“Hutang-hutang yang lain?” Tanya Leo.
“Tidak ada, Tuan.”
“Baiklah, Nona Ayu. Seperti yang anda tau, Tuan Raka dan anda akan melangsungkan pernikahan 8 hari lagi.”
‘Ya Allah, secepat itukah. Aku belum siap.’ Teriak batin Ayu.
“Baik, Tuan.”
Leo menyerahkan amplop coklat berisi perjanjian antara keduanya. “Silahkan dibaca Nona.”
Ayu menerima amplop itu dan mengeluarkan isinya yang tidak lain adalah lembaran-lembaran kertas putih yang sudah berisi ketikan tentang hal-hal yang harus di patuhi Ayu selama masa pernikahan. Kata per kata, kalimat per kalimat bait per bait dari perjanjian itu di baca oleh Ayu. Ayu sedikit melototkan matanya saat membaca bab yang menurutnya tidak sesuai untuk pernikahan di atas perjanjian.
‘Melakukan hubungan suami istri?’ Ayu melirik Leo.
“Ada yang mau ditanyakan, Nona Ayu?”
“Maaf Tuan Leo. Disini tertuli pihak II harus mau melakukan hubungan suami istri dengan pihak I, dan pihak ke II tidak boleh menolak jika pihak I ingin menyentuh pihak II. Maksudmu Bagaimana ya Tuan?”
“Nona Ayu, maksudnya adalah-.”
“Leo keluarlah!Aku akan bicara dengannya.”
“Baik, Tuan.” Leo langsung berjalan keluar ruangan itu.
Ayu memandangi Leo dan lalu memandangi Raka. Sekarang hanya ada Ayu dan Raka di ruangan itu. Entah mengapa Ayu merasa sangat gugup. Ia tidak tau harus berbicara apa. Ayu pun memilih diam sampai Raka yang lebih dulu mengajaknya berbicara.
“Ayu!Saya akan memanggilmu Ayu, karena usiamu lebih muda dariku.”
“Baik, Tuan.”
“Saya hanya butuh istri yang penurut, sebagai gantinya kau bisa minta apapun padaku. Uang kekuasaan atau apapun saya bisa berikan!” Kata Raka dengan sedikit penekanan.
Ayu hanya mengangguk menunggu Raka berbicara lagi.
“Untuk masalah yang tadi kamu sampaikan pada Leo, saya tidak suka menyentuh perempuan malam. Saya akan lebih senang menyentuh istri saya sendiri, apa kamu paham?”
Lagi-lagi Ayu hanya mengangguk.
“Kamu tidak perlu khawatir, jika pernikahan tidak berjalan lancar kita akan bercerai setelah satu tahun menikah. Dan apabila saat itu kamu hamil, walaupun bercerai kamu tetap akan mendapatkan hak asuh penuh atas anak. Kita akan membesarkan anak itu bersama meskipun bercerai. Dan saya juga akan memberi mu kompensasi yang tinggi setelah bercerai.” Ayu melihat Raka berbicara dengan serius, terlihat semua yang diucapkan Raka adalah tulus.
‘Ya, sudahlah. Tidak papa, yang penting kali ini kehidupan bapak dan ibu bisa lebih baik.’
“Ba-baik, Tuan.”
“Ada lagi yang mau kamu tanyakan?”
“Apa setelah menikah saya boleh bekerja?”
“Tidak!!”
“Ta-tapi, Tuan.”
“Tidak ada bantahan, kau tidak perlu bekerja. Saya akan menyokong keuanganmu dan keluargamu.”
‘Sepertinya aku tidak bisa membujuknya saat ini, aku bisa membujuknya pelan-pelan agar dia mengizinkanku bekerja.”
“Baik, Tuan.”
“Ya, sudah. Untuk detailnya bicarakan dengan Leo.”
Pertemuan itu berakhir dengan Ayu yang kalah telak. Dia tidak bisa membantah satu pun ketentuan yang sudah di tulis oleh pihak Raka. Dengan langkah lunglai Ayu kembali kerumah sakit. Disana ibunya tengah duduk di depan ruang ICCU. Keadaan Bapak sudah berangsur membaik, jika terus membaik maka bapak akan bisa segera di pindahkan ke ruang perawatan.
Seminggu berlalu Ayu sudah berbicara pada ibu jika dirinya akan segera menikah. Ayu beralasan sudah mengenal Raka semenjak kuliah dan sudah lama berpacaran dengan Raka. Ibu Ayu pun percaya ketika Raka datang sendiri untuk meminta restu padanya. Ibu merestui dengan syarat mereka harus menikah ketika bapak sudah sadar, Raka pun menerima syarat itu. Raka paham jika ibu ingin bapak sendiri yang menikahkan Ayu.
***
Hari pernikahan pun tiba, Raka dan Ayu menikah dirumah sakit tempat bapak dirawat. Dengan sekali tarikan nafas Raka mengucap ijab Qobul dan sah. Bapak nampak terharu melihat putri tunggalnya resmi menjadi istri orang. Bapak tak henti menyeka air matanya. Bapak dan ibu hanya berharap Ayu bisa bahagia dengan pilihannya itu.
Setelah pernikahan Raka kembali ke Jakarta, sementara Ayu akan menyusul setelah bapak keluar dari rumah sakit.
Satu minggu setelah pernikahan bapak sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Ayu membawa Bapak dan ibu untuk tinggal dirumah yang baru, rumah itu adalah pemberian dari Raka sebagai mas kawin. Dan untuk rumah Ayu yang lama sudah Ayu jual, hasil dari jualan rumah dan warung kelontong Ayu gunakan untuk membeli Ruko. Ruko itu Ayu gunakan untuk mini market yang nantinya akan menjadi sumber penghasilan bagi bapak dan ibu. Selain itu Ayu juga membelikan ibu mesin jahit, yang ia tempatkan di bangunan sebelah ruko. Ibu bisa membuka jasa permak sekalian menjaga mini market. Ayu pun menyewa pekerja part time yang akan membantu ibu dan bapak. Barulah Ayu bisa tenang meninggalkan bapak dan ibu ke Jakarta.
Waktu berjalan begitu cepat, hari ini genap satu bulan Raka dan Ayu menikah. Raka sama sekali tidak menghubungi Ayu, jika ada hal penting Leo yang akan menghubungi Ayu. Hari ini pula Ayu berangkat ke Jakarta. Pagi itu Ayu diantar bapak dan ibu pergi ke bandara Adisucipto.
“Hati-hati disana yo Nduk. Salam buat Raka dari bapak sama ibu.”
“Nggih, Bu.”
Ayu pun naik kepesesawat yang akan membawanya ke Jakarta, kota metropolitan dimana suaminya tinggal. Ayu tidak bisa menampik kesedihannya, ia terus-terusan menangis di dalam pesawat.
Sekitar pukul 9 pagi, Ayu sudah sampai di Jakarta. Ia kemudian menghubungi Leo.
“Ayu ..Ayu..” dari arah kejauhan ada sesosok wanita tua yang melambai-lambaikan tangannya kearah Ayu, nenek tua itu juga memanggil-manggil nama Ayu.
“Saya?” Ayu menujuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.
Nenek tua itu mengangguk. Ayu pun segera menghampiri nenek tua itu. “Anda mengenal saya, Nyonya?” Tanya Ayu dengan sopan begitu sampai di hadapannya.
“Ini nenek Nduk, neneknya Raka.” Kata nenek tua itu langsung menghambur memeluk Ayu.
“Nenek?”
“Iya, akhirnya kamu datang. Nenek sudah berencana menjemputmu karna tidak datang-datang.”
“Maaf, Nek. Ayu langsung kesini setelah memastikan keadaan bapak sudah stabil.”
“Nggak papa, yang penting bapakmu sudah sehat. Ayo, pulang sama nenek!”
Nenek membawa Ayu ke rumahnya. Dirumah itu hanya di huni oleh nenek. Papa dan mama Raka tinggal sendiri tapi lebih sering bepergian keluar negeri.
“Ayo masuk Nduk.” Nenek menggandeng lengan Ayu untuk masuk kedalam rumah.
Ayu pun mengikuti nenek, entah apa yang salah dengan Ayu para pelayan memperhatikan Ayu dengan tatapan sirik, karna baju yang digunakan Ayu terlihat sederhana.
“Nyonya, apa ini pembantu baru yang nyonya katakan?” Tanya seorang pelayan menghampiri nenek Lia.
.
.
.
Bersambung ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ayyona
akuh nyusul sapa 😁
2020-07-26
3
.
semangat thor...Aku hadir
2020-07-23
0
Priska Anita
Semangat nulisnya ya thor! 💜
2020-07-16
1