5

Rintik hujan mampu menyamarkan isak tangis Laura, penyesalan yang kini hadir pun tak lagi berguna, ingin rasanya memutar waktu, ingin rasanya membiarkan ayahnya bangkrut, mungkin tidak akan begini keadaannya, kemewahan, hidup yang bergelimang harta, pandangan hormat dari para kolega, seakan menyiratkan hidup yang diwarnai dengan kebahagiaan. Mereka tidak pernah tau, ada hati yang menjerit disana. Luka yang tak terlihat, namun sangat nyata adanya.

Lima tahun sudah Laura merasakan itu. Saat itu terselip rasa bahagia di hati Laura, ketika mendengar Alvin akan menikah, karena selama dua tahun dia telah menantikan hal itu, bosan rasanya menjalani hubungan tanpa status. Tibalah hari pernikahan itu di adakan, lelah menanti sampai malam tiba, namun tak ada yang menjemputnya disana. Pupuslah semua harapan, akankah dia terbuang? Ternyata tidak, tengah malam Alvin berkunjung ke kamarnya, dan melihat Laura memakai kebaya, bukan pujian yang dia terima, saat Alvin mendekat, langsung saja dia robek kebaya itu dan melepas semua yang melekat di tubuh Laura.

"Jangan sedikit pun berharap aku akan menjadikanmu istri sah ku, meski aku selalu meluapkan nafsuku padamu"

Hanya kalimat itu yang selalu terlintas di pikiran Laura, kejam,,,,

Kini setelah lima tahun berlalu, keadaan itu tak pernah berubah, meski sejak pernikahan itu terjadi, Alvin sudah jarang mengunjunginya, namun Laura tak bisa lari kemanapun.

"Haruskah aku membuat diriku hamil? Bukankah aku hanya melakukan dengan Alvin? Setidaknya ada anak yang harus dia pertanggung jawabkan. Tunggu,,, kami selalu melakukannya tanpa pengaman, tapi mengapa aku belum mengandung? Bahkan sudah lima tahun!! Pasti ada sesuatu yang disembunyikan, aku harus tanya Alvin"

Lelah bertarung dengan pikirannya, Laura memutuskan untuk tidur, karena hari sudah larut malam, setidaknya hari ini dia tidak harus menunggunya, karena Alvin sedang keluar Negeri selama seminggu

***

"Tuan,, seminggu lagi peringatan seratus hari wafatnya Nyonya besar, apa saya perlu mengundang Nafia?" tanya Yoga pada Alvin

"Terserah kau saja, usahakan pekerjaan disini sudah selesai sebelum hari itu tiba" balas Alvin

"Baik tuan, saya permisi"

"Tunggu,, Yoga kau bisa menyebut namanya, tapi kenapa kau tak pernah bisa menyebut namaku?"

"Itu Nafia sendiri yang meminta tuan"

"Kalau begitu, mulai sekarang panggil namaku saja jika hanya kita berdua"

"Baik tu,,, Al,,, vin" dengan gugup Yoga menyebut nama Alvin karena mendapat sorotan membunuh dari mata Alvin

"Kau boleh pergi"

"Saya permisi dulu"

Yoga melangkahkan kakinya keluar kamar Alvin dan menuju kamarnya untuk beristirahat, sudah tiga hari mereka disana karena project mereka mengalami kendala, beruntung Yoga dan Alvin adalah orang yang pintar menguasai situasi dan mampu membalikkan keadaan, sehingga masalah itu bisa cepat selesai.

Disinilah Alvin sekarang, bersandar pada pagar balkon kamarnya, tatapannya jauh entah kemana, entah apa juga yang ada dalam pikirannya sekarang. Dia hanya ingin sendiri.

***

"Mau pesan apa mas?" tanya Fia pada salah satu pelanggan Aira

"Lontong sayur sama Teh manis satu makan disini, terus nasi goreng komplit dua di bungkus" jawabnya

"Tunggu sebentar ya"

"Bu Aira kemana, tumben nggak jaga warung?"

"Masih ke pasar sama bapak, ini mas lontong sama tehnya, nasi gorengnya saya buatkan dulu"

"Kamu siapa namanya?"

"Nafia mas"

Ternyata wanita ini yang selalu di bicarakan ibu, tapi seperti belum pernah menikah, apa bener dia memang janda? gumamnya dalam hati

"Nama saya Albiansyah, panggil aja Bian"

Karena hari masih sangat pagi, warung masih belum terlalu ramai, sehingga mereka bisa berbincang dengan leluasa.

Terpopuler

Comments

atin p

atin p

ketemu mas Abian semoga jodoh...

2022-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!