'Ann'.
Itulah kata pertama yang dilihat Anala ketika melihat pesan elektronik yang disampaikan Rangga malam itu, karena berpuluh pesan yang ada setelah itu membuat Anala tidak bisa memulai tidur dan kantuknya hilang seketika oleh rasa penasaran yang besar, satu persatu chat dibaca oleh Anal dengan hati-hati dan membaca makna dari apa yang disampaikan tuannya dan dengan maksud apa tuannya ini menyampaikan itu.
Diantara chat yang ada Anala mendapatkan pertanyaaan.
“Ann, kenapa kamu suka tadi ketika aku ajak berbicara sore sebelum kamu pulang”, tanya Rangga.
Dan Anala membatin, “kok dia tahu aja apa yang say rasakan dan saya pikirkan”.
“sebenarnya tadi aku ingin mengantarkan kamu pulang , kan perginya sama saya pulangnya kok bersama yang lain, saya kan merasa bersalah Ann”, tambah Rangga.
“jelas-jelas aku kesal, pakai tanya lagi”, batin Anala, ketika melhat pesan tersebut Anala masih menghidupkan data internet handphonenya tanpa dia sadari dan pada pesan aplikasi hijau tersebut terlihat bahwa pesan tersebut sudah dibaca dan pengirim pun melihat hal yang sama.
“kenapa dia cuma baca aja ngak dia balas”, batin Rangga ketika melihat pesan yang dia kirim hanya dibaca oleh Anala tanpa dia balas satu pun, dengan cepat Rangga langsung merespon.
“Ann, kok hanya dibaca aja, balas lah”, perintah Rangga, Anala yang terkejut dengan pesan tersebut, yang sebelumnya dia berfikir bahwa data internetnya handphonenya mati, tiba-tiba datang pesan dari pengirim yang sedang dia baca tersebut.
“kok bisa-bisanya saya lupa untuk mematikan data internet sih”, Anala kesal dengan kecerobohannya dan dengan berat hati Anala mau tidak mau harus membalas chat tersebut.
“maaf dok saya tadi diajak Diana Pulang bersamanya, saya juga kan udah lama nggak bertemu dan bercerita dengannya, jawab Anala.
“perasaan kamu seminggu yang lalu baru pergi ke puncak sama teman-teman kamu kan”, balas Rangga yang heran melihat perempuan ketika satu dua hari nggak bertemu, sudah seperti satu tahun tidak berjumpa.
“Ann, tadi kenapa kamu nggak suka aja ngobrol sama saya ketika mau pulang tadi, jangankan senyum menatap saja nggak mau?”, tanya Rangga yang mulai menghangatkan susana malam itu yang membuat Anala bingung harus memulai jawabnya dari mana, nggak mungkin dia langsung mengungkapkan bahwa dia cemburu.
“saya senyum kok, emangnya kenapa kalau boleh saya tahu”, tanya Anala yang menjebak Rangga dengan chat nya sendiri, “nggak saya nanya aja, yang tadi tuh namanya Maya”, jelas Rangga sepertinya menjelaskan bukan kepada orang biasa, sepertinya orang yang benar -benar butuh informasi tersebut.
“teman kamu, tadi ada sih Maryam cerita tentang Maya, emang kenapa saya harus tau tentang Maya?”, tambah Anala yang mulai diajak Rangga traveling untuk menentukan isi pikiran masing – masing.
“saya Cuma menjelaskan, takut kamu salah paham karena tadi saya jalan – jalan sama Maryam sedangkan saya bawa teman perempuan”, jelas Rangga yang ambigu.
“yang penting selama sama Maryam nggak memberikan contoh yang tidak baik itu lebih baik dok”, tambah Anala, “aku ngak suka kalau kamu panggil saya dok lagi ya”, pinta Rangga lengkap dengan stiker kepala merah yang mengartikan bahwa yang mengirim pesan sedang tidak suka terhadap apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya di chat.
“ok, maaf saya panggil apa kalau gitu? enaknya”, tanya Anala, “panggil akang aja Ann, kan lebih enak dan ramah ditelinga”, jawab Rangga langsung dan membuat Anala tersenyum kecut melihat pesan dari Rangga tersebut.
“Ann, kamu jangan cuek – cuek lah sama saya, saya merasa nggak enak Ana kalau kamu cuek sama saya”, pinta Rangga dengan Anala.
“aku nggak cuek kok sama kamu, kenapa kalau saya cuek emang ada apa, saya memang perlu cuek pada saat- saat tertentu untuk melindungi diri saya dan harga diri saya”, jelas Anala yang dia sadar bahwa dia adalah seorang ibu tunggal yang harus menjaga harga dirinya dan keluarganya karena ketika dia bersikap yang tidak baik maka yang menjadi korban bukan hanya dirinya saja tetapi juga nama baik keluarganya, ‘nggak mungkinlah Ann saya bilang saya cemburu sama kamu’, batin Rangga.
“tadi Maryam cerita apa aja tentang hari ini?”, tanya Rangga yang sepertinya ingin me jaug dari topik panas yang baru terjadi.
“dia senang banget katanya, terima kasih kamu sudah mau mengikuti kemauan maryam dan mengajak kemana aja yang dia mau, sekali terima kasih ya kang”, jawab Anala sepertinya ada kosakata baru yang akan membuat penerima senang tak terbayang.
“nggak apa-apa Ann, saya sudah menganggap Maryam seperti anak saya sendiri, hehe”, jawab Rangga yang menganggap anak sendiri?, dan dilengkapi stiker senyum lebih dari sepuluh buah.
“itu bukan anak kamu, Maryam anak saya”, ledek Anala, “mana tahu bisa jadi anak saya?”, deg deg deg deg, jawab Rangga spontan, sepertinya malam itu adalah malam yang teka – teki, Anala yang mendapatkan balasan chat itu langsung terkejut dan tidak menyangka dan juga bingung apakah itu pesan yang serius atau hanya pesan yang bercanda.
“kenapa bisa jadi anak kamu?, nanti juga kamu punya istri dan punya anak”, jawab Anala yang tidak peka atau pura –pura tidak peka dengan semua maksud Rangga, “kita nggak tahu Ann, kalau jodoh itu ditangan tuhan dan kita hanya bisa menjalani saja”, sambung Rangga.
“benar aku setuju, tapi kamu lebih cocok sama perempuan terhormat dan punya banyak kelebihan seperti di luar sana”, jawaban Anala seperti ingin menguji isi hati rangga yang harus dia keluarkan sejelas-jelasnya.
“kalau kita suka sama si A nggak mungkin kita dipaksa suka sama si M kan Ann”, tanya Rangga dan Anala mencari tahu maksud yang akan disampaikan Rangga.
“sebenarnya kamu suka sama siapa kang?”, tanya Anala lagi.
“siapa Ma kang?”, timpal Anala lagi, Rangga yang menerima pesan tersebut bingung harus mulai dari mana penjelasan panjang itu dan bagaimana pesan yang disampaikan itu bisa sampai kepada orang dimaksud .
“hmm itu siapa aja Ann, suka dan cinta dua hal hal yang tidak bisa dipaksakan, karena suka awal dari sebuah datangnya cinta”, jelas Rangga.
“kalau saya suka sama kamu kamu marah nggak Ann?”, tanya Rangga dengan keberanian yang laur biasa mengungkap apa yang dia rasakan selama dia kenal dengan Anala dan juga Maryam.
“kenapa suka sama saya?”, balas Anala yang sepertinya tidak ingin terlalu jujur dengan apa yang dirasakannya di depan orang yang juga sudah membuatnya jatuh cinta karena sikap dan juga akhlaknya itu.
“itu nggak perlu ditanya Ann, suka itu nggak perlu dideskripsikan”, ulas Rangga.
“kang, kalau kamu suka sama saya, apakah kamu nggak keberatan menerima status saya dan juga Maryam, karena hidup dengan orang seperti saya butuh pengorbanan dan juga kesabaran, karena saya seorang janda, dan kata janda itu sangat buruk di telinga sebagian orang ”, Anala mulai terbuka dengan apa yang akan terjadi dan menjelaskan apa – apa yang harus Rangga persiapkan jika betul-betul ingin menempuh hidup dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments