Hari yang ditentukan, akhirnya datang juga.
Aku kini berdandan ala Tuan Raja. Memakai pakaian Kebesaran para pengantin mempelai pria. Yang sedikit kedodoran karena sejatinya pakaian itu harusnya si Ryan yang memakai.
Seorang penata rias pria memakaikan make up di wajahku dengan tatapan mata yang tak dapat kumengerti. Kagum atau jijik. Tapi matanya tak berkedip fokus pada kulit wajahku yang kini sedang jadi mainannya bagaikan kanvas lukisan.
"Jangan menor-menor ya Tan?! Gue ga mau muka gue jadi aneh gegara make up Lo itu!"
"T Tan? O my Gosh, hihihi... berondong ini. Cucok deh manisnya!"
Seperti dugaanku. Dia terlihat sangat senang karena kupanggil 'Tan'.
Dia pikir aku memanggilnya 'Tante'. Padahal... 'Setan'. Asu'. Hahaha... Sorry, Tan. Forgive me, Tan.
Lama juga dia membuat Aku sampai risih dan beberapa kali menahan nafas karena wajah kami yang berdekatan, akhirnya make up ku selesai juga.
"Silahkan duduk santai dulu, Syay. Pengantin wanitanya belum selesai didandani. Sabar ya?" godanya sambil mengedipkan satu mata.
Hoek. Jirrr ngeri kali Cok. Ugh...
Krieeet...
Pintu ruang make up sebelah terbuka.
Dan...
Mataku seperti melihat bidadari turun dari kahyangan.
Cantiknya, Ruby!
Seketika mulutku menganga tanpa diminta.
Ruby berdecak. Antara kesal tapi terlihat semburat merah jambu di wajahnya yang cantik jelita.
Mungkin karena ada aura perempuan hamil muda. Katanya sih begitu orang bilang.
"Mulutmu kondisikan, Angga! Khawatir lalat masuk dan membuatmu tersedak karena terlalu lebar menganga!" tegurnya dengan suara ditekan serendah mungkin intonasinya.
Aku tersadar dan terkekeh.
"Sorry, aku tersepona Nona Muda yang cantik jelita. Hehehe... Semoga itu bukan topeng kepalsuan seperti yang lalu-lalu. Wajah cantik tapi hati busuk."
Entah mengapa, aku bisa membalas ucapannya yang dingin dengan kalimat cukup pedas.
Anehnya, setelah mengeluarkan kalimat-kalimat pedas dari mulutku yang pahit seketika jantungku berdenyut. Ada penyesalan yang keluar.
Kenapa mulutku sejahat itu kini padanya. Padahal dulu tak pernah sekalipun Aku melawan meskipun Ruby duluan yang selalu kasar.
Terlihat wajah Ruby tak kalah terkejutnya.
Mungkin tak pernah menyangka kalau Aku bisa sejahat itu melontarkan balik kalimat pedas padanya.
Bisa jadi dia menganggap Aku sedang membalas dendam karena dulu perkataan pedasnya padaku tak pernah kugubris dan tanpa perlawanan sama sekali.
Ruby diam. Seperti shock namun tak ada perlawanan balik.
Mungkin saja dia takut aku gagalkan pernikahan dan semakin membuat malu dirinya beserta keluarga.
Karena sejak saat itu, wajahnya terlihat begitu tegang. Tak ada senyum tersungging meskipun tipis seperti tadi sebelum Ruby di make up.
Hhh... Lagi-lagi pergerakan gue salah! Hufffh. Kacau kacau kacau!
Tapi penyesalanku hanya sebentar. Kali ini Aku memahami, Aku memang harus tegas dan keras. Mengingat selama ini Ia suka sekali manipulatif dan tak pernah berempati dengan segala kondisiku.
Setidaknya jika Aku garang, Ruby tidak akan menganggap diriku sebagai pria lemah seperti yang lalu-lalu.
Aku menerima perjanjian pranikah dengannya bukan karena terdesak oleh uang.
Meskipun memang uang tetap prioritas utama, tapi kali ini justru dia-lah yang sangat membutuhkan pernikahan ini terjadi. Untuk menutupi aib pastinya.
Jadi, dia tidak bisa berbuat semena-mena hanya karena saat ini aku adalah bakal jadi suami pengganti nya selama satu tahun kedepan.
Ruby sedang hamil tiga bulan. Butuh Ayah untuk ditulis di atas selembar kertas akta kelahiran sang anak nantinya.
Sebenarnya bisa saja Ia menggugurkan kandungannya, tapi sepertinya Ruby menginginkan bayi itu lahir sebagai penerus Tuan Linggau Marapati.
Sudah bukan rahasia umum, ketiga putra-putri Tuan Linggau Marapati sudah menikah tapi mereka belum juga memberikan keturunan sebagai penerus klan Marapati sehingga Tuan Linggau sampai berani memberikan harta warisannya kepada janin yang kini sedang dikandung Ruby meskipun masih dalam kandungan.
Bahkan beliau berjanji akan memberi lebih jika calon bayi itu lahir dengan jenis kelamin laki-laki.
Hm. Harta ternyata berpengaruh.
Lalu, bagaimana dengan calon anak yang dikandung Laila? Apakah akan mendapatkan hak yang sama seperti anaknya Ruby nanti? Bukankah Laila juga sedang hamil anaknya di Ryan? Semoga..., itu harapan gue.
Pernikahan yang berhasil dengan sekali tarikan nafas.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ruby Permatasari binti bapak Hartono Abdi dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas murni dua puluh empat karat senilai seratus gram dibayar tunai."
"Sah?!"
"Sah?"
"Saahhh."
"Alhamdulillahirobbil'alamiin..."
Sah. Meskipun semuanya adalah settingan. Dan mas kawin pun Keluarga Hartono Abdi yang mengaturnya.
Aku hanya tinggal membaca ulang tulisan yang tertera di secarik kertas di atas meja pelaminan.
Ijab kabul lancar. Pesta pernikahan pun berjalan sesuai yang direncanakan.
Aku dan Ruby sibuk menebar senyum kepalsuan sepanjang acara.
Ini semua adalah akting.
Seperti yang dikehendaki pak Hartono Abdi dan keluarga termasuk Rury, saudara kembar Ruby.
Hingga di akhir acara, Tuan Linggau Marapati berdiri sambil berkacak pinggang dengan mata merah melotot tajam.
"Bisa-bisanya kalian bersenang-senang di atas penderitaan putraku dengan melanjutkan pesta pernikahan! Hm... ternyata hatimu sebusuk itu, Tono!" geramnya penuh amarah.
"Kau pikir Aku sanggup menerima cobaan ini tanpa berbuat apapun guna menutupi aib putriku?"
Hartono Abdi membalas amarah Linggau Marapati.
Aku hanya jadi penonton yang duduk diam melihat interaksi mereka yang sama-sama menahan emosi jiwa.
"Tapi setidaknya urungkan pestanya! Jangan terlihat seolah kalian bahagia di muka umum!"
"Jadi Aku harus berduka sedangkan tamu-tamu berdatangan dan nyaris sebagian tidak tahu apa yang terjadi pada calon mempelai pria yang asli? Haruskah aku membuat pengumuman kalau pengantin pria yang sesungguhnya kini sedang menginap di hotel prodeo karena kasus pelecehan dan juga narkoba? Haruskah kusebarkan pula aibku dan aibmu? Kau bersikeras inginkan janin yang ada di dalam rahim putriku tumbuh hidup dan lahir ke dunia. Kau bilang, itu cucumu. Kau inginkan dia. Aku bisa apa, selain melakukan ini untuk menutupi semua noda yang putramu torehkan di wajahku."
Linggau Marapati diam.
Untungnya suasana pesta sudah berakhir. Keadaan kian sepi seiring para tamu satu persatu pamit pulang.
"Angga! Bawa Ruby!"
Madam Inara menyuruhku melakukan sesuatu. Membawa Ruby segera keluar dari konflik keributan antar sahabat lama itu.
Perjodohan yang mereka gaungkan sejak kedua anak mereka masih kanak-kanak, ternyata pada akhirnya tidak terjadi.
Ruby justru kini menikah dengan ku dan resmi tertulis menjadi istriku.
Hm.
Definisi jodoh di tangan Tuhan terjadi. Sehebat apapun mereka merencanakan sesuatu yang indah, toh akhirnya aku jua yang menikmati hasilnya.
Rubby terlihat kesusahan berjalan karena gaun pengantin terakhir yang memiliki ekor lebar dan panjang.
Tentu saja aku gemas dibuatnya.
Tanpa banyak tanya, kugendong Ruby dengan gaya ala-ala pengantin.
Syuuttt
Tubuhnya yang mungil begitu ringan ketika kuangkat. Tentu saja Ruby terkejut dan wajahnya seketika merah padam dengan ekor mata melirik cepat namun Ia alihkan lagi karena malu.
Semua orang yang ada di aula pesta termasuk Linggau Marapati terdiam melihat keberanian ku melakukan hal yang sebenarnya sudah halal untuk kulakukan.
Bodo amat! Yang penting gue bisa cepet bawa si Ruby keluar dari arena pesta seperti perintah Emaknya! Lagian pake gaun kayak pake hordeng. Ribet!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Rahma
aju suka karakter angga, sat set ceplas ceplos,
2023-10-30
2
Sumiatun San San Kin
waduh bahasanya itu lo.
2023-10-30
2
ɳσҽɾ
semangat Bun, di nantikan pergulatan dan cakar-cakaran antara Angga dan Ruby nya Bun.
2023-10-14
2