Erast Landow 2

Begitu sampai, Anora dan Raymond dikejutkan dengan pemandangan yang memilukan dimana aliran mata air mancur yang selalu mengalir deras terlihat kekeringan bagai terhisap menghilang kearah berlawanan.

Pepohonan hijau menguning bagai musim gugur dengan tidak ada kicauan lantunan nada indah dari burung burung Nymeria yang terbang dan hinggap.

Entah mengapa Anora menjadi begitu terikat pada ruang dan waktu dimasa ini dengan alasan yang tidak ia mengerti. Ingatan yang benar-benar membelenggunya ini bagai menjalar keurat nadi untuk bertindak meski tidak ia inginkan.

“Apa yang terjadi ... kenapa jadi seperti ini?” tanya Anora pada Raymond yang tentunya sebagai Olgora dan pasukan Lhatar yang perkasa. Namun untuk menjawab pun bibir Raymond terasa kelut tak dapat berucap, karena dirinya sendiri pun bertanya-tanya.

Hembusan angin sejuk tiba tiba berhembus diikuti wangi bunga yang menenangkan. Anora dengan sigap menunduk penuh hormat pada sosok seorang pria paruh baya berjubah putih yang berjalan melewatinya sebagai bentuk penghormatannya.

“Receperint retro Halivara, Leadale, Mareen, Beckton. Aku akan memulai pertemuan ini sebentar lagi. Silahkan menikmati hidangan yang sudah kupersiapkan terlebih dahulu,” ucap Alumir penuh sopan dan hangat saat memasuki aula utama dengan beberapa Olgora dibelakangnya.

“RECEPERINT RETRO ALUMIR ...,” balas keempat element secara bersamaan menunduk penuh hormat sebagai ucapan selamat datang kembali kepada satu sama lain.

Saling menunduk penuh hormat pada satu sama lain, didunia Landow meski terlihat ramai dan seolah penuh sesak, disini hanya terdiri dari empat element wilayah penting yang terbagi bagi dimana setiap wilayah memiliki aturan pemerintahannya sendiri.

Pertama, bagi wilayah Leadele. Kerajaan yang berada diatas awan, dengan pulau mengapung yang sangat indah. Paras mereka bagai lukisan hidup dengan sayap putihnya. Sifat damai, tidak memihak siapa pun ternyata memiliki kemampuan dalam ilmu berpedang dan memanah dengan element angin yang tentu tidak dapat ditandingi.

Kedua, bagi wilayah Beckton. Kerajaan yang berada ditanah subur Landow dengan sebuah pohon besar sebagai pusat peradaban. Dibawahnya kaya akan baja, besi, dan batu lainnya. Tubuh mereka yang semampai dan kekar, tidak terlepas dari harga diri mereka yang tinggi.

Ketiga, bagi wilayah Mareen. Kerajaan bawah laut dimana teknologi begitu berkembang pesat. Mereka begitu terbuka dan tahu akan segala hal. Penampilan mereka yang selalu terlihat rapi, serta tutur kata yang baik, memperlihatkan betapa berpendidikannya mereka.

Dan terakhir, Halivara. Kerajaanku dimana unsur keindahan tanah Landow berasal. Kami pekerja keras dalam berbagai hal serta hanya element wilayah kami yang dapat menggunakan ilmu sihir. Halivara juga mempunyai wilayah luas diantara lainnya dengan pusat perdagangan.

Kami mempunyai sistem yang berbeda beda sesuai dengan wilayah kami. Namun jika terjadi sesuatu, maka Erast adalah tujuan kami. Dalam Erast terdapat batu murni yang dianggap sebagai asal mula Landow serta sebagai penyeimbang keempat element wilayah yang disebut permata Thindrel.

“Dengan menyesal, aku ingin mengatakan ... permata Thindrel terpecah dan terbagi menjadi 4 bagian,” Alumir tiba-tiba memberikan pengumuman ditengah semua sedang menikmati hidangan yang tersedia. Saling menatap satu sama lain, tamparan hebat pun mereka dapatkan kali ini.

Permata Thindrel adalah tonggak berdirinya Landow, sedangkan Erast bagai tongkat kayu kokoh yang menopangnya untuk berdiri dan memberikan kekuatan setiap harinya. Jika Thindrel tidak berada disana, maka Erast akan menjadi lahan tandus dengan kekuatan yang dapat disalahgunakan.

“Alumir percayalah, saat kami menggali beberapa waktu lalu sebelum gempa terjadi. Kami merasa ada suatu pergerakan dibawah tanah Landow, yang berjarak dekat dengan kami.” Ucap Dolrak, Raja Beckon dengan menghentak- hentakkan kapaknya penuh wibawa.

“Terdapat pergeseran tanah Landow yang cukup luas serta lubang dalam di Halivara. Kami berusaha membantu warga semampu kami,” Anora pun juga ikut memberikan penjelasannya.

“Alumir ... apa yang harus kita lakukan?” tanya Raja Leadale bernama Valor. Terlihat sayapnya menutup sebagai bentuk pertahanan diri yang menjadi salah satu keunikan penghuni Leadale.

Semua pun terdiam menunggu Alumir untuk memberikan perintahnya. Penuh keseriusan, keheningan pun begitu terasa mencekam mengingat hidup yang dipertaruhkan. Tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, hanya dapat memangku tangan pada satu sama lain.

“Maaf jika aku menyela ... di Mareen, kami sedang mengembangkan sebuah teknologi yang dapat memindai pergerakan. Jika Halivara dan Beckton setuju, kami akan membawa alat tersebut dan bersama sama kita dapat mengetahui ada apa didalam sana.”

Mendengar perkataan Hezekiah, Raja Mareen. Semua pun langsung mencoba mempertimbangkan perkataannya dan merasa setuju dengan pendapatnya. Kemampuan sihir yang juga memiliki batas, tentu akan terbantu dengan teknologi yang diberikan element Mareen disaat yang diperlukan. “Baiklah, aku pun setuju. Bawa alat itu menuju Halivara dan Beckton.”

Pernyataan Alumir pun menggema dan hanya dalam hitungan detik pintu portal kembali terbuka dengan Hezekiah dan istrinya Ratu Valta kembali ke kerajaan bawah laut untuk mempersiapkan semua yang diperlukan.

Semua pun kembali menuju wilayah masing masing dengan langsung menggunakan portal dan tidak menunggu waktu lama ikatan Natarin kembali terhubung dengan Raymond yang memberitahukan bahwa alat tersebut sudah siap untuk dibawa.

Halivara dan Beckton pun langsung mengambil posisi pada tempatnya masing masing dimana warga Mareen datang dengan sebuah kapal yang melayang. Mereka pun benar benar merasa kagum melihat penghuni Mareen yang begitu sangat modern namun rendah hati.

“Letakkan alat itu disana ... apa kau punya sihir untuk memindahkannya?” tanya Hezekiah kepada Anora yang saat ini sedang menyambutnya. Anora menatap pada Raymond dan mereka pun mengangguk seraya membenarkan pertanyaan Hezekiah.

Melangkah maju dengan gerakan tubuh dan tangan yang begitu sangat terstruktur, menatap tajam pada kedua alat tersebut, Anora pun dengan lantang berucap mantera, “EUVANEZ.” Begitu lantang bagi Anora yang dengan mudah menghilangkan dan dengan tiba tiba alat tersebut sudah berada pada tempatnya dan satunya terkirim ke Beckton.

Ikatan Natarin yang sedang dilakukan Raymond saat ini kembali memberikan arahan kepada perwakilan Olgora yang berada di Beckton. Hezekiah dan istrinya Valta, menjelaskan bagaimana alat ini bekerja agar dapat berfungsi secara benar.

Menunggu beberapa detik dari balik sebuah layar yang mengapung diudara, mereka pun dikejutkan dengan tertangkapnya gambaran salah satu makhluk yang ditakuti oleh mereka kembali muncul di tanah Landow ini. Mahkluk purbakala yang sudah sejak lama merena musnahkan.

“Tidak mungkin ... ini tidak mungkin ... apa itu Durog?” rintihan pedih Valta yang mencoba bertanya pada suaminya. Menatap kembali pada satu sama lain, membisu tekuk diri sendiri disaat harus berhadapan dengan hal yang tidak akan pernah mereka sangka sebelumnnya.

“Jika benar itu Durog ... apa menurut kalian, Ragor pun kembali kemari?” lanjut Valta bertanya dengan menatap pada Raymond dan Anora yang juga terlihat memikirkan hal yang sama dengannya.

Tubuh mereka seketika mematung. Durog, adalah hewan yang dulunya berasal dari Leadale. Sisi buas Durog yang tidak dapat dikendalikan meluluhlantahkan kerajaan Leadale saat itu dengan banyak korban jiwa berjatuhan hingga Alumir pun menghabisi semua Durog hingga tak tersisa.

Sedangkan Ragor dulunya adalah salah satu bagian dari Beckton. Namun pengasingan yang Alumir berikan karena mereka begitu egois, mudah merusak, dan brutal, membuat Ragor berubah menjadi sosok menyeramkan yang haus akan darah.

“Sepertinya secara diam-diam, dahulu Ragor sempat menyelamatkan beberapa Durog sebelum diasingkan oleh Alumir. Mereka pun ternyata berkembang cukup banyak. Jika kita ingat lima Durog saja bisa menghancurkan satu wilayah, maka ...,” Hezekiah tiba-tiba tidak dapat melanjutkan perkataannya.

“Tapi yang mulia, bukankah saat itu Alumir mengasingkan Ragor pada suatu tempat yang hanya bisa dilewati portal sihir? Bagaimana bisa kembali dengan mudah bahkan mendirikan pasukan dibawah tanah?” tanya Raymond meminta pendapat dari Hezekiah.

“Apa perlu kita tanyakan lagi? Pasti ada salah satu Olgora yang membelot dan membuka pintu portal itu dengan kekuatannya,” Hezekiah kembali memberikan pendapatnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi? ... Apa kita harus segera menemukan pecahan permata Thindrel?” tanya Anora kepada mereka semua yang saat ini sedang membisu tak dapat berkata.

Anora yang kini terjebak pada ruang dimensi entah berada dimana pun, hanya berpasrah dengan apa yang harus dia hadapi. Terdapat dua bagian dalam dirinya saat ini yang mencoba melakukan perlawanan berat hingga kebimbangan pun begitu menyiksanya.

Kenangan masa lalu dirinya di bumi yang begitu menekannya untuk tidak berbuat sesuatu, seolah terkalahkan oleh ingatan yang tidak dia mengerti. Berbagai pertanyaan yang tidak dapat dijelaskan dengan tidak ada satu pun orang yang dapat menjawab pertanyaan atau tempatnya mengadu atas rintihan kejadian hidup yang sedang ia alami saat ini.

Dilema yang dialami Anora begitu rumit hingga tanpa sadar teriakan Raymond tidak terdengar sama sekali. Sumbang, seolah kedua daun telinga yang tertututp, Anora tidak menyadari bahwa secara tiba tiba ada sekumpulan Durog yang melompat keluar dari dalam tanah mencoba untuk menyerangnya.

“CALIDUM IGNEMRA.” Sebuah mantra yang diucapkan Raymond saat berlari kearah Anora yang berdiri mematung tanpa alasan. Seketika pedangnya dipenuhi nyala api kemerahan dengan melingkar menjurus lurus menusuk tepat mengenai dada Durog tersebut.

“PUTRI ANORA, FOKUSKAN PERHATIANMU!” teriak Raymond kembali dengan menghunuskan pedang apinya kepada Durog lainnya yang berlarian menuju para warga yang berlarian kesana kemari mencoba menyelamatkan diri mereka.

Puluhan mahkluk aneh dengan bentuk yang tak terbayangkan sebelumnya. Mereka yang berlari begitu kencang dengan suara melengking saat membuka mulut dengan gigi yang tajam tak berurutan. Lidah mereka panjang menjuntai dengan cairan hijau yang berbisa.

Pedang pun terangkat dengan genggaman kuat yang siap menghunus tubuh lawan. Tidak lagi ada ketakutan dan keraguan, karena seketika perasaan itu hilang dengan kaki yang berlari menghentak tanah Landow yang akan menjadi saksi hari ini.

Terpopuler

Comments

moon

moon

jadi ingat mantra pertama Harry potter

WINGARDIUM LEVIOSAR

tapi Hemione yang mengucapkannya, sangat rapi dan tertata bacaannya

aaaahhh kanget keuwuan ronald weasly dan hemione... /Applaud/

2023-11-01

1

moon

moon

kupikir itu nama orang... aduh aku mulai oleng /Gosh/

2023-11-01

1

dinda anissa

dinda anissa

lanjutkaaan thor!!!👍🏻

2023-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!