Sebaiknya gue nguping dulu pembicaraan dua orang yang gak guna itu sebelum gue samperin. Hm.
"Linggau...! Tak kusangka kau akan turun gunung hanya untuk menyampaikan penghormatan terakhir mu pada Diana! Kali ini, Aku sudah bebas dari janjiku pada Diana. Dan aku akan ungkapkan semuanya pada Angga, putra kalian tentang apa yang sebenarnya terjadi!"
APA???
Seketika dadaku berdentum kencang mendengar Papa bicara pada pak Linggau, Papanya Ryan.
Tenang, tenang! Bisa jadi gue salah dengar! Semoga kuping gue lagi trouble dan salah menginformasikan.
Aku semakin rapat berdiri di balik pohon besar yang ada di pemakaman. Tak ingin kehadiranku jadi menghentikan obrolan serius mereka yang membuatku tak puguh karuan.
"Berapa lagi yang kau mau, Yoseph?" suara berat Linggau membuatku semakin memasang telinga.
"Cih! Aku memang gila harta! Aku ini pekerja keras. Itu karena Aku sayang keluarga. Tapi bukan begini caranya! Tidak seperti kau! Kau bilang cinta Diana, tapi tidak pernah ada tindakan nyata yang membuatnya yakin kepadamu! Kau tidak pernah mencintai Diana sampai akhir hayatnya!"
Deg deg deg deg.
Jantungku bertalu-talu laksana ditabuh dengan kekuatan yang super keras.
"Aku... mencintainya sampai akhir. Tapi..., dia menolakku, juga sampai akhir."
Linggau menundukkan kepala.
"Dia hanya tidak ingin cintamu terbagi dua. Dia menyadari kesalahannya dan ingin membayar itu dengan tidak pernah menikah sepanjang sisa umurnya. Dia... mendapatkan penyiksaan batin darimu sampai dia mati!"
"Aku... mencintainya. Aku amat mencintainya, Yoseph. Kau tahu itu. Hiks."
Mataku tak berkedip memata-matai Linggau Marapati yang terisak sedih.
Apaan ini? Tapi pria paruh baya itu... menangis. Dia bahkan terlihat tulus dan tangisannya... terdengar menyayat memilukan. Bahkan Papa yang tadinya dingin dan garang seolah melemah hingga menepuk bahunya.
"Ada apa ini?"
Sontak Papa dan pak Linggau terkejut mendengar pertanyaan ku yang datang dari belakang.
Kulihat tangan pak Linggau bergerak cepat menghapus air mata yang tersisa.
Keduanya diam membatu seperti patung.
Pasti panik.
Aku berusaha sesantai mungkin. Padahal dadaku bergemuruh laksana ada longsor besar yang siap menghancurkan seluruh jiwa ragaku.
Kutatap wajah Papa dengan tatapan emosional.
"Untuk apa kemari? Untuk apa? Aku... tidak butuh dirimu, Pa!" ujarku dengan suara bergetar.
Sebenarnya, aku galau. Kalimat ini lebih tepatnya kutujukan pada siapa. Pak Yoseph Indrawan atau... Linggau Marapati.
Dan bagaimana bisa mereka berdua melakukan hal yang tidak masuk akal kepada perempuan satu-satunya yang paling kusayangi.
"Dan Pak Linggau,... ada keperluan apa sampai ada disini?"
"Siapa kamu? Kenapa...," suara parau Linggau membuatku makin kacau dan bingung.
"Dia, Angga. Putra Diana." Yoseph memberi informasi yang membuat Linggau melotot kaget.
"APA??? Di dia putra... Diana? Jadi, jadi selama ini..., aku... salah orang ?"
"Mama Diana hanya punya satu anak! Dan itu adalah AKU! Angga Saputra yang kini sudah berusia dua puluh enam tahun!"
Seketika wajah Linggau pucat pasi.
Demikian juga dengan Aku yang tak kalah tegangnya.
Ada apa ini?! Konspirasi apa yang sedang dimainkan? Tuhan, tolong Aku!
"Bu bukankah kau adalah pemuda yang didapuk Hartono untuk jadi suami pengganti Ruby Permatasari?"
Hoho. Dia mengenaliku. Hm. Baguslah! Tapi, permainan apa ini?!?
"Yoseph...! Jadi selama ini Burhan memberiku keterangan palsu! Bisa-bisanya dia membohongiku selama dua puluh enam tahun!" katanya geram karena menahan amarah.
Aku hanya memicingkan mata. Lalu kembali menatap Papa dingin.
Ya. Papa Yoseph.
Setahuku hanya dia-lah yang diakui Mama sebagai Papaku.
Bukan Linggau Marapati.
Dan bisa saja Pak Yoseph salah memberi informasi pada Papanya si Ryan itu.
Aku tak peduli.
Kubalikkan tubuh dan hendak kembali ke dalam area pemakaman.
Mama lebih penting daripada pria-pria bajingan sinting itu.
"Tunggu!"
Aku terkejut. Pak Linggau menahan sambil menarik pergelangan tanganku.
Terang saja kutepis segera. Entah mengapa, ada getaran yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Entah.
Kutatap wajahnya tanpa berkedip.
Mataku panas. Hatiku meledak dan,
"Siapa kau? Mengapa menahanku untuk kembali ke kuburan Mamaku?" teriakku dengan suara parau karena emosi ini sudah lepas kendali. Dan air mataku jatuh meluncur deras.
Grepp.
Linggau Marapati menarik tubuhku. Dia, memelukku.
Tangis kami pecah tanpa bisa ditahan lagi.
Aku dan pak Linggau, menangis saling berbagi bahu. Sementara tanganku kaku hanya diam menggantung membiarkan dia memelukku erat.
Entah, apa yang terjadi. Yang pasti Aku sendiri tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Hati kami, seperti saling bertautan. Dan aku diam saja menangis di pelukannya.
Ini gila! Gila!!!
"Anakku! Hik hiks hiks... Anakku! Maafkan Aku! Maaf!"
Bagaimana mungkin aku adalah putranya? Bagaimana mungkin Papaku ternyata bukan Yoseph Indrawan tetapi dia? Bagaimana bisa Aku ternyata saudara kandungnya si bangsattt Ryan? Tuhan... Skenario apa yang sedang Kau berikan padaku, Tuhaann?
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Devi Handayani
waduuhhhhh/Gosh//Gosh//Gosh//Gosh//Gosh//Gosh//Gosh/
2023-12-31
0
ɳσҽɾ
wah, wah wah Bubun best lah, aku pun tak dapat menebaknya, ternyata Angga anak Linggau
2023-11-05
1
ɳσҽɾ
wah, wah wah Bubun best lah, aku pun tak dapat menebaknya
2023-11-05
1