"Untuk apa Lo minum obat sebanyak itu? Biar cepet mati, gitu? Yassalam..." kataku setelah tangisnya mereda.
Ruby diam. Hanya lirikan matanya yang sebentar tepat ke arah mataku. Lalu Ia kembali tertunduk lesu.
"Lo mau jadi setan perempuan? Hahh? Udahlah zina, melakukan perbuatan yang dilarang agama, hamidun di luar nikah, terus sekarang mau bundir Lo? Ck. Dimana otak Lo, Ruby?"
"Hik hik hiks..."
Dia kembali menangis.
"Gue pikir Lo itu cewek pintar! Gue kira selama ini Lo tuh elegan. Ternyata, Lo sama aja seperti pecundang. Gak berani bertanggung jawab pada perbuatan sendiri. Mau kabur dari kenyataan. Dan Lo pikir bundir adalah tindakan yang bisa menyelesaikan semua masalah Lo? Gak! Pikiran Lo dangkal! Percuma Lo sekolah tinggi, sarjana ekonomi, tapi ternyata lebih pendek pikirannya ketimbang yang lulusan SD. Ck..."
"Gue mau mati aja. Hik hiks hiks... Hidup pun percuma. Ga guna, cuma hidup sengsara."
"Apa Lo bilang? Hidup Lo gak guna? Hidup Lo sengsara? Njirrr, bisa-bisanya Lo ngemeng kek gitu! Lo menghina gue? Lo ga liat gue jauh lebih sengsara dari Lo? Terus itu para pengemis, gelandangan, pengangguran, yatim piatu, tuna wisma, apa kabar mereka? Helloow... Lo goblok apa pe'a?"
Ruby kaget ketika tanganku menoyor kepalanya.
Kesal sekali hati ini dengan ucapannya.
"Lo yang bilang bokap gue di penjara dan entah apa masih mendekam atau udah keluar. Nyokap gue, pekerja garmen yang lebih sering lembur demi mendapatkan gaji tambahan. Dan seperti yang Lo bilang, gue ini emang pria bajingan yang mau nikahin Elo demi uang. Itu karena apa, karena emang sesengsara itu hidup gue. Lo tau?! Dan Elo, sok sokan bilang hidup Lo gak guna, sengsara hanya karena Tuhan menjadikan cairan ****** si Ryan berkembang hidup di dalam rahim Lo karena kelakuan kalian yang mirip binatang? Anying emang! Ck ck ck..."
"Huaaaa huaaa hiks hiks hiks..."
"Gue benci Elo yang cemen kayak gini! Dimana keangkuhan Lo yang biasanya paling pinter ngebully? Mana Ruby yang gue kenal dari dulu? Sombong tingkat dewa tapi berkelas elegan membahana."
"Huuhuhuuu..."
Dia terus menangis.
Sesekali jemarinya sibuk menyusut air mata dan ingusnya bergantian hingga hidungnya memerah.
"Harusnya Lo gunakan ilmu pengetahuan yang Lo dapat di bangku perguruan tinggi! Lo kan udah dapet perhatian dari bokapnya si Ryan. Pergunakan itu! Anak Lo bisa jadi senjata nantinya jika lahir nanti. Dan gue harap anak Lo lahir berjenis kelamin laki-laki. Dia bisa minta warisan yang banyak dari kakeknya. Lo bisa manfaatin kondisi Lo, bikin mereka bangkrut dan si Ryan jadi gelandangan. Bodoh, kalo Lo masih punya pikiran pengen mati dan buat si Ryan tertawa terbahak-bahak hidup bahagia di dunia. Ck."
Seketika Ruby diam. Tangisnya berhenti.
Matanya menatap tajam padaku.
"Kenapa? Apa omongan gue salah?"
"Iya. Bener! Bener banget yang Lo kata!"
Hampir aku tersedak. Tangannya menepuk bahuku sambil berteriak keras.
"Itu yang harus gue lakuin sekarang! Gue harus bisa balas dendam!"
"Nah itu! Itu baru Ruby yang gue suka dulu! Optimis dan percaya diri tinggi!"
Dia memelukku erat. Tertawa ditengah deraian air matanya yang masih meleleh. Ruby lagi-lagi kembali memeluk.
Membuat mataku melotot tak percaya.
"Please, jadi partner gue buat balas dendam sama Ryan dan keluarganya! Tapi dengan syarat, Lo gak boleh kurang ajar sama gue! Jangan pernah sentuh gue! Oke?"
Dia menyodorkan tangan. Mengajakku berjabatan.
"Hm. Gue ini suami Lo! Tuh, tertera di buku nikah! Jadi Lo itu sepenuhnya milik gue. Lahir batin selama kita belum cerai!" jawabku ngasal.
Ruby memonyongkan bibirnya.
Dia kembali menarik tangannya yang barusan menggenggam hangat jemari ini.
Aku tertawa kecil. Wajah Ruby imut sekali di mataku. Menggemaskan meskipun wajahnya merah dan make up nya berantakan.
Treet treet treet
Treet treet treet...
Treet...,
Klik
...[Angga? Kamu gak pulang dua hari. Tidur dimana? Pulanglah, Nak! Mama takut sendirian di rumah. Dari kemarin sepertinya ada orang asing yang terus mengintai rumah]...
"Nanti aku pulang! Jangan parnoan. Mana ada orang yang mau garong rumah kita! Di rumah kita ga ada barang berharga selain rongsokan kenangan Mama!"
Klik'.
Mamaku menelpon.
"Kenapa Lo dingin banget responnya sama nyokap Lo?"
"Apa Lo hangat sama nyokap bokap Lo? Hm? Sok-sokan protes tingkah gue ke nyokap gue?"
Ruby menunduk.
Ia menghela nafas sambil menggeleng pelan.
Begitulah kami. Anak-anak generasi 2000an. Tidak punya keterikatan batin pada orang tua karena orang tuanya yang juga cuek tidak pedulian.
Para orang tua zaman sekarang lebih mementingkan cuan ketimbang perhatian.
Lebih sering mengejar karir dan taraf hidup dengan alasan tuntutan zaman.
Alhasil, kedekatan emosional batin orang tua dan anak pun nyaris tak ada.
Mereka lebih sering mencekoki anak-anak dengan uang dan kebutuhan lux ketimbang kebahagiaan mental anak-anaknya.
Ruby Ruly sama seperti aku dalam hal kasih sayang orang tua.
Kami sama-sama anak yang kurang perhatian dan haus kasih sayang orang tua.
Meskipun mereka ada, tapi mereka tidak membimbing kami hingga dewasa. Bahkan kami tumbuh besar tanpa bimbingan apalagi tuntunan. Bisa hidup sampai hari ini pun sebenarnya adalah karunia Tuhan dan kemandirian kami sendiri.
Oh tidak untuk Ruby Ruly. Mereka punya banyak orang yang membantu. Yaitu orang yang bekerja kepada kedua orang tua mereka. Secara mereka adalah holang kaya.
Hhh... Tentu berbeda dengan aku.
Yang benar-benar harus mandiri sedari dini.
Sekolah sendiri. Bahkan masuk SMP dan SMA pun daftar sendiri tanpa ditemani Mama Papa.
Nasib, nasib.
"Lapar!"
"Sama!"
"Makan yok?"
"Ayo!"
"Tapi gue mandi dulu ya? Muka gue ancur gara-gara kebanyakan nangis."
"Siapa suruh?"
"Ugh! Dasar!"
Aku terkekeh. Senang rasanya bisa mengubah gadis macan itu jadi jinak bagai merpati kini.
Setidaknya, hidupku tak akan berasa dalam neraka jika bisa memegang kendalinya.
Pernikahan ini hanya setahun saja. Dan aku tak mau harus hidup tersiksa jika perlakuan Ruby masih kasar padaku.
Setidaknya Ia bisa menerima kenyataan. Menerimaku yang sebenarnya sudah jadi pahlawan kesiangan baginya. Hm.
Berharap pernikahan ini cepat berlalu dan satu tahun terlewati.
Aku ingin memulai hidup baru. Buka usaha dan membawa Mama pindah dari rumah lama yang tak mampu kurenovasi karena tak ada uang.
Hhh...
Mama, maafkan anakmu yang tak bisa balas budi ini.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
ɳσҽɾ
nah kompak gitu kan seru, sok atuh balas saja Ryan Jombang itu
2023-10-18
1
ɳσҽɾ
nah bintang-bintang
2023-10-18
1