Malam masih saja setia dengan hening yang tercipta, membuat siapapun terlena dan ingin menikmati kembali alam mimpi, tapi tidak untuk Nafia yang sudah biasa terbangun di sepertiga malam. Perlahan dia menuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah, akan tetapi langkahnya terhenti ketika mendapati lampu dapur yang sudah menyala, dan Aira yang berdiri di depan kompor.
"Bu," Nafia mencoba menegur dengan suara yang lembut agar tidak mengejutkan Aira
"Maaf kalau ibu membangunkanmu"
"Tidak koq bu, hanya saja aku sudah terbiasa bangun sepagi ini, sulit rasanya untuk terpejam kembali"
"Mau ibu buatkan minum?" tawar Aira
"Tidak perlu bu, aku mau ke kamar mandi, permisi bu"
"Baiklah"
Setelah Nafia menuntaskan urusan dengan kamar mandi, kini dia kembali ke kamar untuk melanjutkan kewajibannya.
"Kenapa ibu memasak sepagi ini?" tanya Nafia saat berada di dapur
"Ini menu untuk jualan ibu hari ini Fia"
"Boleh Fia bantu?"
"Apa tidak merepotkan? Kalau Fia masih capek istirahat saja dulu, disini juga tidak apa-apa"
"Tidak, Fia sudah terbiasa koq bu, warungnya buka jam berapa bu?"
"Biasa buka jam enam pagi, apa Fia mau ikut ibu jaga warung?"
"Dengan senang hati bu"
Fia merasa kehangatan keluarga yang dulu telah hilang kini hadir kembali, senyum mulai mengembang di bibir Fia, sebuah keluarga yang tak di kenalnya, menerimanya tanpa syarat apapun
Semua pekerjaan dapur telah selesai mereka lakukan, dan rumah pun sudah tampak rapi. Mereka mengerjakan tanpa henti, hanya jeda sebentar untuk melaksanakan kewajiban mereka pada sang Kuasa. Jam lima lebih tiga puluh menit warung sudah di buka, lebih pagi dari biasanya. Dan tak lama setelah itu, para pelanggan Aira pun mulai berdatangan.
"Tumben bu, masih pagi sudah buka saja warungnya" sapa seorang pemuda yang selalu membeli sarapan di warung Aira
"Ya mas, khan sekarang sudah ada yang bantuin, jadi bisa lebih cepat siap, mas mau pesan apa pagi ini?" sahut Aira sambil melayani pelanggan yang lain terlebih dulu
"Biasa bu, bungkus ya! Saya tunggu di kursi depan aja" pemuda tersebut berjalan menuju kursi yang terletak di depan warung, sementara Aira membungkuskan pesanannya, dan Fia membantu mencuci piring yang sudah dipakai makan oleh para pelanggan Aira.
"Ini mas pesanannya," Fia memberikan pesanan pada pemuda tersebut, namun lama tak diraihnya karena terpesona dengan wajah Fia, hingga panggilan Fia menyadarkannya
"Maaf, terimakasih, ini uangnya" tanpa menoleh lagi pada Fia
"Orang aneh"
***
"Sayang,, apa kamu akan bekerja hari ini?" Laura bertanya pada Alvin.
Laura adalah kekasih Alvin, tapi hanya sebatas kekasih di ranjang, Alvin bahkan tak pernah mengatakan sayang, cinta atau perlakuan romantis pada Laura, Alvin hanya datang saat nafsunya sudah tak terkendali.
"Aku bukan orang pengangguran seperti kau Laura, bukankah sudah ku katakan jangan pernah mencampuri urusan pribadi ku, atau kau akan tau akibatnya, cukup diam dan nikmati saja tubuh dan uang ku" Laura terdiam dengan kalimat yang Alvin ucapkan, cukup menyadarkan siapa dirinya sebenarnya. Jika bukan karena ayahnya yang tak ingin perusahaannya bangkrut, dia mungkin tak akan melakukan ini, tapi itu dulu, sekarang Laura sudah mencintai Alvin begitu dalam, selama lima tahun Laura hanya jadi mainan untuk Alvin, tanpa bisa menuntut apa pun pada Alvin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
rera714
semangat nulisnya thor
2020-07-22
0