Malam ini, kami tidur seranjang lagi setelah di ranjang hotel hari pertama pernikahan.
Kami sama-sama canggung. Tapi akhirnya terlewati dengan cukup baik.
Meski pada akhirnya aku mengalah juga. Tidur di sofa ruang tamu karena kena tendangan maut Ruby yang tepat mengenai ulu hati.
Ranjangku sempit. Tidur Ruby rupanya cukup ekstrim juga.
Setelah sempat menaiki dadaku hingga rambutnya menutupi wajah ini, Ruby kemudian layaknya pemain sumo. Dia tanpa sadar menyerudukku sampai di bibir ranjang. Dan tendangan pamungkas dia layangkan.
Duggg
Gubrakkk
Nyeri pantatku dan sakit kepalaku kena ujung bawah nakas.
Untuk keamanan selanjutnya aku mengalah, tidur di luar saja. Tentu saja tanpa sepengetahuan Ruby.
Seperti biasa, Subuh Mama sudah bangun dan kaget melihat aku tidur di sofa ruang tamu.
Meskipun begitu, Mama tidak banyak tanya. Dia menyimpan sendiri kegundahan hatinya. Seperti kisah dirinya sendiri. Mama adalah orang yang pandai menyembunyikan rahasia.
Ruby, ternyata tidur lebih nyenyak dari yang kukira.
Pukul enam aku dan Mama sudah duduk di ruang tamu. Minum segelas teh hangat dan ketan urap yang biasa dijajakan ibu-ibu penjual keliling.
Sedangkan Ruby masih tidur.
"Laila... masih tinggal di kontrakan. Padahal Mama sudah mengajaknya untuk tinggal bersama kita sementara. Mama kasihan melihatnya. Hamil, sendirian tanpa ada yang menemani. Suaminya katanya masih harus menjalani sisa tahanan."
Aku diam. Hanya menyimak cerita Mama tentang Laila sambil menyeruput pelan teh yang masih mengepul asapnya karena panas.
Laila memang teman dan sahabat rasa saudara. Mama juga sangat akrab dengannya. Itu karena Laila rajin menyambangi rumah kami meskipun aku sedang tidak ada di rumah.
"Coba kamu yang bilang pada Laila untuk tinggal di sini sementara sampai suaminya selesai masa tahanan."
"Kalau Laila sudah bilang tidak, dia tetap tidak. Anak itu memang berpendirian teguh."
"Tapi kalau terjadi sesuatu, sementara dia kondisinya sedang berbadan dua..."
"Yang penting dia sering kesini kan temui Mama!"
"Jarang. Kadang dia datang, Mama belum pulang kerja. Kadang Mama telepon dia, dia juga masih jaga toko."
Aku menghela nafas.
Laila memang karyawati sebuah toko aksesoris di pasar tradisional. Dia lulusan SMA seangkatan denganku.
Mama dan Aku sama-sama terdiam melihat Ruby keluar dari kamar dengan wajah malu-malu.
"Sini, Nak. Duduklah bersama kami. Sebentar Mama buatkan teh hangatnya."
"Te terima kasih, Ma. Ruby ke kamar kecil dulu."
Aku tidak berani menatap wajahnya yang tetap cantik meskipun baru saja bangun tidur. Baju tidur Mama yang dia pakai membuat aku gemas. Semalam aku kurang memperhatikan penampilannya.
Ruby mengekor Mama menuju dapur. Sementara aku yang barusan merokok, langsung mematikan ujung rokok kretek yang masih membara.
Aku tak ingin merokok di depan Ruby. Katanya asap rokok berbahaya bagi janin dan bahkan bisa membunuhnya. Untuk itu aku lebih cari aman.
Mama keluar dari dapur.
Ditangannya ada secangkir teh untuk Ruby.
Sementara Ruby masih terdengar di kamar mandi. Suara gejebar-gejebur terdengar menandakan dia sepertinya langsung mandi.
Agak lama, dia baru keluar kamar mandi.
Hm. Begitulah perempuan.
Mandi lama, apa-apa lama. Apalagi dandan. Bisa berjam-jam.
Teh yang tadi agak panas sampai dingin karena menunggu si empunya selesai mandi.
Setelah itu, dia masuk kamar tidurku dengan senyuman lebar. Hanya berbalut handuk Mama yang ada di kamar mandi.
Yassalam... kulitnya.
Hampir lupa diri aku dibuatnya.
Kulit Ruby putih bersih dan mulus sekali.
Tentu saja. Anak holang kaya. Perawatannya pun pastinya tak sembarangan. Salon terbaik dan termahal yang jadi tempat dia perawatan. Hm.
Mama tersipu melihat mataku yang seperti mata kucing melihat ikan salmon segar.
"Pantas kamu tidak bisa menahan bir+hi." Mama menyindirku tanpa kusadari.
Biarlah. Yang penting Mama tidak tahu yang sebenarnya. Sepertinya Laila keceplosan mengadu waktu itu. Jadi dia akhirnya membelokkan cerita dan mengarangnya mengatakan kalau aku pacaran dengan Ruby sampai kebablasan hingga buat Ruby hamil.
"Ma...! Aku harus mengantar Ruby pulang. Besok dia kerja."
"Iya. Mama mengerti kondisimu. Jaga istrimu baik-baik, Ga. Jangan sakiti hatinya juga raganya. Kamu harus bersyukur mendapatkan istri secantik dia. Jadilah suami yang baik dan bertanggung jawab."
"Aku tidak akan seperti Papa, Ma. Itu janjiku pada diri sendiri. Apapun yang terjadi, Aku akan selalu menjadi pelindung istriku selama dia masih jadi istriku."
Ucapanku membuat Mama terdiam menunduk.
Maaf, Ma! Aku keceplosan.
Mama pasti sedih mendengar kalimat yang seperti nada sindiran itu tepat menghujam jantungnya. Karena pria yang dia cintai tak pernah melindunginya. Sampai saat ini bahkan.
Ruby keluar kamar. Dia telah berganti pakaiannya sendiri.
Wajahnya cantik dan terlihat segar.
Ruby duduk setelah Mama menepuk pelan permukaan sofa di sampingnya. Mereka saling melempar senyuman dan bercengkrama santai. Aku merasa terdorong jauh. Terkucilkan melihat mereka berdua seakrab itu.
Bahkan aku seperti tidak terlihat dimata keduanya.
Hadeuh.
Pukul delapan pagi kami pamit permisi pada Mama.
Meskipun wajah Mama terlihat sedih, tapi Mama mendoakan kebaikan untuk rumah tangga kami. Aku dan Ruby hanya bisa mengamini. Meskipun semuanya hanya sandiwara, tapi aku berharap kami berdua sama-sama bahagia. Seperti doa Mama.
"Sering-seringlah kesini, tengok Mama!" ujar Mama sebelum Aku dan Ruby keluar rumah.
"Iya Ma. InshaAllah." Jawab Ruby.
Mama dan Ruby berjalan bergandengan sambil menyusuri gang menuju jalan besar.
Setelah mengeluarkan mobil Ruby dari parkiran rumah tetangga dan mengucapkan banyak terima kasih, Aku juga Ruby pergi.
Mama masih menatap kami dengan tangan melambai pelan.
Sedih juga melihatnya hidup sendirian.
Seperti yang pernah Ruby bilang, sejujurnya aku ingin mengajaknya turut serta. Tapi untuk kali ini, itu tidak lah mungkin.
Pernikahan kami hanyalah sandiwara. Jika Mama ikut, kemungkinan besar semuanya akan cepat terbongkar dan bisa jadi perjanjian pernikahan setahun ini akan bermasalah.
Aku tidak inginkan itu.
Aku hanya ingin menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya hingga waktunya tiba dan Aku mendapatkan mobil serta rumah yang Pak Hartono Abdi janjikan.
Itu saja harapanku. Dan setelah itu, aku beserta Mama bisa tinggal di hunian baru. Memulai hidup yang baru dengan nasib yang semoga lebih baik.
"Siapa itu Laila? Mama sepertinya sayang sekali pada Laila. Sampai ingin Laila tinggal bersamanya."
Aku terkejut. Tiba-tiba Ruby bertanya.
"Dia dulu tetangga dan teman masa kecil di rumah lama."
"Hmmm sepertinya cinta pertama Lo ya?"
What? Hhh Cinta pertama gue itu Elo, Ruby!
Aku tak berani bilang. Cukup aku saja yang menyimpan rasa tanpa harus diberitahukan kepadanya. Secara, itu memalukan.
Aku seperti pungguk merindukan bulan. Tak punya otak jika sampai jatuh cinta pada Nona Ruby Permatasari, anak orang kaya yang mempesona.
Kami seperti bumi dan langit.
Aku manusia biasa dan dia bidadari khayangan.
"Laila. Memang suaminya dipenjara karena apa?"
"Narkoba. Dan suaminya itu adalah kekasih hati Lo. Si Ryan Linggau!"
"A apa???"
Sontak aku terdiam setelah akhirnya kuceritakan juga yang sesungguhnya.
"Berhenti!!!" jeritnya membuatku terkejut sekali.
Cekiittt...
"Jadi, perempuan itu adalah pelakor yang merebut Ryan? Jadi, jadi Lo kenal dekat sama perempuan yang telah Ryan nikahin? Atau, jangan-jangan... kalian memang bersekongkol???"
Wajah Ruby terlihat murka. Matanya melotot tajam dengan banyaknya tuduhan yang menyudutkan Aku serta Laila.
Tapi aku hanya diam tak bergeming.
Percuma membela diri mengatakan hal yang sebenarnya.
Perempuan cantik yang dulu begitu kucintai ini sedang kalap tertutup amarahnya yang membara.
"Keluar! Keluar kataku!!!" teriak Ruby dengan suara lantang.
Aku, hanya bisa memandanginya.
"Keluar!!!"
Akhirnya aku menurut.
Hhh... Beginilah jadi kacung yang selalu dihardik majikan.
Brukk.
Kutinggalkan dia yang menangis sendirian dalam mobilnya.
Kini aku hanya mengukur jalan, menyusuri trotoar dan berharap dia kembali sadar. Kalau pujaan hatinya sedang menipunya mentah-mentah. Dan sedang menikungnya dari belakang.
Hhh...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Devi Handayani
kasian angga/Cry//Cry//Cry//Cry//Cry//Cry//Cry/
2023-12-31
0
ɳσҽɾ
sabar aja Angga, ntar juga Ruby sabar kalau Ryan itu tak sebaik yang dia pikir
2023-10-23
1