Ayu yang begitu kaget dengan teriakan Raka tak kuasa menjatuhkan gelas air putih yang dipegangnya.
“Bi tolong bersihkan ya Bi, aku ke atas Mas Raka sepertinya sedang marah.” Ucap Ayu pada Bi Midah.
Dengan langkah berat Ayu menuju lantai atas dimana Raka berteriak. Raka sudah menatap tajam Ayu yang sedang menaiki satu per satu anak tangga.
Tubuh Ayu pun dibuat gemetar dengan tatapan membunuh dari Raka. Perlahan Ayu berjalan mendekati Raka, Ayu tidak berani menatap kedua bola mata Raka.
“Mas mencariku?” Tanya Ayu dengan suara bergetar karena takut. Ayu tidak tau apa kesalahannya hingga membuat Raka begitu murka.
Seketika tangan Raka langsung menyeret paksa tangan Ayu, menggenggam pergelangan tangan Ayu dengan keras. Ayu hanya diam, ia tidak berani berontak meskipun merasakan sakit di pergelangan tangannya.
Raka menyeret Ayu ke dalam kamar.
Blank .. menutup pintu kamar dengan keras dan menguncinya.
Kemudian Raka mendorong tubuh Ayu sampai terjatuh ke atas ranjang kasur. Dan Raka pun melemparkan obat yang tadi di genggamnya ke sebelah Ayu.
“Jelaskan!!” Bentak Raka pada Ayu.
‘Matilah aku, bagaimana dia bisa menemukan obat ini.’ Ayu menatap butiran putih obat itu dengan mata sendu.
“Mas a-aku..” Rasanya Ayu tidak bisa beralasan apapun, karena sejatinya Ayu memang sengaja meminum obat itu tanpa sepengetahuan Raka.
Apa yang Ayu lakukan sudah cukup dijadikan alasan Raka untuk marah. Bagaimanapun setelah berumah tangga Ayu harus meminta izin suaminya jika akan melakukan sesuatu atau setidaknya Ayu harus minta pendapat Raka.
Kali ini tidak hanya bersalah, Ayu merasa gagal menjadi istri yang penurut dan baik untuk Raka.
“Aku bilang jelaskan!!Apa kau tuli tidak mendengar apa yang ku katakan?” Rahang Raka mulai mengeras sorot tajam kedua matanya menatap lekat perempuan di hadapanya.
Buliran cairan bening mulai berjatuhan dari kedua pelupuk mata Ayu. Mengalir membasahi pipi Ayu. “Maaf, aku salah mas.” Hanya kata itu yang bisa Ayu ucapkan saat ini.
“Katakan?!Siapa yang mengajarimu sampai begitu berani seperti ini?Katakan!!” Raka kembali membentak Ayu, kali ini Raka menyentuh keras dagu Ayu dan menghempaskannya pula dengan keras.
“Aku salah, Mas. Aku bersalah, aku minta maaf.” Lirih Ayu. Ayu sudah membulatkan hati akan menerima semua perlakukan Raka asal Raka mau memaafkannya.
“Hah.” Raka mendengus kasar seraya mengacak rambutnya dengan kedua tangannya.
Rasanya Raka hampir frustrasi mengetahui apa yang berani Ayu lakukan di belakangnya.
“Apa yang kau mau?” Tanya Raka, ia mulai menstabilkan emosinya.
“Ayu sejak awal menikah aku tidak pernah menolak memiliki anak, kau sudah tau bukan?” Ayu mengangguk membenarkan perkataan Raka.
“Lalu apa yang kau lakukan?” Tanya Raka lagi, kali ini suara Raka sudah melembut.
“Aku takut.” Jawab Ayu, ya perempuan itu mempunyai banyak kecemasan dan ketakutan di dalam dirinya.
“Jika kau takut, mengapa tidak berbicara padaku?Mengapa membuat keputusan sendiri?” Raka menatap lekat perempuan yang masih terduduk lemas di ranjang itu.
Ayu memberanikan diri untuk menatap Raka, sorot mata tajam Raka sudah berubah lebih bersahabat dari sebelumnya. “Aku tidak berani mengatakan padamu, jika aku mengatakan yang sebenarnya apa kau akan marah?”
“Katakan!Aku akan mendengarkan.” Raka duduk di kursi kecil di sebelah ranjang agar bisa lebih sejajar dengan tubuh Ayu.
Ayu menghela nafasnya, mencoba untuk mengungkapkan ketakutan dalam dirinya. “Raka kau tau sejak awal pernikahan kita terjadi karena apa?Kau juga paham betul kau membutuhkanku hanya sebagai apa?Aku bukan tidak mau mengandung anakmu, aku hanya takut. Aku takut jika aku mengandung dan akhirnya kita berpisah bagaimana nasib anak kita?Dia akan tumbuh tanpa orang tua yang lengkap, bagaimana perasaannya jika dia tau dia terlahir tanpa rasa cinta. Kau tau kita tidak punya perasaan cinta seperti itu, bagaimana bisa aku mengandung anakmu?”
Entah mengapa apa yang dikatakan Ayu ada benarnya tapi ada beberapa yang salah. Raka memang belum yakin dengan perasaannya, tapi bagaimanapun Raka tidak menolak hadirnya seorang anak.
“Jadi, maksudmu ini semua salahku?Aku yang menyembabkanmu meminum obat sial*n itu?Kau menyalahkan ku karena tidak bisa memberimu cinta?” Rahang Raka kembali mengeras, laki-laki itu pun bangkit dari duduknya.
“Tidak, tidak. Bukan seperti itu Raka, aku tidak bermaksud seperti itu.” Ayu gelagapan dia tidak mengira Raka akan menangkap perkataannya dengan pemikiran seperti itu.
“Jadi, apa maumu?Kau mau aku menceraikan mu, karena aku tidak bisa memberimu cinta?Begitu maumu?” Raka kembali meninggikan suaranya.
“Jangan mimpi Ayu!Aku tidak akan menceraikan mu!” Ucap Raka, ia kemudian berjalan meninggalkan Ayu yang masih tertegun di ranjang.
Raka bahkan membanting keras pintu kamarnya.
“Jangan biarkan nyonya keluar dari rumah!” Raka seperti berbicara pada pelayan. Beberapa saat kemudian terdengar mobil Raka keluar dari halaman rumah.
Mendengar suara mobil Raka, Ayu pun bangkit dan berlari ingin mengejar Raka tapi percuma ternyata Raka mengunci pintu kamarnya dari luar.
Kali ini Ayu harus terima keputusan Raka, Ayu benar-benar menjadi tahanan rumah. Seberapa keras Ayu berteriak meminta bantuan pelayan untuk di bukakan pintu, tidak ada satupun pelayan yang berani membantunya.
Tubuh Ayu pun terperosok jatuh di depan pintu. Ayu terduduk lemas bersandar daun pintu. ‘Aku memang salah.’
***
Sebelum pergi Raka menuju ruang kerjanya untuk berganti pakaian, kemudian ia meninggalkan rumah dengan mengendarai mobilnya sendiri.
Raka mengemudikan mobilnya menuju Club malam. Disana sudah ada Leo dan Wu bai.
Raka mendudukkan dirinya kasar di kursi ruang VVIV Club itu.
“Kenapa bos?Apa kau bertengkar dengan istrimu?” Goda Wu bai. Entah dari mana Wu bai punya keberanian seperti itu.
“Wu bai menurutmu apa kekuranganku?” Tanya Raka seraya meneguk sebotol vodka.
‘Wah bos tidak marah justru meminta pendapat Wu bai, sepertinya bos sedang patah hati.’ Batin Leo.
“Kau tidak punya kekurangan, Bos. Kau kaya, tampan, dan dermawan.” Jawab Wu bai jujur. Selama ikut Raka, Wu bai sudah bisa merasakan betapa baiknya Raka pada orang lain.
“Apa menurutmu masih ada perempuan yang tidak mau mengandung anakku?”
“Hei bos, apa kau bercanda?Mana ada perempuan seperti itu, semua perempuan berlomba-lomba untuk sekedar tidur denganmu bos. Mengandung anakmu sebuah anugerah, bos.” Kata Wu bai lagi.
“Tunggu, apa nyonya menolak mengandung anakmu, bos?” Leo menyahuti percakapan antara bosnya dan Wu bai.
“Benar seperti itu?” Tanya Wu bai penasaran.
Raka kembali menengguk botol vodka nya dan menatap langit-langit ruangan itu. Wajah sendu terlihat jelas di raut wajah Raka. “Perempuan itu meminum pil kontrasepsi diam-diam.” Raka menghela nafasnya kasar, mengingat saat Mike membalas pesannya.
‘What the F*ck, Nyonya. Aku tidak menyangka kau seberani itu.’ Leo merasa marah pada Ayu, siapapun yang melukai Raka harus berhadapan lebih dulu dengan Leo.
.
.
.
Bersambung..
.
Author kasian deh sama mba Ayu, padahal dia kan hanya melindungi dirinya dari luka. Jika ada di posisi mbak Ayu mungkin author bakal ngelakuin hal sama, kalau kalian gimana guys?
Salam
Author baperan
Mulai Chapter selanjutnya aku akan kasih kata-kata galau di bawah Chapter yaa..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Bidadarinya Sajum Esbelfik
iyaaa gitu deehhh 😌
2021-07-09
0
ayyona
lanjut kk
2020-08-03
0
Rozh
hai Thor🤗
ceritanya bagus, semangat terus ya💪
oh ya, mampir kenovelku ya🤗 terimakasih 💖
2020-07-24
0