Erast Landow 16

Bukan hanya tangan dan kaki, kini mulut pun terpaksa tertutup. Semua enggan mendengar perkataan tidak masuk akal akan kata-kata klise yang hanya menimbulkan kecemasan pada hati yang mulai dipenuhi dengan ketakutan akan ancaman.

Datang bersama-sama, mereka pun semakin mengunci hingga terasa sakit pada sekujur tubuh ini. Tidak dapat melakukan perlawanan sedikit pun membuat akal sehat ini semakin memberontak disaat semua menyudutkan dengan pertanyaan kenapa dan mengapa.

Tatapan orang terkasih begitu berbeda, tidak ada lagi kecemasan atau rasa sayang didalamnya. Gerakan tubuhnya pun menandakan bahwa saat ini, anak yang berada dihadapannya begitu memalukan dan dianggap tidak berguna sama sekali.

“Lakukanlah Alumir ... lakukan hukuman yang memang diperlukan pada anak itu.” Ucap Raca Beckton pada Balthazar sembari membalikkan tubuhnya tak kuasa menatapnya.

“Aku masih ingin mempertimbangkan hukuman di Beckton, apa kau yakin dengan keputusanmu ini yang mulia?” tanya Alumir pada Raja Beckton.

“Lakukanlah ... jika kita membawanya kembali, aku takut dia akan menggunakan sihir dan semakin menghancurkan Beckton,” Balas Raja Beckton dengan tegas.

Alumir menundukkan kepalanya seraya mencoba mempertimbangkan pendapat darinya. Menatap pada Balthazar yang kini menatap penuh amarah, dengki, dan semua perasaan buruk, Alumir pun mencoba memperlihatkan gambaran kondisi wilayah Beckton saat ini.

Dengan menjentikkan jarinya, Balthazar pun dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Beckton yang selalu rindang dan sejuk kini mulai mengering dengan daun yang berubah warna. Batang kayu pun menyusut bagai kekurangan nutrisi yang terserap dari bawah tanah Beckton.

Terdiam sejenak, Balthazar seolah meresapi dan berpikir. Namun tidak ada yang menyangka akan reaski yang diberikannya. Bukan merasa menyesal atau bersalah, Balthazar justru tertawa lepas meski mulutnya terbungkam.

Semua pun mulai mempertanyakan akal sehat Balthazar yang terlihat bahagia dengan kondisi wilayah Beckton saat ini. Hal itu pun menjadi alasan terkuat raja Beckton saat mengambil keputusan tak kala merasa malu akan prilaku dan perkataan dari anak semata wayangnya.

Raja Beckton begitu merasa sedih karena pewaris satu-satunya kerajaan Beckton justru berpaling dan membuat penghuni Beckton harus menanggung atas segala kelakuan Balthazar. Berkah pohon suci pun tidak diberikan pada wanita penghuni Beckton yang sedang mengandung hingga terpaksa mengalami keguguran disetiap selang waktu.

Buah-buahan membusuk dan hewan buruan seolah pergi menjauh hingga membuat penghuni Beckton sulit untuk berburu mencari makan untuk sehari-harinya. Hembusan angin tidak lagi sejuk, hanya dipenuhi oleh pasir yang menggores kedua mata penghuni Beckton.

Alumir memberikan kesempatan pada Balthazar untuk mengutarakan isi hati akan pendapatnya mengenai kondisi Beckton saat ini, namun pernyataan dan jawaban yang diberikan Balthazar begitu jauh dari berbeda dari bayangan Alumir dan raja Beckton.

“Bukankah sudah kubilang, Beckton harus berubah! Sampai kapan kalian harus hidup primitif disaat yang lain begitu jauh berkembang ... apa kau tidak melihat bagaimana penghuni Mareen?.”

Pernyataan disertai tanya yang diberikan Balthazar sudah benar-benar keterlaluan. Ia sudah lupa akan tempat kelahirannya yang mengalir diurat nadinya akan pohon suci yang memberikan berkah bagi kehidupannya.

Alumir dan Profesor Oswold hanya dapat menundukkan kepalanya merasa begitu sedih mendengar perkataan Balthazar, namun kemarahan justru semakin membutakan hati raja Beckton pada anaknya.

“UBAH DIA MENJADI SALAH SATU BINATANG BECKTON DAN KUCILKAN DIA!”

Balthazar seketika terdiam saat mendengar perintah ayahnya pada Alumir. Sungguh tidak menyangka akan dirinya yang begitu sangat membenci kehadiran Balthazar yang hanya ingin agar Beckton tidak dipermalukan oleh penghuni Landow yang lain.

“Ayah ... kau ingin mengubah serta mengurungku? Kenapa ayah?” tanya Balthazar dengan tatapan sedih dan tubuh yang kaku terdiam.

“Kau sudah lupa diri Balthazar! kau lupakan berkah pohon suci yang mengalir didalam dirimu saat ini ... jika kau memang menginginkan perubahan pada Beckton, tidak bisakah kau mempertimbangkan asal keturunan kita?! Bisakah kau menatap pada dirimu sendiri?.”

Bagai tak ingin melanjutkan pembicaraan dengan anaknya kembali, raja Beckton membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju kearah Alumir dan profesor Oswold. Memandang mereka berdua, raja Beckton pun meminta agar Alumir segera memberikan hukuman yang pantas pada anaknya.

Alumir berjalan maju dan tiba-tiba saat mulai merapalkan mantra pengubah, Lilith berlari kearah Balthazar dan menutupi tubuh Balthazar dengan memeluknya. Seketika Lilith berubah menjadi seekor binatang yang buruk rupa.

Balthazar terkejut dan semakin kehilangan akal sehat. Sihir Mist yang sebelumnya Balthazar sudah kuasai menjadi aura runa hitam dengan penuh bayangan semu dibelakangnya. Alumir pun seketika tercengang melihat sosok mahkluk tersembunyi yang berada didalam diri Balthazar.

Sebelum mahkluk dalam diri Balthazar keluar dan mengambil alih kesadarannya, Alumir dengan sigap membuka sebuah portal menuju ruang hampa dimana Lilith dan Balthazar seketika tertarik masuk kedalamnya. Dengan sebuah mantra lainnya, Alumir pun mengunci portal itu kemudian menghilang.

Semua begitu terkejut saat melihat perubahan Balthazar yang kini dimengerti mengapa ia sangat ingin merubah Beckton. Sebagian jiwa Balthazar sudah termakan oleh satu Anurag yang kini memiliki kekuatan sihir yang sebelumnya sempat Balthazar kuasai.

Sungguh tidak ada cara lain jika Anurag sudah berhasil melahap sebagian jiwa selain menebas leher sang pemilik raga agar terlepas dari ikatan Anurag. Alumir yang masih memiliki belas kasih pun tidak mampu melihat kepedihan lainnya dari raja Beckton yang begitu sangat bersusah hati.

Namun ternyata tidak sampai disitu, saat Balthazar dan Lilith terlempar keruang hampa. Anurag dalam diri Balthazar pun muncul yang kini menguasai seluruh tubuh baik jiwa dan raga milik Balthazar. Bagai terlahir kembali, kini Balthazar bukanlah orang yang sama namun memiliki ingatan kenangan yang tetap ada.

“Berani sekali Alumir tua itu mengirimku kemari?! dan lihatlah apa yang sudah ia lakukan pada wanita yang kucintai ini .... ” ucap Balthazar lirih menatap pada Lilith.

Lilith pun diubah kembali menjadi wujud aslinya yang rupawan sesuai dengan kenangan diingatan Balthazar, bahkan tidak ragu Balthazar pun memberikan salah satu kemampuan sihirnya yang dapat berubah bentuk kepada Lilith yang saat ini menjadi istrinya.

Lilith yang juga diasingkan oleh penghuni Beckton karena mendukung Balthazar dan menolak lamaran keluarganya pun kini menaruh dendam sama seperti Balthazar. Namun kekuatan sihir mereka masih kurang untuk dapat keluar dan membuka kunci mantra portal Alumir.

Waktu yang mereka habiskan untuk berlatih mengembangkan sihir pun akhirnya membuahkan hasil pada lingkaran bulan ketiga disaat bulan merah hadir pada suatu malam. Sihir hitam menjadi sangat kuat bagai seluruh tanah Landow memberikan element yang mendukungnya.

Tentu saja kesempatan ini dijadikan kesempatan bagi Balthazar dan Lilith untuk keluar dan nasib naas pun harus dirasakan oleh salah satu Olgora kepercayaan Alumir yang terkena sihir hitam hingga terhipnotis dan membantu Balthazar membuka kunci portal tersebut.

“Apa yang akan kita lakukan pada Olgora ini?” tanya Lilith saat berhasil keluar portal ruang hampa.

“Jadikan saja dia tumbal ... aku ingin dia melaporkan padaku semua hal mengenai penghuni Landow yang sudah lama kita tinggalkan. Istriku, bagaimana jika kita menyapa mereka secara langsung?”

Lilith tersenyum begitu bahagia melihat Balthazar yang begitu mengerti isi hatinya. Mereka pergi menuju utara tanah Erast dimana batu permata Thindrel berada. Tak menunggu waktu, dengan membenamkan tangannya pada tanah Landow, sihir hitam pun Balthazar lepaskan.

Tanah suci Erast seketika berubah menjadi tandus, tanah Landow bergetar habis tak terkira. Balthazar sengaja melakukannya agar permata Thindrel mengeluarkan kemampuannya untuk menjaga keseimbangan, namun ternyata kekuatan Balthazar begitu kuat hingga memecahkan permata Thindrel.

Alumir yang mendapat pandangan pun langsung menuju tanah Erast dan begitu terkejut saat melihat Balthazar dan Lilith yang sudah mengusai tanah suci Erast. Kejutan lainnya  yang Alumir dapatkan adalah disaat Carran miliknya yang kini menjadi Olgora, berhasil Balthazar kuasai dengan sihir hitam.

“Kembalikan Carran milikku!” hentak Alumir dengan posisi siap menyerang.

“Kau menginginkannya kembali? Maka ambillah jika kau bisa ... kita lihat apa yang akan terjadi.” Balas Baltahzar sembari tersenyum licik mendorong Carran Alumir untuk berjalan kearahnya.

Alumir sekatika terdiam karena jika ia melukai Carran, sama saja dengan ia melukai dirinya sendiri. Carran terikat batin jiwa dan raga pada Olgora pemiliknya karena itu Alumir pun kini merasa ragu untuk menyerang Carran miliknya.

Alumir berusaha sebisa mungkin menangkis dan memberikan sihir putih pada Carran miliknya agar ia tersadar dan kembali pada Alumir. Namun sejauh yang Alumir bisa, ia hanya mempu membuat pecahan permata Thindrel terpencar dengan tongkat kayu Thindrel yang berhasil ia dapatkan.

“SUCTUMPRA!” mantra perisai yang Alumir ucapkan dengan lantang untuk menangkis kekuatan Balthazar dan Lilith. Alumir begitu terkejut akan kemampuan Baltahzar yang begitu kuat yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan.

Alumir membuka sebuah portal dan berhasil masuk untuk memberi peringatan pada penghuni Landow yang lain. Sedangkan Balthazar dan Lilith menghidupkan kembali Ragor serta melepaskan Durog yang berhasil bertahan hidup. Mereka pun bagai binatang setia yang siap melayani segala perintah Balthazar dan Lilith.

“Aku ingin tanah Erast menjadi kerajaan milik kita ... dan aku yakin Alumir akan segera mencari pecahan permata Thindrel itu, kita harus lakukan sesuatu.” Ucap Balthazar didepan pasukan Ragor.

“Suamiku, apa yang kau rencanakan?” tanya Lilith dengan bersikap manja pada Balthazar.

“Kita harus membawa Alumir kemari, bagaimana pun pisahkan mereka dari Alumir.”

Auman suara Ragor yang terdengar menyeramkan pun menggetarkan tanah suci Erast saat mendengar perintah Balthazar. Mereka pun segera bergerak cepat dan sebisa mungkin mendapatkan sisa dari permata Thindrel yang ternyata harus dihadapkan melawan pasukan Brandir yang perkasa.

Terpopuler

Comments

dinda anissa

dinda anissa

😍😍😍

2023-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!