Setelah upacara peringatan selesai, disinilah sekarang mereka berkumpul. Sebuah restoran yang menampilkan pemandangan alam, mereka memilih tempat outdoor agar bisa menghilangkan kejenuhan yang bergelayut di pikiran mereka, dengan menikmati alam bebas
"Kev, kamu kapan datang?" tanya Alvin yang baru menyadari jika Kevin sudah bersama mereka
Kevin adalah adik Alvin, sedari dulu Kevin selalu berada di luar negeri, karena dia tidak mau terus berdebat dengan abangnya yang sangat kejam. Kevin pun meneruskan bisnis keluarganya di Negara lain. Sama halnya dengan Alvin, Kevin tidak suka perempuan yang terlalu agresif, itu sebabnya Alvin setuju menikah dengan Nafia, meski itu semua demi mamanya
"Dari tadi bang, tadi agak telat, jadi Kevin berdiri di belakang, karena pas acara mulai Kevin baru sampai, pesawat Kevin tadi delay. Bang, bisa tidak matanya ke arah Yoga saja?" jelas Kevin, dan menunduk saat melihat tatapan Alvin yang seperti singa sedang marah
"Sudah Al, kita mau makan atau mau melihat kalian bertengkar" lerai Albi yang kesal melihat perdebatan kakak beradik sedari dulu
Setelah pesanan mereka sampai, mereka perlahan menghabiskan makanan mereka.
"Bang, apa kabar kak Nafia?"
"Uhukk,,, byuurrr,,,," bukan jawaban yang di dapat tapi semburan air dari mulut Alvin yang sedang minum saat itu, karena terkejut dengan pertanyaan Kevin yang mendadak
"Untung bukan aku" ucap Albi yang duduk berseberangan dengan Alvin
"Aisshhhh bang, kau kira aku sedang berdukun apa, pakai kau sembur dengan air, Yoga,,, tolong kau belikan aku pakaian ganti" ucap Kevin kesal
"Baik tuan Kevin" dengan tanpa bantahan Yoga berlalu menuju toko pakaian yang dekat dengan restoran membeli pakaian untuk Kevin
"Anggap saja seperti itu" Alvin menjawab kalimat Kevin dengan wajah datarnya
"Kenapa tiba-tiba kau tanyakan itu?" sambung Alvin
"Apa salahnya? Dia kakak ipar ku, jangan bilang kalau Kak Nafia sudah pergi!" selidik Kevin, dan hanya mendapat anggukan kepala dari Alvin
"Maksudmu,,,?" tanya Albi dengan mata menatap Alvin
"Tunggu, aku butuh penjelasan darimu bang, tapi aku mau ganti pakaian dulu, setelah itu kau jelaskanlah semua bang"
Setelah melihat Yoga yang datang dengan paper bag, yang pasti isinya pakaian ganti, Kevin berjalan ke toilet untuk mengganti pakaiannya. Sedangkan Albi sedari tadi hanya diam mendengar percakapan kakak beradik itu, karena dia juga penasaran, kenapa Nafia rela pergi dari Alvin yang seorang pebisnis besar? Padahal jika itu wanita lain, mereka pasti melakukan segala cara untuk tetap tinggal
"Ayo bang, sekarang ceritakan," pinta Kevin saat telah berada di samping Alvin
"Huft,, baiklah,,, tapi sekali saja kau menyela, aku akan berhenti sampai disana" Alvin menghela nafas sebentar, dan ketiga orang tersebut hanya menganggukkan kepala tanda menyetujui, karena Alvin tidak suka dibantah, dan mereka tau itu
"Seminggu setelah mama meninggal, kami bercerai, dia pergi tanpa membawa apapun dari rumah, hanya semua ijazah, beberapa arsip penting dirinya yang dia bawa, dan juga surat cerai kami, yang lebih gila lagi, dia membawa uang sepuluh juta, tapi dia katakan dia hanya meminjam, dan sehari sebelum peringatan dia telah mengembalikan uang itu. Entah bagaimana dia hidup, hingga bisa mengembalikan uang secepat ini. Padahal aku sudah katakan, tak perlu dia kembalikan uang itu, dan sampai saat ini, aku masih mengirim uang di nomor rekeningnya, uang penjualan rumah, bahkan uang yang dia kembalikan, sudah ku transfer semua ke rekening itu, aku berharap, suatu saat aku bisa bertemu dia, dan memberikan semua haknya" semua terdiam, tanpa ada yang berani mengeluarkan suara sepatah kata pun
"Sungguh wanita tangguh" batin Albi
"Bukankah kakak ipar hadir saat pemakaman tadi, tapi mengapa aku tidak menemukannya?"
"Darimana kau tau?"
"Mawar hitam, ayolah bang, jangan katakan kau lupa bahwa hanya Nafia yang suka mawar hitam"
"Ya, dia memang hadir, tapi sebelum acara dia pergi, entahlah,,, aku juga tidak tau alasannya"
"Hei,,, sampai kapan kalian akan reuni? Apa kita tidak merayakan pertemuan kita? Club misalnya?" saran Albi, karena sudah tak ingin mendengar kisah sedih Nafia
"Oke, kita ke Club sekarang, Yoga sudah beres semua?" Alvin menyetujui saran Albi, dan Yoga pun menuju kasir untuk membayar. Tak lama setelah itu, Yoga masuk ke mobil dan duduk di bangku pengemudi, melanjutkan perjalanan mereka untuk membersihkan diri di rumah, dan melanjutkan tujuan mereka ke Club
***
"Pak, bu, apa tidak sebaiknya kita mencoba buka warung di tempat yang lebih strategis?" saran Fia
"Sebenarnya itu keinginan ibu dari dulu, tapi ibu bingung, kalau ibu buka di lain tempat, siapa yang akan menjaga disini?" jawab Aira
"Tidak masalah bu, nanti Fia yang urus semua disana" Fia berusaha meyakinkan keluarga barunya
"Apa tidak merepotkan Fi" tanya Afwan
"Tidak pak, Fia sudah memikirkannya, Fia akan bantu ibu dulu untuk memasak disini, setelah itu ke pasar untuk berbelanja, tentunya kita harus belanja double, baru Fia berangkat ke warung kedua, sekalian bapak berangkat kerja, bagaimana?" bujuk Fia
"Tapi nanti pasti kau akan kecapekan" Aira yang merasa khawatir dengan keadaan Fia
"Ibu bisa datang kesana saat disini telah selesai, dan aku akan beristirahat saat ibu sudah datang" ucap Fia menjelaskan
"Baiklah, nanti coba bapak tanya sama pak Faris, siapa tau ada ruko yang di sewakan di sekitar Universitas pak Faris mengajar" ucap Afwan
"Sudah terlalu larut, segeralah istirahat" pinta Afwan lembut pada Aira dan Nafia
***
Hari sudah menunjukkan jam tiga pagi, bagi sebagian orang inilah saatnya mereka bangun untuk menjalankan kewajiban mereka pada sang Kuasa. Tapi tidak bagi empat orang disana, mereka masih saja sibuk menenggak botol wine yang masih berisi setengah, untuk menunjukkan siapa yang paling hebat di antara mereka. Eh,,, bukan mereka, hanya dua kakak beradik saja
"Huh, menyusahkan sekali mereka ini" gerutu Albi yang dengan susah payah menopang tubuh Kevin, sedangkan Yoga telah sampai di kamar Alvin dan membaringkannya di ranjang Alvin
"Maafkan aku Fi, maaf" lirih Alvin yang masih terdengar Yoga
"Apa dia bilang tadi? Maaf, apa aku tidak salah dengar? Apakah itu pertanda kau menyukainya? Tapi mengapa kau menyakitinya? Apa aku harus meyelidikinya?" tanya Yoga pada diri sendiri
Setelah Yoga dan Albi membaringkan mereka di ranjang masing-masing, Yoga pun menuju kamar tamu tempat biasa dia tidur, jika menginap di rumah Alvin. Sedangkan Albi langsung pamit pada Yoga, karena dia harus kembali ke kota X dengan pesawat jam lima pagi. Entah kenapa dia selalu teringat pada Nafia. Yoga pun meminta salah satu sopir untuk mengantar Albi ke bandara, karena dia sudah tidak kuat lagi menahan kantuknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🌸EɾNα🌸
keren ceritanya aku sukaa 👍👍
jangan lupa feedback ke ceritaku ya
"Janji Di Ujung Mimpi"
kutunggu kedatangannya makasih 😍
2020-07-21
0