My Little Bart

My Little Bart

Ep. 1; Kabar Baik dan Kabar Buruk

Senyum lebar menyempurnakan wajah ayu yang dibingkai kacamata bundar milik Kamala. Di tanganya tergenggam erat selembar bukti disahkan dirinya sebagai seorang abdi negara. Nomor Induk Kepegawaian yang melekat padanya kini menandakan awal dari perjuangan untuk mengabdi pada negeri melalui jalur pendidikan.

Kamala memeluk erat surat keputusan itu sambil membayangkan wajah Papanya nanti. Atusiasme tinggi tergantung di benak Kamala sepanjang perjalanan menemui papanya yang kini tinggal di pinggir Kota Surabaya. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dan mengabarkan berita baik ini pada pilar pertama dalam kehidupan Kamala.

Sepeda motor yang dikendari Kamala berhenti pada sebuah pondok kecil terpisah yang ada di bagian belakang kompleks panti werda. Tidak seperti biasanya, halaman pondok yang biasanya lengang itu kini bertengger sebuah sedan mewah yang terlihat asing. Kamala mempercepat langkah kakinya untuk melihat siapa tamu sang Papa.

“Mala!” Papa terlihat terkejut dengan kedatangan Kamala. Walau pun begitu, Papa segera bangkit untuk menyambut putri semata wayangnya itu dengan pelukan, “Panjang umur anak Papa!”

“Kenapa, Pa?” Kamala tidak bisa menahan diri untuk bertanya. Kalimat Papa menunjukan bahwa dirinya baru saja menjadi topik pembahasan Papa dengan tamu yang kini menatapnya sembil tersenyum.

“Kamu masih ingat?” Papa segera menarik Kamala mendekat.

“Om Dipa!” Kamala tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya. Ia langsung menyalami laki-laki paruh baya itu dengan suka cita.

“Kamu benar-benar sudah dewasa sekarang, La!” Om Dipa menepuk bahu Kamala dengan bangga. Aura keakraban langsung saja menyelimuti ruang tamu kecil yang berisikan mereka bertiga. Suasananya penuh dengan nostalgia.

Papa yang bekerja sebagai guru sebelum akhirnya menjadi kepala sekolah itu dulunya dekat dengan seorang murid yang sering mampir dan tinggal di rumahnya. Orang itu tidak lain adalah Om Dipa. Setelah lulus dan sukses pun Om Dipa masih sering bermain ke rumah Papa. Ia sudah dianggap anak sendiri orang Papa dan Mama yang belum juga memiliki momongan. Mereka hampir menyerah saat tiba-tiba kabar baik itu datang. Kamala lahir dan menjadi pelengkap keluarga kecil itu.

Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Mama meninggalkan Kamala yang masih berusia lima tahun. Berita duka itu lantas merekatkan kembali hubungan Papa dan Om Dipa yang sempat renggang karena bisnis yang dikelola olehnya. Bisa dibilang selain Papa sebagai orang tua tunggal yang membesarkan Kamala, Om Dipalah yang memberikan pelengkap bagi masa kanak-kanak Kamala.

Berkat kedekatan itulah Papa yang sudah pensiun sebagai kepala sekolah lantas diberikan kepercayaan untuk memimpin sebuah panti khusus orang tua yang menjadi bagian dari yayasan milik Om Dipa. Benang merah itu dibina dengan baik oleh Om Dipa hingga ia terus menunjukan baktinya pada Papa yang dulu telah menyelamatkan hidupnya.

“Om Dipa sibuk sekali ya? Sampai Mala nggak tahu lagi kabar Om!” mata Kamala tidak tamat melihat Om Dipa. Ia masih tidak percaya akan bertemu kembali dengan orang itu.

“Om banyak pekerjaan dan harus bolak balik Surabaya Jakarta La. Malah banyakan sekarang harus di Jakarta...” Om Dipa terlihat ingin mengulurkan tanganya untuk mengusap kepala Kamala namun diurungkannya. Kamala bukan lagi anak-anak.

“Jadi orang ibu kota nih sekarang ceritanya!”

“Nggak gitu juga La...” jawaban yang diberikan oleh Om Dipa terasa tergantung di langit-langit mulutnya. Senyumnya terlihat canggung dan sedikit dipaksakan. Ada sebuah ganjalan yang entah mengapa sulit untuk dikatakan.

“Ada apa?” Kamala yang menyadari kedua laki-laki yang dihormatinya itu saling lempar pandang akhirnya memutuskan untuk membuka percakapan. Ia sendiri seolah yakin bahwa kecanggungan itu menyangkut dirinya.

“Gini La, menimbang banyak sekali hal yang telah terjadi antara kami. Walau ini bukan masalah membalas budi atau rasa terima kasih, Papa ingin sekali menguatkan silaturahmi kita dengan Om Dipa...” sesaat setelah berdeham, Papa mulai mengutarakan maksudnya. Ia terlihat menunggu reaksi Kamala, tapi memutuskan lanjut saat melihat putrinya itu memilih untuk menyimak daripada menyela.

“Papa...kami berdua...berniat untuk menjodohkanmu dengan Bara. Anak Om Dipa...” keinginan Papa akhirnya tersampaikan juga. Ia ingin segara mengakhiri situasi ini dengan menjelaskan maksud dan tujuannya langsung pada intinya.

Kamala menelan ludah untuk meredam gejolak emosi yang muncul dari dalam dirinya. Ia memandang kedua orang tua itu bergantian.  Matanya tajam mencoba menelisik setiap maksud dan kesungguhan keduanya. Om Dipa bahkan tidak berani memandang mata Kamala yang kini terlihat tajam di balik kacamatanya.

“Kenapa tiba-tiba sekali? Papa bahkan tidak tahu apakah aku memiliki seseorang yang ingin aku jadikan pendamping hidup atau belum?” Kamala merasa harus tahu latar belakang dari niat keduanya itu. Tidak mungkin niatan baik itu datang tanpa sumber yang memulainya. Belum lagi ini menyangkut masa depannya.

“Apa kau punya kekasih anakku?” sepertinya Papa melupakan satu fakta ini. Selama ini putrinya itu belum pernah mengenalkan satu orang laki-laki yang dianggap dekat dengannya. Sebagian besar hanya dia kenalkan sebagai temannya. Itu pun diikuti dengan perkembangan media sosial Kamala yang tidak pernah mengarah pada satu pria khusus.

“Tidak, aku tidak memilikinya Papa. Tapi bukankan sebelum menentukan sesuatu harusnya bertanya dulu padaku? Terlebih lagi ini menyangkut masa depanku kan?” Kamala berkata sesungguhnya. Ia sadar ia bukan lagi anak remaja yang tidak memiliki nilai tawar terlebih dengan pendapatnya sendiri.

“Maafkan Papa, Nak. Pikiran Papa mungkin pendek hingga tidak sampai pada hal itu. Hanya saja, Papa ingin mempercayakanmu pada keluarga yang sudah pasti akan menyayangimu jika Papa pergi sewaktu-waktu...”

“PAPA!” Kamala mau tidak mau memotong kalimat Papa. Ia tidak sanggup mendengarkan lanjutan dari kalimat tanpa harapan itu. Kamala tidak ingin berandai-andai bahkan membayangkan perpisahan dengan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Tatapan mata tidak percaya tertuju pada sosok yang sangat dihormatinya itu.

“Papa, Mala...” Om Dipa mencoba menengahi sebelum suasana menjadi kalut, “Mala, sebenarnya masalahnya ada di Om, Mala. Kamu jangan salah paham dulu.” Om Dipa terlihat mengambil nafas dalam dan berhati-hati untuk mengutarakan masalah yang sedang dihadapinya.

“Om merasa gagal menjadi Ayah. Anak laki-laki Om sulit sekali untuk Om mengerti. Semenjak Om menikah lagi, Bara semakin berada di luar jangkauan Om. Mungkin benar ini karma dari tindakan dan sikap Om waktu masih muda. Om merasakan ujian serupa yang mungkin dulu dirasakan oleh orang tua Om...” Om Dipa meremas tangannya dengan erat. Bahu yang bisanya terasa lebar penuh dengan kepercayaan diri itu kini luruh bersamaan dengan asa yang meninggalkan dirinya.

“Om berdiskusi dengan Papa untuk mencari jalan keluar dari ujian ini. Simpulan yang kami miliki adalah apa yang Papa sampaikan tadi. Om tahu, kamu terlalu baik untuk Bara, Om paham benar bahwa keputusan kami sangat egois dan tidak adil untukmu. Tapi Om benar-benar menemukan jalan buntu...” air mata menetes perlahan dari sudut mata Om Dipa. Hati Kamala tiba-tiba terasa begitu perih melihat sosok yang biasanya kuat itu kini terlihat letih.

Kamala memandang keduanya bergantian dan menghembuskan nafas panjang, “Keputusan ini sudah final kan? Aku tidak memiliki opsi lain selain menerimanya kan?” pertanyaan Kamala membuat Papa dan Om Dipa serentak memandangnya. Mereka tidak menyangka Kamala akan semudah itu menerimanya.

Terpopuler

Comments

Kuningan

Kuningan

Aku baca pake akun ini ya, akun pemecah regulasi buat yang berbau fantasi 😅

2024-02-15

0

White Mist (Trisha)

White Mist (Trisha)

kurang suka genre ceo sih, tapi buat bahan belajar gak masalah kan? 😅

2024-02-14

0

White Mist (Trisha)

White Mist (Trisha)

kunjungi ini kan?

2024-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Ep. 1; Kabar Baik dan Kabar Buruk
2 Ep. 2; Menikahi Murid!
3 Ep 3; Kau adalah wanita dewasa, Kamala.
4 Ep 4; Menggenggam Bara
5 Ep 5; Jangan Sampai
6 Ep 6; Perangkap
7 Ep 7; Perusak Kesenangan
8 Ep 8: Tidak akan Pulang Tanpamu
9 Ep 9; Apa Salahnya
10 Ep 10; Orang-orang Menyebalkan
11 Ep 11: Hormon Testosteron
12 Ep 12; Adil
13 Ep 13; Menghilang
14 Ep 14; Ruang Baca Bunda
15 Ep 15; Sisi Lemah
16 Ep 16; Keluarga?
17 Ep 17; Apa Motif Kamala
18 Ep18; Tiba-tiba baik
19 EP 19; Pergi Bersama
20 Ep 20; Asal Kau Tau
21 EP 21; Apa Kau Mencintaiku?
22 Ep 22; Aku Bukan…
23 EP 23; Pertama Kalinya
24 Ep 24; Tunas
25 Ep 25; Gencatan Senjata
26 Ep 26; Sakit Sekali
27 Ep 27; Air Mata
28 Ep 28; Dunia yang Berbeda
29 Ep 29; Kembali Bekerja
30 Ep 30; Seseorang yang bisa disebut Kerabat
31 Ep 31; Hutang Budi
32 Ep 32: Kecurigaan Haga
33 Ep 33; Preventif
34 Ep 34; Benang Kusut
35 Ep 35; Tidak Rela
36 Ep 36; Hubungan Lebih
37 Ep 37; Pertengkaran
38 Ep 38; Secepat Itu
39 Ep 39; Umpan Pertama
40 Ep 40; Kau Cemburu?
41 Ep 41; Mungkin
42 Ep 42; Pengakuan
43 Ep 43; Dunia yang Asing
44 Ep 44; Pertemuan
45 Ep 45; Hutang Budi
46 Ep 46; Menyingkirkannya
47 Ep 47; Berulah
48 Ep 48; Dia Milik Gue
49 Ep 49; Jaga bicaramu!
50 Ep 50; Rumit
51 maaf bukan update. ㅋㅋㅋ
52 Ep 51; Kabar dari Haga
53 Ep 52; Hai Trauma!
54 Ep 53; Tamparan Keras
55 Ep 54; Harga sebuah Harga Diri
56 Ep 55; Terikat Sesuatu dari Masa Lalu
57 Ep 56; Rumah Sakit
58 Ep 57; Prasangka
59 Ep 58; Pikiran Sesat Sesaat
60 Ep 59; Yang Brengsek Itu Elo
61 Ep 60; Teman atau Saingan
62 EP 61; Lupa
63 Ep 62; Operasi
64 Ep 63; Antar Lelaki 1
65 Ep 64; Jangan Jatuh Cinta sama Gue
66 Ep 65; Pertemuan Kembali
67 Ep 66; Percaya
68 Ep 67; Tak Habis Pikir
69 Ep 68; Cinta Pertama
70 Ep 69; Masa lalu
71 Ep 70; Dua sisi yang berbeda
72 Ep 71; Kembali Sendiri
73 Ep 72: Asuransi
74 Ep 73; Sepertinya tidak Masalah
75 Ep 74; Berpindah Kapal
76 Ep 75; Melewatkan Sesuatu
77 Ep 76; Antar Lelaki 2
78 Ep 77; Ingin Menghancurkannya
79 Ep 78; Keamanan dan Kenyamanan
80 Ep 79; Ingin Menyerah
81 Ep 80; Krisis Identitas
82 Ep 81; Tidak Ada yang Sesuai Rencana
83 Ep 82; Berpisah
84 Ep 83; Runtuhnya Rumah Singgah Kamala
85 Ep 84: Seperti Orang Asing
86 Ep 85; Maafkan Ayah
87 Ep 86; Bukan Suami
88 Ep 87; Harus Bahagia
89 Ep 88; Mengamuk
90 Ep 89; Lain kali
91 Ep 90; Berhenti
92 Ep 91; Memulai Masa Depannya
93 Ep 92; Jalan Keluar yang Paling Mudah
94 Ep 93; Berita dari Kawan
95 Ep 94; Rasa Bersalah
96 Ep 95; Pengakuan
97 Ep 96; Kamala Padma
98 Hai semua!
99 Ep 97; Gejolak Sensai
100 Ep 98; Lo Itu Spesial
101 Ep 99; Cerai Aja
102 Ep 100; Tiada Kabar
103 Ep 101; Menjadi Normal
104 Ep 102; Berpindah Haluan
105 Ep 103; Untuk Pertama Kalinya, Maafin Aku!
106 Ep 104; Tidur Seperti Orang Mati
107 Ep 105; Kau adalah Pengecualian
108 Ep 106; Syarat untuk Menjadi Sebuah Keluarga
109 EPILOG
110 A Good Bye
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Ep. 1; Kabar Baik dan Kabar Buruk
2
Ep. 2; Menikahi Murid!
3
Ep 3; Kau adalah wanita dewasa, Kamala.
4
Ep 4; Menggenggam Bara
5
Ep 5; Jangan Sampai
6
Ep 6; Perangkap
7
Ep 7; Perusak Kesenangan
8
Ep 8: Tidak akan Pulang Tanpamu
9
Ep 9; Apa Salahnya
10
Ep 10; Orang-orang Menyebalkan
11
Ep 11: Hormon Testosteron
12
Ep 12; Adil
13
Ep 13; Menghilang
14
Ep 14; Ruang Baca Bunda
15
Ep 15; Sisi Lemah
16
Ep 16; Keluarga?
17
Ep 17; Apa Motif Kamala
18
Ep18; Tiba-tiba baik
19
EP 19; Pergi Bersama
20
Ep 20; Asal Kau Tau
21
EP 21; Apa Kau Mencintaiku?
22
Ep 22; Aku Bukan…
23
EP 23; Pertama Kalinya
24
Ep 24; Tunas
25
Ep 25; Gencatan Senjata
26
Ep 26; Sakit Sekali
27
Ep 27; Air Mata
28
Ep 28; Dunia yang Berbeda
29
Ep 29; Kembali Bekerja
30
Ep 30; Seseorang yang bisa disebut Kerabat
31
Ep 31; Hutang Budi
32
Ep 32: Kecurigaan Haga
33
Ep 33; Preventif
34
Ep 34; Benang Kusut
35
Ep 35; Tidak Rela
36
Ep 36; Hubungan Lebih
37
Ep 37; Pertengkaran
38
Ep 38; Secepat Itu
39
Ep 39; Umpan Pertama
40
Ep 40; Kau Cemburu?
41
Ep 41; Mungkin
42
Ep 42; Pengakuan
43
Ep 43; Dunia yang Asing
44
Ep 44; Pertemuan
45
Ep 45; Hutang Budi
46
Ep 46; Menyingkirkannya
47
Ep 47; Berulah
48
Ep 48; Dia Milik Gue
49
Ep 49; Jaga bicaramu!
50
Ep 50; Rumit
51
maaf bukan update. ㅋㅋㅋ
52
Ep 51; Kabar dari Haga
53
Ep 52; Hai Trauma!
54
Ep 53; Tamparan Keras
55
Ep 54; Harga sebuah Harga Diri
56
Ep 55; Terikat Sesuatu dari Masa Lalu
57
Ep 56; Rumah Sakit
58
Ep 57; Prasangka
59
Ep 58; Pikiran Sesat Sesaat
60
Ep 59; Yang Brengsek Itu Elo
61
Ep 60; Teman atau Saingan
62
EP 61; Lupa
63
Ep 62; Operasi
64
Ep 63; Antar Lelaki 1
65
Ep 64; Jangan Jatuh Cinta sama Gue
66
Ep 65; Pertemuan Kembali
67
Ep 66; Percaya
68
Ep 67; Tak Habis Pikir
69
Ep 68; Cinta Pertama
70
Ep 69; Masa lalu
71
Ep 70; Dua sisi yang berbeda
72
Ep 71; Kembali Sendiri
73
Ep 72: Asuransi
74
Ep 73; Sepertinya tidak Masalah
75
Ep 74; Berpindah Kapal
76
Ep 75; Melewatkan Sesuatu
77
Ep 76; Antar Lelaki 2
78
Ep 77; Ingin Menghancurkannya
79
Ep 78; Keamanan dan Kenyamanan
80
Ep 79; Ingin Menyerah
81
Ep 80; Krisis Identitas
82
Ep 81; Tidak Ada yang Sesuai Rencana
83
Ep 82; Berpisah
84
Ep 83; Runtuhnya Rumah Singgah Kamala
85
Ep 84: Seperti Orang Asing
86
Ep 85; Maafkan Ayah
87
Ep 86; Bukan Suami
88
Ep 87; Harus Bahagia
89
Ep 88; Mengamuk
90
Ep 89; Lain kali
91
Ep 90; Berhenti
92
Ep 91; Memulai Masa Depannya
93
Ep 92; Jalan Keluar yang Paling Mudah
94
Ep 93; Berita dari Kawan
95
Ep 94; Rasa Bersalah
96
Ep 95; Pengakuan
97
Ep 96; Kamala Padma
98
Hai semua!
99
Ep 97; Gejolak Sensai
100
Ep 98; Lo Itu Spesial
101
Ep 99; Cerai Aja
102
Ep 100; Tiada Kabar
103
Ep 101; Menjadi Normal
104
Ep 102; Berpindah Haluan
105
Ep 103; Untuk Pertama Kalinya, Maafin Aku!
106
Ep 104; Tidur Seperti Orang Mati
107
Ep 105; Kau adalah Pengecualian
108
Ep 106; Syarat untuk Menjadi Sebuah Keluarga
109
EPILOG
110
A Good Bye

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!