus melakukan persiapan selama satu bulan, mengusung konsep lesehan yang merupakan ide dari Fia. Sehingga bisa menekan biaya untuk pembelian kursi. Terletak tidak jauh dari universitas kota X tempat Fariz mengajar, karena pemilik ruko itu adalah Albi. Tidak seperti awal di buka, sekarang suasana di RM tersebut perlahan mulai ramai, karena rasa masakan Fia yang begitu pas di lidah, dan juga harga yang tak membuat kantong jebol
Pelanggan Fia pun tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja, Dosen, karyawan Universitas, para pekerja kantor bahkan terkadang ada juga yang memesan untuk catering jika di rumah mereka ada acara, meskipun masakan sederhana, tapi rasanya luar biasa.
Rumah Makan Afira buka dari jam sepuluh pagi dan tutup jam empat sore, karena Fia belum menemukan tempat tinggal yang cocok untuk dia menginap. Sedangkan lantai dua ruko sedang di renovasi, dan Albi sebagai investor. Fia tidak mau pemberian gratis. Setiap bulan dia akan menyetor uang sewa sekaligus labanya. Untuk menu makanan Fia sendiri yang tentukan, karena tidak ingin repot di pusingkan dengan permintaan yang bermacam-macam, jika mereka ingin makan yang sesuai dengan keinginan mereka, maka mereka bisa mencari di kantin kampus. Bahkan Fia sudah punya sosmed sendiri untuk RM tersebut, yang di beri nama 'Afira Food', sehingga memudahkan untuk melihat menu harian di rumah makan tersebut
"Bagi-bagi rejeki" kalimat itu yang di ucapkan Fia jika ada yang menggerutu
***
Sementara di kota A, Alvin dan Albi yang telah selesai membahas project yang mereka kerjakan, mulai berbicara dengan ringan selayaknya sahabat. Setelah peristiwa di Club, Alvin mulai enggan dekat dengan Wine atau semacamnya, dia tidak ingin konyol.
"Al, apa kamu tidak ingin menikah dengan Laura? Bukankah hubungan kalian sudah sangat lama?" tanya Albi yang merasa kasihan dengan nasib Laura yang tak pernah jelas
"Aku sudah menikah dengannya asal kau tau, tapi nikah siri" jawab Alvin
"Hah,,, serius!" Albi mulai penasaran dengan temannya
"Baiklah aku akan menceritakan semua, kejadian ini hampir enam tahun lalu,,,,,,,,," Alvin mulai menceritakan tentang hubungannya dengan Laura
"Kau gila Al, bagaimana mungkin kau bisa setega itu"
"Bukan aku yang tega, ayahnya yang menjual padaku, jika kau lupa, aku bahkan sudah menikah dengannya"
"Nikah siri, bukan nikah resmi"
"Sama saja, yang penting dia sudah kunikahi"
"As you want" balas Albi singkat
"Lalu bagaimana dengan Nafia?" Albi berusaha menyelidiki tentang perasaan Alvin yang sebenarnya
"Aku mencintainya"
"Hah,,," Albi melongo seakan tidak percaya dengan kata yang keluar dari mulut Alvin secara langsung tanpa jeda
"Kau tak percaya?"
"Ya, aku sungguh tak percaya dengan apa yang baru saja kau katakan"
"Terserah kau saja Bi, dan ku harap kau tak membocorkan rahasia ini, karena hanya kau dan Yoga yang tau"
"Tapi mengapa kau meninggalkannya?"
"Untuk melindunginya"
"Bukankah dengan dia berada di dekatmu dia akan lebih aman!"
"Ayah Laura ingin membunuhnya, karena dia tau tentang pernikahan ku dengannya waktu itu, kau tau sendiri Roland adalah orang yang sangat licik"
"Hmmmm, bagaimana jika aku mencintainya dan ingin menikahinya?" tanya Albi yang memang sudah merasa jatuh cinta pada Nafia sejak pertama kali bertemu
"Aku tak mau membahas ini lagi, oh ya,,, bulan depan aku ada undangan dari universitas tempat ayahmu mengajar, untuk menjadi pembicara di kelas Bisnis, aku tidak ingin menyewa hotel, jadi aku dan Yoga akan menginap di rumahmu saja"
"Baiklah, baiklah, akan ku siapkan kamar yang spesial untuk tuan muda, hahahaha,,,"
***
Satu bulan berlalu,,,
Setelah selesai menjadi motivator, Albi mengajak Alvin makan di RM Afira, tapi dia tidak mengatakan jika pemiliknya adalah Nafia, seorang wanita yang selalu di rindukan Alvin selama ini. Sedangkan Yoga tidak ikut karena harus mengurus pekerjaan di kantor Alvin, dan juga beberapa agenda meeting
"Kamu duduk dulu disana, aku mau pesan dulu" pinta Albi pada Alvin
Setelah mencatat semua pesanan Albi, pelayan itu berjalan ke dapur untuk memberikan catatan menu. Albi adalah pelanggan spesial mereka, sehingga dia bisa memilih menu yang di inginkannya
"Mbak Fia, ini pesanan mas Albi" seorang pelayan mendekati Nafia yang sedang berada di dapur dan memberikan catatan menu
"Dua porsi?" ucap Fia yang heran karena Albi memesan dua porsi makanan
"Ya, mas Albi dateng sama temennya, tu di pojokan" tunjuk pelayan pada meja Albi berada
"Alvin" gumam Fia lirih
"Tunggulah sebentar disini, aku akan membuatkan pesanan mereka"
"Ini bawalah dulu ke meja mas Bian, setelah itu kau kesini lagi untuk membawa pesanan temannya" ucap Fia ada pelayan tersebut
"Bukankah biasanya mbak Fia sendiri yang mengantarkan pesanan mas Albi? Saya takut mas Albi marah mbak"
"Tidak apa-apa, kalau dia bertanya, katakan saja aku masih membuat satu porsi lagi"
"Maaf mas, ini pesanannya, untuk yang satu porsi lagi masih di buat" ucap pelayan tersebut dengan ragu
"Terimakasih" sahut Albi
Tak lama setelah itu pelayan kembali lagi dengan membawa makanan untuk Alvin, tapi dia ragu, karena dia membawa pesanan yang berbeda dari yang Albi minta
"Bodohlah,"
"Maaf mas ini pe,,, sa,, nan,, nya" ucap pelayan itu terbata-bata karena takut dengan Albi
"Terimakasih" ucap Alvin
"Ini seperti masakannya, ah,,, tidak mungkin dia" gumam Alvin,
Awalnya Albi ingin protes karena menu yang datang berbeda dari yang dia pesan, tapi ketika melihat Alvin terpana dengan makanan tersebut, Albi memilih diam
"Let's eat" Albi pun mulai memakan makanannya,
"Di makan Al, jangan cuma di lihat! RM ini tutup jam empat, sekarang sudah jam tiga" tegur Albi
"Ini benar masakannya" bathin Alvin setelah memasukkan sepotong Fuyunghai favoritnya
"Aku mau bertemu kokinya, ah bukan, siapa pun yang memasak ini, aku ingin bertemu dengannya"
"Habiskan dulu, setelah itu akan kubawa kau bertemu dengannya, sebentar lagi jam kerjanya habis"
" Baiklah"
Waktu sudah menunjukkan jam empat sore, para karyawan yang bekerja itu pun pulang, tinggallah Fia sendiri yang masih berdiri di depan kompor, menata hati untuk bertemu Alvin kembali
"Fi,,," panggil Albi yang merasa inilah saatnya untuk mempertemukan mereka
"Ya mas, sudah mau pulang?"
"Belum, ada yang ingin bertemu denganmu"
"Alvin,,,???" Albi hanya diam dan tersenyum menganggukkan kepala
"Ayo, jangan biarkan dia menunggu lama, atau bangunan ini bisa hancur" ajak Albi melihat Fia yang hanya terdiam di tempat
"Huft,,, ayo" Fia menghela nafas terlebih dulu sebelum menerima ajakan Albi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🌼Nunik🌼
Hallo author, semngat ya upnya😊, jangan lupa mampir diceritaku Takdir Bukan Pilihan ya makasih🙏
2020-07-23
0
milnau
Keren 😍😍 aku suka jalan ceritanya. Semangat thor nulisnya. Btw aku pendatang baru nih. Aku butuh masukan, kritik dan sarannya. untuk novelku "Gigi". Ditunggu ya kedatangannya. Makasih
2020-07-23
0
ziza
keren Thor semangat terus.
jangan lupa feedback keceritaku
"13 Maret"
kutunggu kedatanganya makasih
2020-07-22
1