Ayu terkesiap begitu melihat siapa yang memanggilnya. Ayu pun menggandeng lengan Raka dengan manja, membuat heran Raka yang disampingnya.
“Ayu!Kemana saja kamu selama ini?Aku menghubungi mu tapi nomormu tidak aktif.” Ucap laki-laki yang sudah berdiri di hadapan Ayu. Laki-laki itu menatap Ayu secara intens bahkan tidak memperdulikan Raka yang sedari tadi di sebelah Ayu.
“Eh, kak Bagas. Aku tidak kemana-mana kok kak.” Jawab Ayu kikuk.
“Kamu tinggal di Jakarta sekarang?”
“Iya Kak, aku ikut suamiku.”
“Suami?Dia?” Tanya Bagas melihat Raka yang sudah menatapnya tajam.
Ayu mengangguk. “Kenalkan kak, ini Raka suamiku. Mas ini Bagas kakak tingkatku saat kuliah.” Ayu menoleh ke Raka dengan tatapan penuh harap agar Raka bersikap ramah.
‘Tolong bersikaplah ramah.’ Bahasa mata Ayu saat menatap Raka.
Raka tersenyum melihat tingkat istrinya. “Hallo, senang berkenalan denganmu Bagas.” Raka lebih dulu menjulurkan tangannya menjabat Ayu.
Bagas juga menyambut uluran tangan Raka. Mereka saling berkenalan.
“Kalian benar-benar sudah menikah?” Tanya Bagas masih tidak percaya.
Ayu mengangguk dan tersenyum lalu menoleh Raka. Berharap Raka yang akan menjawabnya.
“Iya, kami sudah menikah beberapa bulan yang lalu.” Balas Raka dengan seulas senyum ramah.
“Oh.” Bagas sedikit kecewa dengan jawaban Raka.
Ayu menatap jam tangannya. “Sudah waktunya, kak Bagas kami duluan ya soalnya udah mau mulai film nya.” Ucap Ayu sopan masih menggandeng lengan Raka.
“Eh iya.” Bagas menatap kepergian Ayu dan Raka dengan sedih. Tersirat jelas kekecewaan saat mengetahui rayu telah menikah.
Sementara Raka pun hanya mengikuti Ayu yang sudah berjalan dengan sedikit menyeret lengannya.
Ayu dan Raka masuk ke sebuah bioskop untuk apa lagi kalau bukan menonton film. Film yang dipilih Ayu adalah film horor.
Raka menoleh pada Ayu yang sedang fokus menonton seraya makan popcorn.
“Siapa dia?” Tanya Raka.
“Maksud mas?”
“Tadi itu siapa?Mantanmu?”
“Nanti aku ceritain, sekarang biarin Ayu fokus nonton dulu yaaa ya.” Pinta Ayu memelas.
Raka mengusap rambut kepala Ayu. “Baiklah.” Menurut Raka film yang ditonton Ayu tidak ada horor-horornya yang ada malah membuat Raka mengantuk. Akhirnya setelah beberapa kali menguap, Raka pun ketiduran.
2 jam sudah Ayu menonton film horor dengan asyiknya apalagi ditemani popcorn dan suaminya. “Ayo mas, udah selesai.” Ayu menarik tangan Raka untuk berdiri.
“Eh, mas Raka tidur?”
Ayu membangunkan Raka dengan berbisik. “Mas..mas..bangun, filmnya udah selesai.”
Raka membuka matanya begitu mendengar suara lembut Ayu. “Maaf, aku ketiduran.”
“Tidak papa, ayo!” Ayu kembali menarik tangan Raka.
Mereka bergandengan keluar dari bioskop.
“Mau kemana lagi?”
“Makan ya mas, Ayu lapar.”
“Baiklah.”
Raka melajukan mobilnya keluar dar basement Mall. “Mau makan dimana?”
“Boleh Ayu yang pilih tempat makannya?” Raka terdiam lalu mengangguk.
Ayu memberi isyarat pada Raka agar berhenti di warung kaki lima. Raka menuruti istrinya, ia pun menepikan mobilnya di pinggir jalan. Lalu mengikuti Ayu menyebrang jalan menuju warung kaki lima yang sangat ramai itu.
“Mas mau makan apa?” Tanya Ayu.
“Samakan dengan punyamu saja.” Jawab Raka. Setelah memesan Ayu menghampiri Raka yang sudah lebih dulu duduk di tikar.
“Mas nggak protes makan di tempat seperti ini?”
“Nggak, kenapa harus protes.” Jawab Raka santai.
Diam-diam sedari tadi Ayu memperhatikan gerak-gerik Raka. Apakah suaminya itu akan protes jika Ayu mengajaknya makan di warung lesehan kaki lima.
Bahkan Ayu sudah menyiapkan berbagai cara untuk membujuk Raka jika nantinya dia protes. Diluar dugaan Raka malah duduk santai di tikar, tidak marah, tidak protes. Seakan Raka sudah terbiasa makan di kaki lima.
Setelah makan malam, Ayu mengajak Raka untuk pulang. Kencan malam ini sudah lebih cukup bagi Ayu. Sampai dirumah Ayu dan Raka langsung membersihkan diri dan tidur.
***
1 Bulan kemudian, hubungan Ayu dan Raka masih sama seperti biasanya. Sudah 2 minggu Raka tidak pulang. Ayu menghabiskan waktu di siang hari untuk belajar bersama kedua gurunya.
Hari ini Ayu pergi jalan-jalan ke Mall sendiri karena di Jakarta, ia tidak memiliki teman. Hampir 1 jam Ayu berkeliling Mall. Ia pun memutuskan untuk pulang.
Ayu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menikmati kemacetan jalanan Jakarta sore itu dengan tenang. Alunan musik menemani perjalanan Ayu.
Ckittt.. Ayu terpaksa menginjak pedal rem nya mendadak ketika menyadari hampir menabrak orang. Ia pun buru-buru keluar dari mobil. Dilihatnya seorang perempuan muda masih memegangi dadanya di tepi jalan. Perempuan itu mungkin juga sama terkejutnya seperti Ayu.
“Nona, apakah anda tidak papa?Maaf saya hampir melukai nona.” Dengan panik Ayu menghampiri perempuan itu dan segera meminta maaf.
“Tidak papa, Nona. Saya yang kurang berhati-hati. Harusnya saya melihat kanan kiri dulu sebelum menyebrang.” Jawab perempuan itu dengan seulas senyum.
“Apa ada yang terluka?Bagaimana jika kita kerumah sakit?” Tanya Ayu, meskipun perempuan itu mengatakan baik-baik saja tapi Ayu tetap khawatir.
“Saya benar-benar tidak papa, Nona.”
“Kalau begitu nona mau kemana?Apakah nona tidak keberatan jika saya mengantar nona?” Ayu menawarkan diri.
“Kebetulan saya memang sedang buru-buru, apa tidak merepotkan jika nona mengantar saya?” Perempuan itu ragu-ragu saat berbicara pada Ayu.
“Tidak, saya sedang free kok.” Ayu pun mengajak perempuan itu ke mobilnya. Dalam perjalanan Ayu berkenalan dengan perempuan itu. Perempuan yang bernama Alice.
Kelihatanya perempuan itu adalah perempuan yang baik, cantik dan anggun, tutur katanya juga lembut.
Setelah 30 menit akhirnya sampai ke tempat tujuan. Ternyata perempuan itu pergi kerumah sakit. Ayu menemani perempuan itu karena masih khawatir.
Entah mengapa mereka menjadi dekat padahal baru berkenalan belum ada satu jam. Mungkin karena sama-sama berhati lembut jadi mudah untuk keduanya berteman.
“Jadi mbak Alice kena kangker?” Ayu masih tidak percaya, ia menatap lekat kertas hasil pemeriksaan Alice. Ayu memanggil Alice mbak karena Alice lebih tua dari Ayu.
Alice mengangguk. “Sudah 3 tahun aku menjalani pengobatan Yu, untung saja segalanya berjalan lancar. Aku bisa bertahan sampai sekarang.” Jawab Alice. Alice tetap tersenyum dan ceria meskipun sakit.
“Mbak yang semangat ya, Ayu yakin mbak pasti sembuh.” Ayu menggenggam tangan Alice dengan lembut memberi kekuatan pada Alice agar tetap semangat.
“Terimakasih Ayu.”
Keduanya berbincang cukup lama, mereka juga bertukar nomor ponsel. Setelah itu Ayu mengantar Alice pulang. Di perjalanan mereka banyak bertukar cerita. Mereka juga janjian akan bertemu di lain waktu.
Ayu sangat senang akhirnya setelah berbulan-bulan di Jakarta, ia mendapatkan seorang teman. Saking senangnya Ayu pulang membawa sate ayam untuk dibagikan pada pelayan dan pengawal yang berjaga dirumah.
Kesenangan Ayu tidak berakhir sampai disana. Ayu bertambah bahagia begitu mendapati mobil Raka terparkir di garasi. Akhirnya setelah 2 minggu tidak pulang Raka ingat rumah juga.
Ayu berlari menuju dalam rumah. Dilihatnya di ruang tamu Leo dan Wu bai sedang fokus dengan laptop masing-masing.
Sejenak Ayu kecewa karena tidak mendapati Raka di ruang itu. Ayu menatap Leo dan Wu bai untuk beberapa saat.
“Nyonya, berhentilah menatap kami seperti itu. Tuan muda ada di lantai 2, tidakkah nyonya merindukan nya?” Ucap Leo melirik nyonya mudanya yang masih menatap dirinya dan Wu bai dengan tatapan menyelidik.
“Benarkah?” Tanya Ayu berbinar.
Wu bai dan Leo pun mengangguk. Dengan kekuatan secepat kilat Ayu lari menuju lantai 2.
‘Nyonya kuatkan hatimu, bagaimanapun kamu adalah nyonya pertama bagi kami.’ Leo menatap nanar Ayu yang sedang berlari dengan girang.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Anindya
Alice mantan Raka...apa Raka mw balikan sama Alice
2020-10-21
1
ayyona
jejak lg
2020-08-12
0
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
next
2020-07-29
0