Anala dan juga Diana tampak sedang dalam diskusi panas yang tak tahu topik yang mereka bicarakan , Rangga dari jauh pun melihat kejadian itu melihat Anala diam dan tidak membalas satu pun pertanyaan Diana dan Rangga memilih untuk melanjutkan telepon dan membiarkan dua sahabat itu berdiskusi dengan cara mereka sendiri.
“Ann, kamu kok nggak pernah cerita sih Ann?”, tanya Diana kesal sambil mencubit pinggul Anala dengan kesal
“aduh sakit tau, apaan sih”, respon Anala sambil tersenyum kecut.
“apaan si, apaan sih”, jawab Diana kesal dengan tatapan marah tapi sayangnya.
“nggak mungkinlah kau cerita disini, nanti kita cerita besok tentang hari ini ”, jelas Anala yang memberikan waktu untuknya membuka semua cerita tentang kejadian yang terjadi hari ini.
“ada apa sih?”, tiba-tiba Rangga muncul dari belakang mereka dengan muka bingung yang tidak tahu apa ang sedang mereka bicarakan.
“nggak ada apa-apa kok dok”, jawab Anala langsung.
“om kita lihat itu yuk ”, tunjuk Maryam yang membawa Rangga untuk melihat wahana histeria lengkap dengan teriakan orang-orang yang menguji nyali mereka dengan wahana tersebut.
“aneh ya om, orang itu terak tapi dia suka naik itu, kalau takut ya nggak usah aja naik ya kan om”, jelas Maryam melihat situasi pada saat itu yang bagi dia tidak masuk akal sama sekali.
“haaaa, kamu mau naik itu”, Rangga tertawa mendengar penjelasan Maryam dan mengajak Maryam untuk naik wahan histeria. “nggak om,aku takut om nanti aku jatuh, nanti umma sedih”, jelas Maryam dengan nada lembutnya.
“nggak akan jatuh kok, umma juga nggak akan sedih, kan ada om disini ini alatnya itu udah ada pengaman yang bagus, rasanya nggak akan mungkin jatuh kalau itu jatuh yah itu nasib kita aja, yang penting kita berdoa dulu sebelum naik”, jelas Rangga pada Maryam yang tetap dengan pendiriannya tidak mau naik wahana tersebut.
karena Maryam sebenarnya sangat phobia dengan ketinggian tetapi semua itu bisa dilawan kalau dia sedang bersama orang yang dia sayang, tapi kali ini untuk naik wahana histeria dia benar-benar takut, itu makanya dia tetap tidak mau dan tidak ada tawar menawar baginya.
“nggak om, kalau naik itu aku nggak mau om, liat itu orangnya sepertinya ketakutan sekali, aku nggak mau om, nggak mau pokoknya”, jelas Maryam sambil memegang tangan kiri Rangga dan dia lebih memilih es krim dan gulali warna warni.
“om beli es krim lagi yuk, sama itu tuh yang warna warni itu loh om”, pinta Maryam yang mau membeli es krim dan gulali.
“nak tadi udah beli es krim lho dan itu yang warna warni itu manis banget, nggak baik sayang, kamu boleh makan es krim tapi nggak boleh sering-sering ya nanti sakit nak, kita beli itu aja yah”, jelas Rangga tentang es krim dan rambut nenek tersebut untuk Maryam.
“ooh gitu om, sebenarnya umma juga melarang sering-sering makan es krim, nggak boleh tiap hari makan es krim sama umma, ok om kita beli yang itu saja”, Maryam sangat mengerti apa yang dikatakan Rangga kepadanya dan dia terima dengan baik .
Akhirnya Maryam dan Rangga membeli pentol di dekat gerbang masuk lokasi wahana tersebut, di sana banyak pedagang kaki lima yang berjejer berjualan dagangannya dan punya ciri khas masing-masing.
“om ini apa, bakso?”, tanya Maryam.
“ini namanya pentol, tapi bulat juga seperti bakso, hehehehe”, jawab Rangga sambil cengir.
“mas, beli pentolnya dua mas, makan disini aja mas”, pinta Rangga pada mas yang jualan pentol tersebut.
“kasih cabe nggak mas”, tanya yang jual pentol tersebut.
“satu iya mas, satu lagi ngga”, jawab rangga dan Maryam hanya memperhatikan Rangga dan penjual pentol tersebut.
“duduk dulu mas”, suruh penjual pentol pada dua orang tersebut di antara beberapa kursi yang ada ada di dekat penjual pentol tersebut
“nih pak pentolnya”, penjual pentol ternyata dengan sigap dan cepat telah mengambilkan dua pesanan pentol tersebut.
“makasih pak”, sahut Maryam langsung yang penuh dengan senyuman di bibirnya, Rangga yang melihat itu sangat terharu melihat respon maryam kepada orang-orang yang dia hormati dan juga sopan.
“ayok dimakan sayang, enak loh”, suruh Rangga dan sebenarnya maryam juga tidak sabar mencobanya.
“nyam nyam”, Maryam mencium aroma pentol dengan sangat konsentrasi.
“baunya enak sekali om”, ungkap maryam dan Rangga sudah mulai dengan suapan pertama pentolnya, akhirnya Maryam mulai menyuapkan bola kecil tersebut ke mulutnya, nyammmm, sepertinya Rangga dan Maryam sangat senang dan menikmati hidangan pentol siang itu.
“enak om, enak banget”, respon Maryam.
“enak kan, dari pada beli es krim mulu tiap hari kan”, respon Rangga yang membuat Maryam mengernyitkan keningnya.
“bukan tiap hari om, kadang-kadang aja kalau mau pengen”, jawab Maryam sedikit bohong, dia tidak bisa melihat orang jual es krim di depannya dan selalu tergoda dengan aroma es krim yang lewat di lobang hidungnya.
Anala dan Diana yang merasa lapar setelah berdiskusi yang belum menemukan ujung tersebut, akhirnya mereka memutuskan pergi membeli sate padang diantara pedagang-pedagang di sana.
“Ann, kita beli sate padang itu aja yok” ajak Diana yang tergoda dengan aroma sate padang dari kejauhan .
“ayok saya ingin makan sate, apalagi sate padang yang aromanya wangi banget dari sini”.
“nanti kamu cerita ya Ann, pokonya saya ngak mau tau Ann, kamu harus jelasin semuanya tentang dokter Rangga semuanya ke aku”.
lagi dan lagi Diana terus mendesak Anala untuk menjelaskan semuanya secepat mungkin dan sejelas mungkin.
“iya sabar dong, nanti saya jelaskan kita duduk disitu dulu sambil makan sate padang yuk”, bujuk Anala pada Diana, Diana menarik tangan Anala dengan cepat menuju tempat yang menjual sate padang.
“uda, sate padangnya dua uda”, Diana memesan dua porsi sate padang untuknya dan Anala, dan mereka duduk di kursi paling belakang supaya tidak begitu kelihatan sama orang lain.
“ayok Ann, cerita lah, aku penasaran loh”, bujuk Diana pada Anala yang tampak bingung harus mulai dari mana cerita yang kan disampaikannya.
“gini loh, waktu kita ke puncak sebenarnya saya dan dia sudah dekat mulai dari saya magang di rumah sakit brilian, saya kenal baik dengan dia tanpa memandang status aya sebagai anak magang, dan waktu kita ketemu dengannya di puncak, aku terkejut, kok bisa, dan satu lagi waktu kita di balkon ada sosok laki-laki kan”.
“dia itu siapa?”, tanya Diana penasaran dan sepertinya dia tahu siapa yang dimaksud Anala.
“ya itu dia dokter Rangga, siapa lagi”, “dan setelah sampai dari puncak saya dan Maryam pergi makan ke rumah makan padang, ketemu dia lagi, dan Maryam saya lihat dia nyaman bercerita dengan Rangga, dan kami diajak untuk jalan-jalan hari ini, yah gitu lah cerita pendeknya “, jelas panjang Anala .
“Ann, kamu tau nggak dia sepertinya suka deh sama kamu”, ujar Diana.
Seorang janda penggoda jejaka. Mungkin itu judul cerita yang bisa diambil.
“kamu sok tahu Di, mana mungkin dia suka sama saya, dia hanya suka sama anak-anak saja yang saya lihat”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments