"Turunin gue!!!"
Aku melepaskan tubuh sintal Ruby setelah membawanya keluar dari aula dan masuk kotak elevator yang hanya ada kita berdua saja.
Ruby mengibas-ngibaskan tangannya.
Pipinya terlihat merah padam dan aku melengos cuek tak ingin peduli lebih lama lagi.
Kami terdiam menunggu pintu lift terbuka di lantai lima. Tepatnya lantai kamar pengantin di hotel tempat kami mengadakan resepsi.
Teringat kembali ucapan Tuan Linggau Marapati. Seharusnya pesta ditiadakan. Cukup ijab kabul saja karena putranya yang seharusnya jadi 'raja sehari' itu justru sedang mendekam di penjara.
Tapi mengingat surat undangan yang sudah tersebar, pak Hartono Abdi tak bisa menghandle semuanya.
Hm. Kedua orang tua kaya raya itu memang tidak salah pendapatnya.
Yang salah, tentu saja si Ryan Linggau. Calon suami Ruby dan Ruby yang ternyata sama saja seperti perempuan murahan yang mudah melepaskan keperawanan demi pujaan hati yang belum tentu jodohnya. Hhh...
Kupijat pelipisku.
Penat rasanya.
Ternyata perempuan itu kelemahannya memang oleh cinta.
Begitu mudahnya memberikan mahkota bernama keperawanan hanya dengan modal kata CINTA. Ck ck ck...
Seketika Aku menyeringai berdecak kesal.
Pintu lift terbuka.
Gaun panjang Ruby menyangkut di sana membuat dia kesulitan untuk keluar dari kotak lift.
Brekk
Aku terlalu memakai tenaga ketika membantunya menarik ekor gaunnya.
Deg-degan jantungku.
Gaun mehong itu, Cuy! Waduhh!? Gimana kalo cewek cantik ini meminta ganti rugi gaunnya nanti? Harganya pasti puluhan juta itu.
Ruby hanya menoleh sebentar. Kemudian lanjut jalan tak pedulikan gaun yang koyak bahan tile importnya.
Holang kaya mah bebas.
Aku menghela nafas. Lega karena dia tak mempermasalahkan hal itu.
Pintu kamar terbuka dengan kartu sakti di tangannya.
Dan,
Gubrakkk
Ruby masuk kamar lalu membanting pintu. Mengunci diri di dalam tanpa mengindahkan keberadaanku yang datang bersamanya.
Seketika jiwa egoisku mencuat.
Emosi, pasti.
Aku juga lelah. Bermain peran bersamanya di pelaminan. Senyum semanis mungkin menerima uluran tangan menjabat ratusan tamu undangan.
Mencoba menjadi pria gentleman yang siaga mendampingi dirinya selaku suami yang beberapa jam lalu di sah kan oleh agama dan negara.
Tapi apa yang kudapat?
Amarahku meradang.
Duk duk duk
Duk duk duk.
"Buka pintu! Gue juga mau istirahat! Bukan cuma elo aja yang cape! Gue juga!"
Tak terdengar jawaban.
Duk duk duk
Duk duk duk
Duk duk duk
Lagi dan lagi kuketuk pintu.
Dia mau main kasar, aku jabani.
Uang bagiku tak terlalu penting. Meskipun cukup jadi bahan pertimbangan hingga aku terima tawaran menikahinya dengan imbalan mobil dan rumah petak.
Tapi harga diriku sebagai seorang pria, tak rela dicabik-cabik dan diinjak seperti keset oleh cewek cantik yang tak lain adalah cinta pertamaku dahulu.
"Rubyyy!!! Buka!!!" teriakku keras.
Krieeet
Tak lama kemudian pintu terbuka sedikit.
Ruby kembali berlari ke atas ranjang. Ia menghempaskan tubuhnya sambil menangis sesegukan.
Ternyata, bukan hanya tubuhnya yang lelah. Tapi hatinya juga.
Ruby terisak menangis.
"Hentikan tangis Lo itu, Ruby! Percuma Lo nangis! Kita udah sah sebagai suami istri! Ga da guna Lo sesali!"
Dia tak peduli perkataan ku.
Tangisnya kian membesar seiring tangannya yang mencabik-cabik bantal yang akhirnya terburai bulu-bulu angsa isiannya.
"Harusnya hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidup gue. Menikah dengan pria yang paling dicintai. Bahagia setelah ijab kabul. Happy ending. Hiks hiks hiks..."
Aku tersenyum lebar.
"Huh, dasar perempuan! Pria yang Lo cintai itu seorang penipu. Laki-laki hidung belang dan suka sekali mempermainkan perempuan. Pemerkaos dan pemadat narkoboy. Sadarlah, Ruby!"
"Apa bedanya Ryan sama Lo, hahh?!? Lo juga penipu! Lo pria hidung belang yang mau saja menerima pernikahan ini dengan bayaran. Lo juga pemadat. Pemadat cinta!"
"Hahaha... hahaha, Ruby, Ruby! Tentu saja gue beda sama pujaan hati Lo itu! Lo tahu? Dia juga akan punya anak dari perempuan yang lain! Dia itu Don Juan berhati iblis! Lo udah ditipu mentah-mentah hanya karena dia anak pengusaha sukses di Ibukota ini. Perempuan yang dia sukai bukan cuma Elo, Tuan Putri! Lo kena prank dia!"
Bugg
Guling terbang itu nyaris mengenai wajahku.
Ruby melemparnya setelah aku membeberkan kelakuan buruk kekasih hatinya itu.
Untungnya aku jauh lebih siaga. Hingga berhasil menangkis lemparan gulingnya.
"Hik hiks hiks... Dia emang suka bermain-main! Tapi hatinya cuma untuk gue! Cintanya hanyalah sama gue! Dia memang pecandu obat-obatan terlarang. Tapi dia hanya cinta gue seorang. Dia sering tak sadarkan diri ketika dalam keadaan sakau dan menerima banyak gadis-gadis murahan yang suka menggodanya!"
Aku tertawa.
"Terserah Lo deh! Gue mau tidur! Capek! Geser!"
Aku mengibaskan ekor gaunnya. Berusaha memberinya kode agar Ruby bergeser sedikit dari penguasaan ranjang besar kamar hotel yang disewa orangtuanya tiga hari tiga malam sebagai tempat acara pernikahan kami.
"Jangan dulu tidur! Bantu gue membuka resleting gaun sialan ini!"
Seketika jakunku turun naik. Kutelan saliva dan mendengus pura-pura tak peduli dengan mata terpejam.
"Angga!"
Puk puk puk
Ruby menggebuk punggungku cukup keras.
"Apaan sih? Bisa ga sih ga main kekerasan?" umpatku kesakitan.
Gebukan tangannya terasa pedas. Membuatku meringis dan mengelus-elus punggungku.
"Masih mending cuma gue gebuk. Belom gue cubit kecil pake kuku panjang ini!"
Aku mendelik melihat kuku-kuku jari tangannya yang panjang dan lentik berkutek merah menyala.
Hiii, sereemmm! Koq mirip kunti ye?!
"Nih!"
Ruby membalikkan tubuhnya.
Diam hanya jemari telunjuknya yang berkata kalau Ia butuh bantuanku agar segera menurunkan resleting gaun pengantinnya yang memang super ribet.
"Ambil dulu baju Lo! Biar bisa cepet ganti!" tukasku mengingatkannya.
Ruby tersentak seraya berkata, "Oh iya!"
Ia mengambil beberapa potong pakaian ganti dari kopernya yang terbuka di lantai kamar samping ranjang.
Aku sedang menenangkan hatiku sendiri.
Dah dig dug ser pastinya.
Seumur hidup, ini kali pertama aku akan menurunkan resleting pakaian seorang perempuan.
Ck. Cupu banget sih gue! Hadeuh. Gaya sok play boy padahal sad boy. Dan perempuan yang minta bantuan itu adalah Ruby, cinta pertama gue. Ya Tuhan, berilah Aku kekuatan agar tidak jatuh cinta lagi padanya. Karena itu TIDAK BOLEH.
"Nih! Cepetan!"
"Hadeuh! Bukannya minta tolong itu harus dengan kata-kata yang sopan dan baik ya?! Ini malah bentak kasar. Hm. Bener-bener bad attitude!"
"Angga, please! Help me, Okay?! Sudah? Puas?"
"Ga tulus! Sorry!"
"Ya ampuuuun! Bisa ga sih Lo perlakukan gue dengan manis? Secara gue ini mesin ATM Lo, ya kan? Dan seharusnya Elo itu seneng, coz gue memberi Lo enak. Bisa lihat bodi belakang gue tanpa harus Lo intip diam-diam."
What the hell???
Grepp.
Cup.
Dadaku bergetar. Bibirnya kucuri cium.
"Gue gak perlu diam-diam buat ngintip Lo tanpa busana. Karena Lo bisa gue liat kapan aja gue mau. Coz Lo sekarang udah jadi bini gue!"
Plakk
Satu tamparan tangannya melayang ke pipi kiriku.
Pedas.
Tapi setimpal dengan perbuatanku. Hm.
"Ingat perjanjian! Biarpun kita udah resmi menikah, Lo gak boleh sentuh gue! Kecuali Lo mau kehilangan hak Lo dari Papi!"
Brekk
Ruby akhirnya menarik bagian belakang dress pengantinnya dan... robek.
Dia marah besar padaku. Dan mendorongku keluar dari kamar dengan sisa tenaganya yang lumayan besar.
Aku hanya menyeringai.
Pernikahan kami, ibarat bara api dalam sekam.
Terjadi, tapi penuh kobaran dendam.
Dendamku padanya yang dahulu selalu Ia hina. Dendamku karena tak mampu meluluhkan hatinya saat itu. Dan dendam ternyata kini aku harus kena getah nangka dari perbuatannya laknatnya dengan si Ryan Linggau.
Memang saat ini Aku adalah kuli nikahnya. Ada bayaran mahal kuterima dari Pak Hartono Abdi yang menjadi barter pernikahan ini.
Mobil dan rumah petak seperti yang beliau tulis di surat perjanjian pranikah.
Dan itu baru akan diberikan ketika pernikahanku dan Ruby selesai setahun kemudian.
Hhh...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Devi Handayani
kasian lu boy/Frown//Frown//Frown/
2023-12-31
0
ɳσҽɾ
Speechless lah, aku gak bisa berword word. Kalau bagi Ruby, ya iyalah gak mau dengerin apapun kejelasan Ryan. Karena bucin. Kalau orang sudah bucin, kata Doel sumbang mah choco chips embek juga rasa coklat Silverqueen.
Nah, kalau dari sudut pandang Angga, ya kesel lah. Secara kenyataan tuh di depan mata, tapi mata Ruby masih buta aja karena cinta.
Huh...
2023-10-15
3