Pernah terdengar sebuah kalimat yang mengatakan bahwa hidup merupakan suatu perjuangan, perjalanan merupakan suatu pembelajaran. Apabila tidak ada pengorbanan, maka lambat laun pun kita akan semakin tersisihkan.
Bahkan kebahagiaan pun mempunyai rasa sakit, namun jauh dari kenyataan pengharapan menjadi penentu utama dalam pencapaian itu. Percayalah, tidak ada kebahagiaan sebelum kau mengerti apa itu kesedihan, kekurangan, bahkan kehilangan yang menyesakkan hati.
“Ada apa Anora kau terlihat muram?” tanya Raymond.
“Menurutmu, Carranku akan berusia lama atau ... dia akan bernasib sama seperti Carran milikmu?” Anora balas bertanya, menatap pada Carran yang tertidur.
“Carran merupakan suatu ikatan penghubung yang lahir tanpa kita inginkan, dengan kata lain ada atau tidak adanya Carran tidak akan begitu berpengaruh bagi seorang Olgora ... tapi jika ikatan itu kuat, kau akan begitu merasa kehilangan,” Balas Raymond.
“Entah mengapa aku merasa sedih saat membayangkan jika Carran milikku berusia tidak akan lama lagi .... ” Anora menundukkan kepalanya merasa begitu gelisah.
“Karena Carran adalah cermin dirimu ... kau ingat ratu Aeris yang kita temui? Itu adalah Carran kedua milik Alumir saat ia mendapat sihir tertinggi ... dengan Carran yang seperti itu lalu menghilang begitu saja, apa menurutmu Alumir saat ini sedang tidak sedih atau terluka?.”
Anora terdiam sejenak mencoba untuk membayangkan perasaan Alumir saat ini. Mengorbankan hal yang dia sayangi untuk kebahagian dan ketentraman tanah Landow, haruskan kami pasukan Brandir bernasib sama dengannya? gumam Anora dalam hatinya.
Carran milik Raymond yang berusia tidak lebih dari pria remaja seketika berubah menjadi cahaya disaat Raymond diangkat menjadi komandan pasukan Lhatar yang menyebabkan Raymond bersedih selama beberapa bulan.
“Bagaimana kabarnya? Ada dimana Alumir saat ini?” Anora kembali bertanya pada Raymond.
“Ada sihir yang menghalangiku melakukan ikatan Natarin dengannya, aku yakin saat ini Balthazar sedang menyekapnya disuatu tempat.” Raymond menjelaskan sembari memperlihatkan sihir yang meredup ditangannya.
Keduanya pun terdiam, hening selama sejenak. Tatapan Anora pada Raymond terasa ada yang aneh, seolah ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat ini yang tidak bisa ia jelaskan. Namun bagi Raymond yang melihat ikatan viell miliknya pada Anora, sengat tahu akan apa yang Anora rasakan.
“Bagaimana saat acara penobatanmu?” Raymond mencoba mencari topik pembicaraan.
“Berlangsung meriah dan ... begitu menakutkan. Percayalah jika bisa, aku ingin melarikan diri saat itu.” Anora menjelaskan dengan memperagakan gerakan lucu.
Suasana menjadi meriah tak kala Valor dan Viliris ikut bergabung dan menceritakan kisah lucu penghuni Leadale yang tidak diketahui penghuni lain. Tak ingin kalah, Dolrak pun ikut bercerita akan begitu perkasanya penghuni Beckton yang tentu disanggah oleh Hezekiah yang jahil.
Ikatan pasukan Brandir pun semakin terasa dekat disaat Carran milik Anora menari dengan sangat indah dengan cahaya berkilau kecil disekitarnya. Seolah melupakan penat dan mereka untuk sesaat.
Keesokan paginya pasukan Brandir mulai menapakkan kaki pada bukit tandus yang hanya dipenuh dengan batu. Dolrak yang memperingatkan pun membawa persediaan minum lebih banyak terlebih untuk Hezekiah penghuni Mareen.
Cuaca panas mengitari mereka dengan tidak ada satu pun kehidupan. Pikiran Anora pun melayang mencoba membayangkan kondisi dibumi yang tidak jauh berbeda dengan gurun pasir.
“Berapa lama lagi kita harus berjalan?” tanya Hezekiah yang terlihat begitu kelelahan.
“Kenapa? Apa kau merasa tidak enak badan?” tanya Raymond yang langsung memeriksa kondisi tubuh Hezekiah.
Penduduk Mareen memang terkenal maju dengan pertahanan yang kuat mengingat senjata tempur mereka yang benar-benar berbeda. Namun kondisi fisik mereka begitu lemah saat berada jauh dari laut atau air yang mengalir disekitar mereka.
Bagai masuk kedalam siksaan, bagi Hezekiah yang harus bertahan seorang diri membuat pasukan Brandir kebingungan karena tidak bisa melakukan kelebihan mereka yang akan menarik perhatian.
Raymond mencoba memikirkan suatu cara yang dapat membantu Hezekiah saat ini yaitu dengan membuka portal namun itu akan sangat berbahaya dan menarik para Durog datang kembali.
“Tapi jika kita pergi ke Mareen, maka perjalanan kita yang sejauh ini akan menjadi sangat percuma. Apakah tidak ada hal lain yang dapat kita lakukan?” tanya Dolrak.
“Ada, aku dan Viliris akan terbang lebih dulu mencari titik air yang terdekat ... apa kalian tak apa jika kami tinggalkan?” ucap Valor dengan memberikan pertanyaan.
“Pergilah, kami akan baik-baik saja.” Balas Anora sembari memberi ruang pada Valor dan Viliris untuk mengangkat Hezekiah.
“Maafkan aku ... aku sungguh tidak berguna,” Hezekiah berkata dengan nada lirih.
Raymond langsung memeluk Hezekiah layaknya pria sejati yang memberikan semangat. Tatapan mata Dolrak pun mengisyaratkan perintah padanya untuk bertahan entah apa pun yang terjadi.
Valor dan Viliris pun terbang melesat menuju ujung pandangan bukit tandus itu. Namun kepakkan sayap mereka ternyata dapat terasa oleh beberapa hewan tanah Landow yang dapat mengendus wanginya.
Bagai semilir angin yang membawa harum buah-buahan segar, kepakkan sayap penghuni Leadale memang begitu berbeda. Wangi itu itu begitu menarik perhatian untuk dahaga yang terasa kering.
“Tunggu berhenti berjalan, apa kalian rasakan itu?” tanya Raymond.
“Ya, ada sesuatu yang bergerak dibawah tanah ini.” Anora separuh terduduk, meraba atas permukaan bukit pasir tersebut.
Carran Anora menggelengkan kepalanya yang terlihat begitu panik saat ini entah karena alasan apa. Seketika Anora mendorong Carran itu maju untuk berada disamping Raymond.
Menatap pada Dolrak yang seketika terlihat kosong dengan berjalan mundur tak berarah, tentu saja menjadi pertanyaan besar bagi Raymond dan Anora yang tidak mengerti. Tiba-tiba pasir itu kembali bergerak terlihat bagai suatu medan magnet yang menariknya.
“Naldiz .... ” ucap Dolrak bersuara parau.
“Apa? Kau bilang apa?” tanya Anora mencoba meyakinkan.
Dolrak tiba-tiba melangkahkan kakinya menjauhi Anora yang terlihat kebingungan. Tubuhnya seketika diam membatu pada suatu titik dengan memberikan isyarat yang tidak dimengerti oleh Anora.
Semakin lama Dolrak berprilaku aneh dengan hanya menggerak-gerakkan tangannya, membuat Raymond bertanya-tanya terlebih untuk Anora yang berada lebih dekat dengannya.
“Dolrak, apa sebenarnya yang ingin kau katakan?” tanya Anora kembali kebingungan.
Belum sempat Dolrak berkata kembali, sesuatu menarik Anora keatas dengan begitu cepatnya. Anora yang menatap butiran pasir itu jatuh mengalir bagai air, akhirnya menyadari bahwa saat ini dia sedang berada di punggung suatu hewan yang memang hidup di bukit ini.
Raymond dan Carran milik Anora seketika bereaksi mencoba ingin menyelamatkan Anora, namun Dolrak melarang mereka karena begitu mengenal akan watak dari binatang ini.
“ANORA, KENAPA KAU BERJALAN MUNDUR?! NALDIZ DAPAT MERASAKAN GERAKAN KAKIMU!” teriak Dolrak dari bawah.
“MANA AKU TAHU, AKU TIDAK HARUS BERGERAK! KAU TELAT MEMBERITAHUKU!” jawab Anora sedikit kesal.
“Aaahhh ... Kau benar .... ” ucap Dolrak dengan polosnya. “LALU KAU MAU APA ANORA?.” Dolrak kembali bertanya dengan menggerakkan tangannya melambai keatas pada Anora.
“KAU BERTANYA PADAKU?! DOLRAK BEGITU AKU TURUN AKU AKAN MEMBUAT PERHITUNGAN DENGANMU!” balas Anora yang merasa kesal.
“Raymond, kenapa dia marah-marah padaku?” tanya Dolrak kembali dengan polosnya.
Raymond langsung menatap pada Dolrak dengan tatapan dingin dan menyudutkan seolah tidak percaya bagaimana seorang Raja kerajaan bisa begitu polos seperti dirinya.
“DOLRAK, APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?” teriak Anora kembali mencoba bertanya.
“ DIAM DAN JANGAN BERGERAK SAMPAI HEWAN INI TERTIDUR LAGI.” Balas Dolrak berteriak.
“ APA?! MAKSUDMU AKU HARUS DIAM DIPUNGGUNG HEWAN INI?” Anora merasa begitu risih.
“ YAA ... NALDIZ HEWAN YANG TIDAK DAPAT MELIHAT DAN MENDENGAR, TAPI PENCIUMANNYA TAJAM DAN BEGITU BEREAKSI TERHADAP GERAKAN. SELAMA KAKIMU DIAM KAU AKAN HIDUP, TENANG SAJA ANORA!” Dolrak berucap tanpa beban.
“Maaf, apa yang mulia sudah gila?!” Raymond langsung berkomentar sedikit kesal.
“Tenang saja, lihat betapa stabil Anora berdiri ... dia akan baik-baik saja.” Balas Dolrak kembali dengan senyum akan rasa bangga yang tidak dimengerti oleh Raymond.
Naldoz mulai bergerak hingga membuat Anora kesulitan untuk berdiri diam. Tertunduk menaruh kedua tangannya saat ini dipunggung Naldiz, Anora benar-benar tidak dapat bergerak.
Raymond sudah mulai kehabisan titik kesabarannya disaat hewan yang disebut Naldiz ini mengibaskan ekor beracunnya kesana kemari hingga membuat Anora kesulitan. Tidak lagi mendengarkan perkataan Dolrak, Raymond berlari dengan kencangnya.
“Raymond? ... apa pengganti Alumir itu sudah gila?” decap Dolrak kembali dengan polosnya.
"YANG MULIA, KAU AKAN DIAM ATAU IKUT BERSAMA KAMI?" tanya Raymond saat mulai berlari.
"TENTU SAJA AKU IKUT BERSAMA KALIAN, LAGIPULA SUDAH LAMA AKU MERASA KESAL DENGAN HEWAN INI!" senyuman kesal Dolrak yang akhirnya ikut berlari dibelakang Raymond dengan pedang suci ditangannya.
Gerakan yang dilakukan Raymond dan Carran milik Anora tentu saja membuat Naldiz bereaksi dengan cepatnya berlari kearah mereka. Tak lupa Dolrak pun membuat gerakan dari arah yang berbeda untuk membuat Naldiz kegingungan.
Sedangkan Anora yang saat ini masih berada diatas punggung hewan itu pun mencoba menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh dan terkena racun bisa yang berada pada ujung ekornya.
“ANORA, APA KAU SIAP?” teriak Raymond saat berlari dengan menarik pedang suci dari sarung yang membungkusnya.
“TENTU SAJA, MARI KITA BERSENANG-SENANG.” Balas Anora dengan senyum menyeringai diwajahnya dengan menjulurkan pedang sucinya.
“1,2,3 ... SEKARANG!” teriak Raymond dengan langsung berbalik badan dan menghunuskan pedangnya.
Hewan bernama Naldiz pun terbantai dengan masing-masing kepala yang terpisah dari tubuhnya. Tebasan pedang Raymond, Anora, serta Dolrak secara bersama-samalah yang menjadi kunci akan tajamnya dan seberapa dalam pedang dapat menusuk pada hewan buas itu.
Terkekeh bersama, Anora tetap memukul pelan pundak Dolrak karena merasa kesal hingga hari ini pun berlalu seperti biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
dinda anissa
mantap thor!
2023-10-31
0