Awan duka terlihat diufuk utara Landow. Pertanda bahwa sedang terjadi masalah besar disana. Para Olgara terlihat gelisah, penuh gundah kekhawatiran akan sebuah kabar yang diberikan dari ikatan Natarin. Entah apakah itu, namun sampai saat ini dengan tidak adanya Raymond, istana ini terlihat hampa meski megah dan luas.
“Tuan Putri ... upacara penobatan akan segera dimulai, mohon Tuan Putri untuk bersiap,” ucap salah satu menteri pada Anora. Anora hanya menundukkan kepalanya tanda mengerti akan apa yang dimaksudkannya meski tidak ingin dia lakukan.
Apa sebenarnya yang aku lakukan disini? Tidak bisakah aku kembali dan hidup seperti semula? Anora membatin dengan menatap dirinya dari pantulan kaca didepannya. Terlihat wanita luar biasa yang tidak ia kenali berbalut gaun mewah berwarna putih. Hentikan Anora, kau sudah berjanji untuk berjuang! gumam Anora dalam hati.
Anora berbalik dan berjalan menuju ujung jendela ruangannya dan menatap pada awan hitam itu yang masih ada sejak beberapa hari lalu, tidak lama setelah Raymond pergi bersama pasukan Brandir. Gelisah tak berujung pun dirasakan oleh Anora saat ini, karena akan dinobatkan menjadi Ratu kerajaan Halivara.
Suara terompet dan dentum drum pun terdengar dengan gema yang nyaring. Ramai warga berdatangan dengan karangan bunga indah yang sengaja dipersiapkan jika Ratu melewati mereka dengan kereta kuda perkasa berhias ukiran yang indah. Anora menundukkan kepalanya semakin merasa gelisah seolah tidak tahu harus melakukan apa.
“Tuan Putri.” Panggil Menteri kembali dengan membuka pintu, seolah menyuruh Anora keluar dari ruangan persembunyiannya. Anora berjalan keluar dengan anggun dituntun dengan beberapa dayang serta prajurit kerajaan yang berjalan didepan dan dibelakangnya.
Ramai, begitu nyarik sekali disini. Bagai semarak kegembiraan yang sangat dinantikan akan kerinduan dari hati yang telah lama kosong. Bagaimana tidak?, saat mendiang raja meninggal, kursi pemerintahan kosong selama beberapa waktu karena Anora merasa belum sanggup untuk duduk dikursi singgasana yang terlihat menyeramkan baginya.
“Tuan Putri, kita mulai acara penobatan ini,” ucap Menteri itu kembali dengan sedikit berbisik pada Anora. Baiklah ... aku siap.” Anora menarik nafas panjang dengan langsung membalikkan tubuhnya dengan sangat berwibawa.
Sumpah suci diucapkan dengan lantang hingga terdengar sampai penjuru Halivara. Warga yang begitu antusias, seolah tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dengan terus meneriakkan nama Anora dan ucapan berkah restu untuknya.
“DENGAN INI, KERAJAAN HILVARA BERJANJI AKAN BERADA DALAM NAUNGAN ERAST YANG AKAN DIWAKILKAN OLEH RATU BARU KAMI, ANORA SIGRID.”
Upacara penobatan pun selesai dengan Anora yang mencium pedang suci yang diturunkan secara turun temurun pada penerus kerajaan Halivara. Kegembiraan pun memecah udara dengan terlemparnya kelopak bunga mawar indah di langit langit aula istana.
Anora berjalan keluar dengan penuh kemegahan. Semua menundukkan kepala dengan senyuman indah akan datangnya Ratu yang akan memimpin kerajaan Halivara kelak. Tak urung akan pasukan Lhatar, sihir kecil berupa percikan kembang api pun membuat acara penobatan semakin meriah dengan wangi aroma pohon pinus disetiap hembusan nafas.
...***...
...-Bagian utara Landow, ufuk Erast berada-...
“Bagaimana? Apa kau memerlukan sesuatu lagi?” tanya Valor pada Raymond yang terlihat kelelahan saat terus mencoba menghentikan demam yang saat ini diderita Alumir.
“Aura runaku semakin menipis ... aku tidak bisa menahannya lebih lama jika begini.”
Perkataan terakhir Raymond membuat pasukan Brandir mulai kehilangan keyakinan. Bagai menapak pada sebongkah batang kayu tipis, mereka merasa ragu untuk melangkah jika menatap pada lahan gersang berawan hitam yang mengalir larva gunung berapi disekitarnya.
Erast, tanah suci penghuni Landow kini berubah. Para pasukan Brandir menatap tiada henti pada Erast yang begitu jauh berbeda dari sebelumnya. Tidak ada lagi kehidupan disana, hanya jeritan mahkluk menyeramkan dengan gemuruh inti Landow yang ikut berteriak dari dalam tanah.
Luka tusukan pada perut Alumir yang ternyata tersisip racun khusus yang berada ditanah Erast membuat Alumir berhalusinasi. Sihir hitam yang menyelimuti akibat luka tusukan itu semakin terlihat menyebar disepanjang tubuhnya meski Raymond berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya.
Keadaan semakin memburuk tak kala Alumir mengigau dalam suhu tubuh yang tinggi. Alumir selalu mengucapkan kata kunci dan kunci lagi untuk kesekian kalinya yang tidak dimengerti oleh pasukan Brandir sehingga membuat mereka semakin merasa gelisah tak terbendung lagi.
“Haruskah kita kembali?” tanya Viliris yang terlihat begitu khawatir melihat keadaan Alumir.
“Pintu portal yang pertama terbuka, dilakukan oleh Alumir. Bahkan Olgara berpangkat tinggi seperti Raymond tidak dapat membuka portal itu kembali,” Dolrak mencoba untuk menjelaskan.
"Kalau pun Raymond bisa, itu akan sangat membahayakan nyawanya dan juga kita. Karena jika tiba tiba ikatan Natarin terputus bersama portal, maka .... ” Hezekiah pun terdiam tidak melanjutkan bicara.
Semua pasukan Brandir pun terdiam dan hanya bisa menyerahkan semua kepada Raymond yang sampai saat ini masih terus berusaha menyelamatkan Alumir dari racun sihir yang diberikan Ragor.
Merasa semakin melemah, Raymond akhirnya mengucapkan sesuatu yang tidak masuk akal untuk didengar.
“Apa salah satu dari kalian ada yang berani masuk kedalam Erast dan membawa sedikit tanahnya kemari?.”
Bukan hanya diam membatu, tapi para pasukan Brandir saat ini merasa bingung dengan apa yang dikatakan Raymond saat ini, seolah perintah bunuh diri untuk mereka karena jalan masuk menuju Erast dijaga oleh Durog yang bertubuh jauh lebih besar.
“Tidak ada yang mempunyai kekuatan merubah diri ... hanya sihir tertentu yang dapat menggunakannya. Raymond, kau tahu itu bukan?” tanya Valor dengan mengerutkan kedua alisnya.
“Aku tahu. Tapi ... jika dibiarkan seperti ini, Alumir ... dia .... ” Raymond benar benar kewalahan mendekati aura runa sihirnya yang semakin meredup.
“Aku akan terbang secepat mungkin dan kembali kemari untuk mencari bantuan. Raymond, apa kau bisa bertahan?” tanya Valor kembali mencoba memastikan.
Raymond pun mengangguk tanpa berbicara. Valor mencium kening istrinya seraya perpisahan dengan langsung terbang melesat dengan kecepatan yang tidak dapat dijangkau oleh mata.
Yang bisa menyelamatkan Alumir hanya sihir kembali ... jadi, aku harus membawa Anora kesana.
Valor pun terbang semakin cepat mencoba memutari tanah Landow dari ujung ke ujung. Membutuhkan waktu 5 hari untuknya untuk bisa sampai ke Halivara mengingat jarak Erast yang berada diutara dari tanah Landow.
Disatu sisi lainnya, Anora yang kini resmi menjadi Ratu dengan kondisi kerajaan yang sudah kembali normal, terngiang akan perkataan Alumir terakhir kali padanya. Entah ini masuk akal atau tidak, tapi sepertinya aku perlu mempelajari sihir Mist ini.
Anora bergumam dalam hatinya sembari memegang kalung batu berbentuk bulat bagai kunci kecil yang diberikan Alumir padanya.
Keyakinannya semakin teguh disaat melihat awan gelap diutara Landow masih saja belum menghilang dengan pasukan Brandir yang tak kunjung memberikan kabar.
“VOLAREZ.” Anora kembali melayang menuju bagian selatan kerajaannya, dimana akademis kerajaan sihir berada. Berjalan dengan berpakaian baju zirah besi dan bukan gaun indah miliknya, semua guru sihir di akademis kerajaan pun dibuat kebingungan dengan kehadiran Anora saat ini.
“Ratu? ada apa gerangan yang membuat Ratu untuk datang kemari?” tanya salah satu guru sihir bernama Profesor Archibald saat menyambutnya.
“Prof ... apa ada yang bisa mengajarkan sihir Mist padaku?” tanya Anora mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan olehnya.
“ Mist? ... Ratuku, apa Ratu Anora tahu sihir apakah itu?” tanyanya terkejut saat mendengar Anora yang meminta diajarkan sihir hitam.
Tanpa berkata lagi, Anora yang juga tahu bahwa permintaannya ini sangat tidak masuk akal membuat siapa pun mempertanyakan akan maksud dirinya dihari pertama menjadi Ratu kerajaan Halivara. Tak urung akan Prof. Archibald yang masih menunggu respon dari Anora pun akhirnya terdiam.
“Aku bisa, tapi jika Ratu ingin mempelajarinya lebih baik maka ... temuilah Profesor Oswold.” Achibald pun menunjuk salah satu ruangan diatas menara tinggi tempat Oswold berada.
“Apa Profesor ada kelas mengajar saat ini?” tanya Anora sembari menatap mengitari seluruh tempat.
“Tidak ada, Ratuku .... ” balas Achibald dengan sedikit terbata–bata menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada Anora. "Baiklah bagus ... jika begitu, kau dan Oswold akan mengajariku sihir Mist ini hingga aku kuasai sepenuhnya.”
Merupakan suatu kebanggaan menjadi pengajar dari keturunan kerajaan saat mempelajari sihir di akademi istana ini. Namun bagi Achibald, sihir Mist adalah sihir hitam yang kuat dan akan berbalik menyerang jika pemegang sihir tidak sanggup menanggungnya.
Namun Achibald tidak mampu membantah perintah Ratunya yang dengan segera membawanya menemui Oswold yang tentu saja tercengang dengan permintaan sang Ratu padanya. Oswold pun bahkan memperlihatkan larangan penggunaan praktek sihir hitam didalam istana.
“Ratuku dengan penuh hormat ... untuk meminta kami mengajari sihir Mist, kami memerlukan alasan kuat akan alasan mengapa anda perlu mempelajari sihir hitam ini,” ucap Oswold kepada Anora.
“Apa harus memerlukan alasan?” tanya Anora padanya dengan mengerutkan kedua alisnya.
“Ya Ratuku ... berikan alasan pada kami yang dapat membuat kami mengerti.”
Anora terdiam sejenak mencoba untuk mempertimbangkan kembali. Adakalanya kepercayaan itu akan begitu sulit didapatkan, disaat penghianatan pernah ia dapatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Nendz Kzuma Dewz
lebih mantap banget ni cerita 😍😍
2023-10-18
0
Fidia K.R ✨
/Chuckle/ aaiihh dpat penghargaan apa ini di comment lagi sama suhu... /Determined/ semangat untuk diriku. Xie xie... arigatou ka ash../Joyful/
2023-10-15
0
Richie
bagus sih narasinya.. /Smile/
2023-10-15
0